Gadis itu tersenyum manis. Matanya berbinar menatap pria di depannya. Dengan segera, ia mengulurkan tangan kanannya pada Jimin, "Halo, namaku Kang Seulgi, salam kenal."
Jimin tersenyum kecil dan menjabat tangan itu, "Aku Park Jimin. Salam kenal juga."
Itu malam natal dan itu pertama kalinya mereka berdua bertemu. Di makan malam bersama kedua pihak keluarga dan salju yang berjatuhan di luar sana. Pertemuan selanjutnya langsung ke jenjang yang lebih tinggi. Sebuah hal sakral untuk mengikat dua insan yang saling mencintai, mereka menyebutnya pernikahan. Ketika orang lain merayakan tahun baru, mereka justru mengadakan acara resepsi tertutup yang dihadiri keluarga dan teman dekat.
Entah bagaimana ceritanya, mereka berdua berdiri berdampingan di atas altar dengan tatapan seolah saling mencintai.
“Park Jimin, maukah saudara menikah dengan Kang Seulgi yang hadir di sini dan mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun dalam duka?"
Jimin terdiam sebentar lalu menatap calon istrinya yang tampak terharu. Dia sempat melirik ayahnya yang berdiri jauh di sana. Keraguan menimpa dirinya. Tapi tatapan tajam dari sang ayah membuat dia harus menjawab sesegera mungkin. Bertingkah seolah dia yakin, walau sesungguhnya tidak.
"Ya, saya mau."
"Kang Seulgi, maukah saudara menikah dengan Park Jimin yang hadir di sini dan mencintainya dengan setia seumur hidup baik dalam suka maupun dalam duka?"
Si mempelai wanita justru tidak memiliki nada keraguan, "Ya, saya mau."
Dan begitulah kisah cinta mereka menjadi sepasang suami istri.
Dibanding kisah Jimin-Yoongi, kisah Jimin-Seulgi jauh lebih simple dan mulus.
Happy ending.
Sayangnya, hambar dan klise.
***
Sudah sebulan Jimin menjadi seorang suami bagi Seulgi, si gadis bermata sipit. Hubungan mereka baik-baik saja. Si Park memperlakukan Kang dengan baik. Begitu pula sebaliknya. Mereka kelihatan romantis seperti pasangan suami-istri baru lainnya. Si pria mengakui jika dirinya menyukai gadis itu, dia baik, manis dan cantik. Namun, rasanya berbeda dengan Yoongi dulu. Tak ada adrenalin dan debaran.
Tidak ada cinta.
Sejak menikah, Jimin sudah tidak melukis lagi. Ayahnya melarangnya. Si tua itu menyuruhnya fokus memimpin perusahaan design. Dirinya tidak terlalu setuju, tapi mengangguk saja tak ingin cari masalah. Dan juga karena desain masih berkaitan dengan seni walau dilakukan secara digital. Ayahnya juga menyuruhnya berkuliah lagi jurusan bisnis. Perusahaan iklan dan desain itu akan menjadi miliknya besok. Dan Seulgi akan menjadi sekretaris pribadinya juga.
"Apa yang kau lakukan, sayang?"
Jimin menoleh. Ia melihat Seulgi berjalan keluar dengan piyama merahnya. Sekarang mereka berdua berdiri di balkon kamar mereka. Mereka berdua tinggal di rumah ayah Jimin di Gangnam. Jungkook sudah pindah ke apartemennya sendiri. Ayahnya sudah membangun ruang baru khusus tidur di kantornya, jadi dia tak pernah pulang. Sehingga di rumah besar ini hanya ada mereka berdua.
YOU ARE READING
✔ Eventide • minyoon
FanfictionYoongi adalah seorang musisi jalanan dari Korea Selatan. Berbekal bakat dan nekat, ia memulai pekerjaannya di Paris bersama Taehyung -sahabatnya. Kemudian semuanya menjadi aneh ketika ia terlibat insiden dengan mantan teman Taehyung bernama Park Jim...