"Tae, kau lihat ada taksi yang kosong?"
"Tidak, semuanya sudah penuh."
Sudah seminggu sejak kencan Yoongi dan Jimin. Kini mereka, bersama Taehyung tentu saja, berada di Incheon, Korea Selatan. Dengan menyeret koper di tangan, mereka mencari taksi yang tersedia di sekitar bandar udara. Sungguh hari sibuk, sudah memasuki bulan Oktober, bandara selalu ramai menyambut akhir tahun. Mencari kendaraan umum yang tersedia saja susah.
Belum lagi, mata mereka dengan jelas menangkap beberapa gadis yang lewat memfoto mereka kamera ponsel. Itu sungguh membuat mereka risih. Pastilah itu penggemar Jimin, atau seseorang yang mengenali si pelukis itu padahal dia sudah mengenakan masker dan topi tertutup.
Sudah lima menit mereka berdiri.
Yoongi hanya bisa bernapas berat sambil sesekali menggosok hidungnya yang gatal. Kedua tangannya disembunyikan dalam jaket tebalnya. Dan di dalam jaketnya ada sebuah paket penghangat. Musim gugur sudah tiba. Angin dingin selalu berhembus, itu membuatnya terserang flu.
Ya, pada akhirnya, mereka di sini juga, walau tanpa persiapan matang.
Kendaraan? Belum ada.
Tempat tinggal? Tidak, mereka belum memikirkannya.
Tujuan? Tidak jelas.
Intinya, ini rencana mudik bertiga ini sangat-sangat gagal.
Jika ada seseorang yang harus disalahkan, maka Jimin adalah orangnya.
"Ini salahmu sih. Tidak memikirkan semuanya matang-matang." Yoongi menyenggol si pelukis dengan sikunya. Wajahnya sungguh kesal. Jimin hanya tersenyum canggung, "Tenang saja, hyung. Aku punya rencana."
"Need taxi?"
Seorang bapak paruh baya yang menawarkan taksinya. Taehyung langsung mengangguk. Pada akhirnya mereka masuk. Tentu tak lupa barang bawaan yang dimasukkan ke jok belakang taksi. Taehyung duduk di sebelah si supir sedangkan Jimin dan Yoongi di kursi belakang berdua.
Mobil masih diam, pak supir bertanya, "Kalian orang Korea 'kan? Mau kemana?"
Mereka bertiga saling bertatap mata dengan aneh. Hey, mereka belum mendiskusikan mau kemana. Taehyung baru mau membuka mulut menjawab, tapi Jimin malah mengambil alih, "Kompleks perumahan 121, Jalan Handong, Gangnam."
Si supir mengangguk mendengarnya. Sedangkan duo Daegu hanya diam dan memberi tatapan meminta penjelasan. Taehyung yang duduk di depan bahkan menoleh ke belakang dengan menyeramkan. Jimin malah bergeming dan tak menjawab. Ia melamun melihat ke arah jendela.
Apa-apaan itu? Alamat rumah siapa yang barusan Jimin sebut?
Gangnam.
Itu tempat orang kaya Seoul 'kan?
Jimin memang kaya ya? Alamat itu pasti alamat si pelukis kan? Kira-kira bagaimana rumah itu? Punya rumah di situ, pasti bukan rumah berukuran kecil. Biasanya rumah di daerah Gangnam dimiliki orang kaya tujuh turunan. Artinya, bisa saja Jimin sudah kaya dari sananya, bukan hanya karena dia pelukis terkenal. Huh, memikirkan itu, Yoongi jadi semakin canggung mau berdekatan dengan si Park. Status dan level saja mereka berbeda jauh.
YOU ARE READING
✔ Eventide • minyoon
FanficYoongi adalah seorang musisi jalanan dari Korea Selatan. Berbekal bakat dan nekat, ia memulai pekerjaannya di Paris bersama Taehyung -sahabatnya. Kemudian semuanya menjadi aneh ketika ia terlibat insiden dengan mantan teman Taehyung bernama Park Jim...