Satu

1.7K 452 593
                                    

Si buruk belum tentu penjahat, dan si baik belum tentu penolong. Jangan menilai orang lain hanya dari covernya saja.

-Alaska

***

Pikirannya masih melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu. Senyuman, tawa dan semua ucapan gadis itu masih terbayang di benaknya. Lucu, begitu ada yang mengajaknya berkenalan justru ia malah jadi bingung sendiri. Biasa sendirian kadang membuatnya lupa kalau di sekitar masih ada satu dua orang yang ingin berteman dengannya.

Contohnya gadis itu, di saat yang lain berlomba-lomba menjauhinya, ia justru mendekat tanpa rasa takut. Bahaya, pikirnya. Bisa-bisa kalau di ajak orang yang nggak di kenal gadis itu mau lagi?! Huh, pikiranya ngaco sekarang.

Alaska, cowok itu kini melangkahkan kakinya menuju kantin, jika saja ia tidak begitu lapar, mungkin sekarang ia memilih tidur di taman dari pada melihat warga sekolah yang terlihat takut dan menghindar begitu melihatnya. Sepanjang koridor ada saja siswa-siswi yang menatap takut ke arahnya. Alaska binggung sendiri, padahal kan dia nggak gigit atau nyakar, apalagi sampe makan orang.

Ia berjalan ke depan dengan pandangan datar, rambutnya acak-acakan, baju yang di kenakan pun sudah berantakan, dua kancing teratas terbuka memperlihatkan pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tanganya dimasukan ke dalam saku celana, sungguh pemandangan yang sangat di nikmati kaum hawa. Tapi, itu semua justru tidak seperti yang di bayangkan. Begitu Alaska lewat, teriakan bahkan tawa murid yang berada di koridor lenyap seketika. Digantikan dengan tatapan takut sambil berusaha menyingkir sejauh mungkin padanya. Walaupun beberapa masih ada yang bersikap biasa saja, tapi kebanyakan dari mereka memilih mencari'Aman'.

Alaska mendengus, memilih berlalu tanpa memeperdulikan mereka.

"Kak Aska!" teriakan nyaring, membuat Alaska membalikan badannya. Gadis dengan senyuman manis itu kini sedang berlari ke arahnya.

"Mau kemana?" tanya Gadis itu, begitu sampai di sampingnya.

"Kantin."

"Bareng, ya?"

Alaska mengangguk tanda setuju, lalu mulai melanjutkan langkahnya menuju kantin tanpa perduli tatapan semua murid yang kini memandang ke arah mereka dengan tatapan terkejud. Pasalnya kini 'Si Manis' tengah berada di sampingnya, di samping seorang Alaska Giorgio Pramuja.

Begitu sampai di pintu kantin, bisik-bisik mulai terdengar, semua mata kini meliriknya dengan pandangan takut serta terkejud begitu melihat Galenka di sampingnya. Alaska dapat melihat jelas orang yang menyuruh gadis di sampingnya untuk menjauh. Huh, ingin rasanya Alaska memberi pukulan cantik ke arah wajah gadis yang tidak ada cantik-cantiknya itu. Yah, jadi ngatain, kan.

"Biar gue yang pesen, mau apaan?" Tanya Alaska pada Galenka, setelah gadis itu menyebutkan pesanannya, ia segera berlalu untuk memesan.

Alaska berjalan ke arah penjual bakso, semua murid yang tengah mengantri perlahan mundur begitu langkah kaki Alaska mendekat. Alaska tidak ambil pusing, toh ia jadi tidak perlu mengantri, kan?

Setelah mendapat pesanannya ia langsung mengerdarkan pandangan, mencari gadis bertubuh mungil dengan senyum manisnya. Terlihat gadis itu tengah melambaikan tangan sambil tersenyum lebar ke arahnya.

"Wah! Cepet banget."

"Nggak ngantri." Bohong! Jelas-jelas Galenka lihat sendiri bagaimana ramainya penjual bakso ketika istirahat. Tapi, Galenka tidak ambil pusing, justru ia malah terkekeh sambil mengucapkan terima kasih.

GALENKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang