Dua puluh enam

567 77 50
                                    

Galenka menatap pantulan dirinya di depan cermin. Hari ini ia akan pergi berdua dengan Alaska ke dufan. Yap, sesuai rencana sebelum di pusingkan dengan UTS mereka memilih untuk pergi jalan-jalan terlebih dahulu.

Jam menunjukan pukul delapan pagi, masih ada waktu setengah jam sebelum Alaska menjemputnya. Galenka memilih menunggu dilantai bawah sambil menonton televisi.

"Udah rapih, mau kemana?" Galenka tersenyum lebar begitu menemukan sang Ayah yang sudah rapih dengan kemeja kerjanya.

"Jalan-jalan dong!"

"Cowok kamu ganti, lagi?" Galenka menatap bingung ke arah Sanjaya.

"Aku pergi sama Alaska, kok."

Sanjaya mengangkat bahunya, sambil berlalu mengambil secangkir teh.
"Ayah belum pikun, itu cowoknya beda."

Galenka memilih berlari keluar rumah. Dirinya langsung mengaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Deven berdiri dihadapannya masih dengan senyuman lebar seperti biasa.

"Pagi, cantik~"

Galenka menepuk keningnya begitu melihat mobil Alaska sudah terparkir di depan gerbang.

"Kamu ngapain?" tanya Galenka sambil mempersilakan Deven untuk duduk. Deven membuka mulut hendak menjawab, namun ia urungkan begitu batu kerikil mendarat di kepalanya.

"Kasar kamu mas!" Deven menatap kesal ke arah Alaska yang tengah menatapnya tajam. Galenka sendiri hanya bisa nyengir canggung melihat ke duanya.

"Ayo jalan sekarang."

"Ayo!" ah, bukan Galenka yang menjawab, melainkan Deven yang kini mengandeng lengan Alaska. Namun tak berselang lama karena dengan cepat Alaska menepisnya.

"Aku pamit sama Ayah dulu, bentar. Jangan ribut!" peringat Galenka sambil menunjuk ke arah Alaska dan Deven dengan wajah galak.

Tidak sampai dua menit Galenka sudah kembali dengan senyum lebar.

"Deven, aku mau pergi sama Alaska. Maaf, ya?"

"Denger, tuh," ujar Alsaka.

Deven tersenyum lebar. "Tau, makannya gue ke sini. Gue ikut, ya?" Alaska melebarkan matanya begitu Deven dengan santainya menarik lengan Galenka ke dalam mobilnya.

Dan yang lebih membuat Alaska melebarkan matanya adalah Deven yang duduk dibalik kursi kemudi dengan Galenka yang berada disampingnya. Berbeda dengan Alaska sang pemilik mobil yang justru tengah duduk dikursi belakang.

"Aska, ini udah hampir sejam, kalo kamu nggak ngasih kuncinya mending kita batalin aja, ya?" Galenka mengerucutkan bibirnya, menatap Alaska dengan sorot memelas. Pasalnya cowok itu ngotot tidak ingin memberikan kunci mobilnya.

"Yaudah nggak usah!"

Galenka nyengir, sedikit kaget karena nada bicara Alaska yang lebih keras dari biasanya. Walaupun bilang tidak usah, tapi tangan cowok itu tetap mengulurkan kunci mobil miliknya dengan segenap keterpaksaan.

Deven tersenyum lebar sambil menarik kunci tersebut, namun dengan enggan Alaska kembali menarik kunci mobil miliknya. Dan begitu terus selama sepuluh menit, saling tarik menarik. Kalau Galenka tidak turun dari dalam mobil dan pindah ke kursi belakang, mungkin mereka akan berangkat ketika dufan sudah tutup.

"Lo pantes jadi supir," ujar Alaska dengan wajah mengejek, ia sengaja merangkul Galenka dan menarik gadis itu agar bersandar di bahunya.

"Berisik!!!"

***

Lagi-lagi Galenka hanya bisa tertawa atau sesekali menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alaska dan Deven yang selalu saja adu mulut. Ya walaupun Alaska lebih sering diam. Namun, Deven dengan sengaja malah memancing Alaska agar cowok itu menghajarnya. Bukannya merasa bersalah, Deven justru semakin bersemangat mengejek Alaska.

GALENKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang