***
"Bagi-bagi kek! Gue juga mau nulis kali!"
"Apaan si ah! Ngalah kek lo, gue duluan yang minjem buku Ralin." Keana mendumal, sambil terus menjauhkan buku milik Ralin dari jangkauan Dimas.
"Yaelah, mending lo bantuin Ralin bikin prakaryanya tuh, biarin gue yang nulis."
"Enak aja! Gue udah bantuin, ya. Lo tuh kerjaannya makan doang," balas Keana masih sambil menjauhkan bukunya.
Dimas berdecak. "Mau makan mulu juga suka-suka gue, rumah-rumah gue, mulut juga punya gue, hak lo apaan?!" Keana semakin menatap kesal ke arah cowok itu, pasalnya gadis itu sedang datang bulan, dan sifat Dimas justru semakin membuatnya kesal. Ia yakin seratus persen kalau Dimas sengaja membuatnya marah.
"Ya, seterah lo!" ujar Keana sambil melempar buku milik Ralin ke arah Dimas, gadis itu segera berdiri, lalu berjalan ke tempat Ralin dan Joo, meninggalkan Dimas yang sedang tersenyum penuh kemenangan.
Ralin menoleh, "kenapa lagi si?" tanyanya sambil tersenyum geli. Keana hanya mendengus lalu mengeluarkan ponselnya.
"Urusan rumah tangga," celetuk Joo, Keana menatap sengit lalu mengabaikan ledekan kedua mahluk dihadapannya.
"Ih, itu muka kenapa deh? Asem banget," ujar Galenka sambil tertawa. Gadis itu baru sampai di rumah Dimas.
"Biasalah."
"Dari mana dulu? Lama banget si?" tanya Joo.
Galenka nyengir. "Abis nemenin Alaska makan hehe." Ralin menoleh sambil mengubah posisinya menjadi duduk. "Kalian makin deket aja kayanya. Gue mencium aroma-aroma kasmaran." Ralinka terbahak sendiri setelah menyelesaikan perkataanya.
"Ya kan kita temen, makannya deket." Joo memutar bola matanya malas, diikuti Ralin dan juga Keana yang sekarang sudah menaruh ponselnya.
"Emangnya lo ga pernah ngerasain deg-degan apa kalo di dekat Alaska?" tanya Ralin.
"Deg-degan, kok." Ralin dan Keana bersiap mengeluarkan pertanyaan lainnya.
"Soalnya aku kan hidup hehe," lanjut Galenka membuat sahabatnya menepuk kening kesal. Sedangkan Joo sudah terbahak bersama Dimas yang telah menyelesaikan catatannya.
"Ah, bego kuadrat lo mah kalo urusan giniaan." Galenka mengerutkan keningnya, apaan tuh bego kuadrat?
"Namanya juga anak kecil," celetuk Joo sambil menepuk puncak kepala Galenka.
"Ish apaan si Bang!"
Ralinka menarik satu bantal dari sofa, lalu mendekapnya. "Ya beda dong Galenkuuuu, ini tuh deg-degan karena jatuh cinta gitu." Keana mengangguk tanda setuju.
"Emang ada bedanya?"
"Ya bedaaaa dong, coba lo deket si item, deg-degan gak? Gue si yakin lo malah jijik," ujar Keana, sambil melirik ke arah Dimas. Sedangkan Dimas, cowok itu sudah bersiap membalas namun sudah lebih dulu di tahan Joo.
"Aku deket Dimas tetep deg-degan, kan masih hidup heheheh..."
"Ganti deh pertanyaaanya, lo suka nggak sama Alaska?" Galenka mengangguk antusias, membuat Ralin dan Keana berbinar, mungkin kali ini Galenka paham.
"Suka banget, dia soalnya kan temen aku juga, udah gitu baik lagi." Galenka tersenyum di akhir kalimat, membuat Ralin dan Keana kembali menepuk keningnya.
"Na, gantian dong," ujar Ralin pada Keana.
"Aduh Galenkuuu, gimana ya, sebenernya kita cuma mau mastiin perasaan lo ke Alaska gimana, kita cuma gamau nantinya lo bakalan kenapa-kenapa karena deket dia. Lo kan tau sendiri di sekolah dia kaya gimana." Keana menggerakan kedua jarinya di akhir kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALENKA
Teen FictionDisaat harus memilih antara dua pilihan. Dia yang kesepian, atau dia yang butuh uluran tangan. Kamu akan memilih yang mana? #266 FiksiRemaja [28. 11. 18] #548 TeenFiction [28.11. 18] ⓒCopyright by Amaliakrtka 2018.