Tiga puluh satu

480 73 68
                                    

Berhubung waktu baru menunjukan pukul sembilan pagi begitu mereka keluar kelas, akhirnya Alaska mengajak Galenka untuk membeli sarapan terlebih dahulu. Setelah mengitari daerah sekitar sekolah, pilihan keduanya jatuh pada tukang bubur ayam yang berada dekat dengan halte bus.

Setelah memesan dua porsi bubur ayam dan juga satenya, ke duanya langsung menempati tempat duduk yang kosong. Tidak ada bangku atau pun meja. Tempat ini menyediakan tempat duduk bermodal tiker berkarakter saja.

"Kamu suka pake kacang atau nggak?" Galenka membuka suara sambil membenarkan ikat rambutnya.

"Suka."

"Kalo aku nggak terlalu suka." Alaska menaikan alisnya. "Kenapa?"

"Kata orang, makan kacang itu bikin jerawatan." Alaska terkekeh. "Masa?" gadis dihadapannya mengangguk. "Iya, makan kacang bikin muka jadi rusak."

Kali ini tawa Alaska terdengar lebih kencang. Cowok itu mengusap wajah Galenka dengan tangannya yang lebar masih sambil terkekeh. "Jangan ngaco."

"Serius tau!"

"Kamu suka selai kacang?" Galenka mengangguk antusias. "Suka, enak soalnya." Alaska menarik sudut bibirnya. "Apa bedanya selai kacang sama kacang yang ini?" tunjuk Alaska pada mangkuk bubur yang baru saja diantar oleh sang penjual.

"Kalo selai kan alus, ini mah bunder-bunder."

"Sama aja, pendek. Tetep sama-sama kacang, nggak ada bedanya." Galenka melayangkan tinjunya ke arah lengan Alaska begitu cowok itu lagi-lagi mengejeknya pendek.

"Suka diaduk atau nggak?" tanya Alaska sambil mengambil alih sendok sambel yang baru saja Galenka pegang.

Alaska memberikan satu sendok sambel pada mangkuk Galenka, lalu menjauhkannya dari jangkauan gadis itu agar tidak dapat mengambilnya lagi.

"Enggak."

Alaska mengangguk. "aku sukanya diaduk."

"Hm, selera kita beda," ujar Galenka sambil terkekeh.

Alaska menarik senyum tipis sambil memindahkan irisan ayam yang berada di mangkuk buburnya menjadi di mangkuk bubur milik Galenka.

"Kenapa?" Galenka menatap bingung.

"Abisin. Makan yang banyak biar cepet gede." Alaska menepuk puncak kepala Galenka sambil terkekeh.

"Askaaaa!"

Alaska hanya bisa tertawa begitu cubitan mulai mendarat di lengannya.

***

Galenka hanya tersenyum tipis begitu Alaska pamit sebentar untuk memasuki rumah temannya. Meninggalkan Galenka yang kini tengah berdiam diri diatas motor besar Alaska sambil bersenandung kecil.

Sepi. Daerah ini bisa dibilang sangat sepi, bahkan Galenka tidak melihat satu orang pun yang berlalu lalang. Rumah-rumah disini pun terkesan mengerikan karena catnya yang mulai memudar dan juga banyaknya ranting pohon yang jatuh tanpa ada yang membersihkan.

Galenka hampir saja menyusul Alaska ke dalam jika saja tidak melihat cowok jangkung itu sudah keluar dengan seragam yang sudah di ganti dengan baju biasa. Cowok itu memegang sebuah paper bag berukuran kecil berwarna coklat.

"Bawa apa?" tanya Galenka sambil meloncat turun dari motor. Membiarkan Alaska memutar motornya terlebih dahulu.

"Baju ganti."

"Buat siapa?" tanya Galenka sambil menaiki motor besar Alaska.

"Kamu."

GALENKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang