Semuanya berjalan lancar. Hampir seluruh teman sekelas meramaikan acara ulang tahun Galenka, banyak juga kakak kelas yang ikut hadir. Hanya satu orang yang paling Galenka tunggu kehadirannya namun orang itu tidak menampakan batang hidungnya sedikit pun.
Jam menunjukan pukul dua belas malam begitu Galenka bisa merebahkan dirinya di kasur. Tentunya ada Keana dan Ralin yang kini sedang membersihkan diri.
"Asli seru banget! Pas gue ultah fix harus lebih keren dari ini," ujar Keana sambil melihat-lihat foto yang mereka ambil ketika acara berlangsung tadi.
Ralin terkekeh, "nilai lo jelek, gue yakin sekarang juga lo nggak megang kartu ATM."
Keana menoleh dengan wajah terkejut, "lo kok tau si?!"
"Nyokap lo nyuruh gue buat ngawasin lo biar nggak belanja terus," jawab Ralin masih sambil terkekeh.
"Demi apa?!"
"Berisik."
"Ish, ngapain coba Nyokap nyuruh lo gitu?"
Ralin hanya mengangkat bahu acuh.
"Len, Deven masih ada di bawah tuh."
Galenka menoleh. "Loh? Nggak pulang?"
"Katanya mau tidur di sini, takut lo butuh apa-apa," jawab Ralin.
"Biar aku suruh pulang dulu deh."
Ralin menguap, "berasa dia cowok lo."
"Iya bagus! Siram aja kalo nggak mau cabut!" seru Keana. Rasa kesal Keana berkali lipat, apalagi ketika tadi Deven mendorongnya hingga masuk ke dalam kolam renang.
Galenka terkekeh sambil mengangkat ibu jarinya. Setelah menutup pintu kamar Galenka langsung berlari menuruni anak tangga menuju lantai dasar.
Beruntung tadi Galenka, Ralin, Keana serta Dimas dan Joo sudah membersihkan rumah, ya walaupun hanya sebagian, setidaknya Galenka tidak harus dibuat pusing karena sampah yang berserakan dilantai.
"Belum tidur?" Galenka menoleh, menatap ke arah Deven yang kini tengah sibuk berkutat di dalam dapur.
"Kamu kok nggak pulang?"
"Loh, ngusir?" Deven memasang wajah masam, lalu terkekeh begitu Galenka terlihat tidak enak.
"Bercanda, cantik. Gue laper, mau masak mie. Lo mau?" tanya Deven sambil memasukan dua butir telur ke dalam panci.
"Aku nggak laper," jawabnya diikuti dengan suara perutnya yang meminta segera diisi.
Tawa Deven meledak. "Mending lo duduk manis, biar gue buatin mie juga, oke?"
Galenka mengangguk. Dilihatnya Deven yang mulai sibuk memasak. Walaupun cowok, Deven itu memang pintar segalanya.
"Kenapa? Udah naksir gue sekarang?" celetuk Deven membuat Galenka tersadar.
"Hm, aku nggak bakalan bisa suka sama kamu."
"Yah, sedih dong gue." Deven membawa dua mangkuk mie ke hadapan Galenka.
"Kamu udah kaya abang aku, baik bangeet."
Deven tersendak. Cowok itu terbatuk sebentar sebelum mendengus kesal. "Gue nggak mau jadi abang lo!"
"Eh? Yaudah nggak apa-apa kok."
Rasanya Deven ingin membenturkan kepalanya ke meja begitu mendengar jawaban gadis dihadapannya ini.
Deven menyerahkan sepasang sumpit pada Galenka. Cowok itu mulai memakan mienya sambil terus berceloteh tentang apapun.
"Enak, kan? Masakan gue emang selalu jadi juara. Gue pernah ikut lomba masak pas SMP sama Alas-- sama temen gue. Nah, berkat orang ganteng bernama Deven Apollo, kita menang terus dapet duit lima juta." Deven menyelesaikan kalimatnya dengan senyuman bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALENKA
Teen FictionDisaat harus memilih antara dua pilihan. Dia yang kesepian, atau dia yang butuh uluran tangan. Kamu akan memilih yang mana? #266 FiksiRemaja [28. 11. 18] #548 TeenFiction [28.11. 18] ⓒCopyright by Amaliakrtka 2018.