Dua puluh dua

614 78 58
                                    

Seminggu tidak bertemu Alaska membuat Galenka menjadi uring-uringan. Galenka sendiri tidak tau kenapa, tapi yang jelas ia sangat ingin bertemu cowok itu. Semenjak diantar ke rumah selesai pertandingan di SMA Ganesa, ia belum pernah bertemu dengan Alaska lagi. Hanya sesekali bicara lewat sambungan telpon. Cowok itu semakin sibuk dengan latihan, berharap ditahun ini sekolah kembali mendapat juara satu seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sekarang disinilah Galenka. Di lapangan SMA Ganesa, bersama Ralin dan Keana seperti minggu lalu. Yap, sekolahnya akan melawan tuan rumah. SMA Ganesa bisa dibilang sekolah yang sangat bagus, tidak heran jika lapangannya menjadi tempat pertandingan final diadakan.

"Gokil sih ini, ramenya ngalahin pertandingan persija!" seru Keana.

"Alah, lebay lo." Ralin terkekeh.

"Dimas sama Bang Joo mana? Katanya mau nonton bareng?" tanya Galenka.

Ralin dan Keana mengangkat bahunya. "Tadi bilangnya udah di jalan, paling masih mandi."

"Kebiasaan itu anak kan bilang otw tapi taunya otw kamar mandi." Keana berujar dengan nada kesal yang sangat ketara, apalagi membicarakan Dimas, rasanya mau meledak otaknya.

"Udah mau mulai lagi," ujar Ralin sambil menatap jam tangannya.

"Yaudalah, biarin aja."

Galenka mengangguk tanda setuju dengan ucapan Keana.

Perhatiannya kini teralihkan pada suara peluit, pertandingan sudah dimulai. Galenka tersenyum lebar menatap ke arah Alaska yang mencetak satu point pertama untuk timnya. Cowok itu masih saja sekeren biasanya. Jika minggu lalu baju yang di kenakan timnya berwarna putih, kali ini baju yang dikenakan berwarna biru. Baju yang selalu dipakai ketika final berlangsung.

Teriakan dan sorakan kembali terdengar memenuhi lapangan begitu tim basket dari SMA Garuda kembali mecetak point. Banyak yang membawa spanduk serta poster dengan tulisan 'Semangat Alaska' yap, banyak sekali siswi yang meneriaki nama Alaska membuat Galenka tersenyum lebar. Ia senang banyak yang mendukung Alaska, cowok itu kini kembali di gilai siswi Garuda, tidak seperti dulu banyak yang menghindar, kini banyak yang terang-terangan menyapa Alaska walaupun cowok itu sedang bersamanya.

"Keren ya, Alaska nyetak poin mulu," ujar Ralin begitu Alaska membuat seluruh siswi Garuda kembali bersorak.

"Emang tugasnya kali," jawab Keana.

Galenka mengangguk. "Setau aku Alaska itu posisinya jadi forward, tugasnya ya nyetak poin ke keranjang lawan."

"Ohhh."

"Iya."

Ralin menatap jengkel ke arah Keana, gadis itu tidak bisa diam. "Ngapain si lo?"

"Pipis kek yuk,"

"Ogah ah!"

"Len, ayo kek. Takut gue sendirian."

"Sendiri aja si, deket kok disana. Aku di sini aja jagain bangku kamu," ujar Galenka sambil tertawa bersama Ralin.

"Awas lo pada!"

***

Deven melempar kunci motornya lalu menangkapnya kembali. Ia menatap pelataran parkir yang sangat ramai. Kini ia tengah ada di SMA Ganesa, bukan untuk menonton tim basket sekolahnya, tapi untuk mencari keberadaan Galenka. Gadis itu sangat sulit di temui seminggu ini, padahal seharusnya itu momen yang cukup bagus mengingat Alaska tengah sibuk pada latihan.

Deven mulai berjalan ke arah lapangan. Mengabaikan berbagai tatapan memuja kepadanya. Fokusnya kali ini hanya mencari keberadaan Galenka di antara ribuan orang menonton.

GALENKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang