Dua puluh delapan

485 80 68
                                    

Bel tanda waktu ujian berakhir telah berdering, membuat mereka yang belum selesai mengerjakan seketika panik sendiri dan asal menyilang lembar jawaban tanpa menghitung atau sekedar membaca soal. Kejadian ini memang selalu terjadi di setiap ulangan. Bahkan, ada saja murid yang menyilang jawaban sampai nomer lima puluh ketika soal hanya berisi empat puluh lima butir.

"Waktu sudah habis, cepat kumpulkan!"

"Bentar lagi pak, bentar!" teriak salah satu cowok dengan berbagai gelang di tangannya.

Pak Wahyu menggelengkan kepalanya sambil merapihkan lembar jawaban. "Siapa nama kamu?"

"Dava, pak!" jawab Dava sambil menatap lembar jawaban temannya lalu menyalain pada lembar jawaban miliknya sendiri.

"Ett, tolol. Dia pasti ngingetin nama lo," bisik sang pemilik jawaban membuat Dava seketika menepuk dahinya.

"Nyontek yang elit dikit dong bosQuuu." Deven terbahak sambil menepuk pundak Dava kemudian berlalu ke meja Galenka.

Deven tersenyum lebar. "Soalnya gampang, ya?" tanya Deven pada Galenka. Gadis itu balik tersenyum kemudian bangkit dari duduknya. "Gampang, yang susah kan jawabannya."

"Ih pinternya pacarkuuuu." Deven merentangkan tangannya seolah meminta di peluk. Namun tak berselang lama cowok itu langsung terjatuh ke lantai dengan posisi yang kurang mengenakan.

Deven mendengus menatap Alaska yang tengah menatap sinis ke arahnya. "Kalo mau dorong bilang-bilang dong!"

Alaska menarik tangan Galenka keluar kelas tanpa memperdulikan umpatan Deven padanya.

"Kamu parah banget si! Kasian tau Deven." Galenka memukul lengan Alaska. "Di diemin nanti kebiasaan." Alaska menoleh sambil mengeratkan genggaman tangan mereka.

"Kita mau ke mana?"

Alaska kembali menoleh dengan wajah seolah berpikir. "Hm, maunya ke mana?" Galenka tersenyum lebar. "Kedai es krim?"

Alaska tersenyum kecil. "Let's go!"

***

Sepi. Jam baru menunjukan pukul sebelas siang begitu mereka sampai di kedai es krim dekat sekolah. Mereka datang bertepatan dengan kedai yang baru saja di buka. Masih sambil menggandeng lengan Galenka, Alaska membawa gadis itu untuk duduk di sudut kedai yang berhadapan langsung dengan jalan raya.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Galenka sambil membuka buku menu.

"Apa aja." Galenka mengangguk kemudian beranjak dari duduknya. "Biar aku pesen dulu."

Tidak berselang lama Galenka telah kembali. Gadis itu mengeluarkan ponsel lalu mulai memainkannya.

"Pesen rasa apa?" tanya Alaska sambil mengambil ponsel milik gadis dihadapannya.

Galenka mengerucutkan bibirnya. "Ponsel akuuu." tanpa mendengarkan gadisnya, Alaska justru sibuk mengotak-atik ponsel tersebut. "Pesen rasa apa?" ulangnya.

Seolah lupa dengan rasa kesal sedetik lalu, Galenka tersenyum lebar sambil menyebutkan pesanannya. "Matcha, oreo cheescake, cocoa seasalt sama banana split."

"Ih, mau kemana??" tanya Galenka begitu Alaska berdiri dari duduknya. "Batalin pesenan. Lo belum makan nasi jangan macem-macem."

"Duduk." Galenka menarik lengan Alaska untuk kembali duduk. "Mana bisa kamu batalin gitu, orang udah di pesen juga."

Alaska mendengus lalu menarik hidung gadis dihadapannya. "Awas aja nggak abis." Galenka melebarkan senyumnya sambil mrngacungkan kedua jempol. "Siap Pak Bos!"

GALENKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang