Sepuluh

1K 169 164
                                    

Galenka langsung merebahkan tubuhnya di kasur begitu sampai. Setelah membeli permen kapas dan menaiki beberapa wahana yang berada di pasar malam, kini ia sudah berada di rumah dengan boneka panda super besar yang ia bawa pulang.

Galenka menoleh, menatap boneka besar tersebut sambil menahan senyum yang perlahan mulai mengembang. Ia teringat ketika Alaska rela meninggalkan motor kesayangannya dan memilih mengantarnya pulang dengan berjalan kaki. Oh, jangan lupakan boneka besar yang cowok itu bawa.

Galenka hanya bisa tertawa sepanjang perjalanan sambil mendengarkan segala kekesalan Alaska. Cowok itu terus mengeluh karena boneka besar itu, padahal seharusnya cowok itu tidak perlu berusaha mendapatkan boneka tersebut jika akan terus mendumal sepanjang perjalanan, kan?

"Neng Ale, ada yang nelpon nih." Kepala Bi Ratna muncul dari balik daun pintu.

"Siapa, Bi?"

"Saya lupa tanya namanya, tapi suaranya cool banget," jawab Bi Ratna sambil cekikikan.

Galenka hanya terkekeh, lalu segera berlari ke lantai dasar.

"Hallo?"

"Hallo-hallo, hai?"

"Hallo?"

"Hih! Cuma iseng ya? aku matiin, nih."

"Jangan."

"Pantes kata Bi Ratna suaranya cool, ternyata kamu." Galenka terkekeh pelan.

"Hp gue! "

"Kenapa hp nya?"

"Ada di lo, bego." Galenka menepuk keningnya kencang, lalu meringis karena terasa nyeri.

"Oiya, hehe. Abisnya kamu juga tadi ga minta, akunya juga lupa."

"Besok gue ambil."

"Oke, aku tunggu di taman."

"Besok gue jemput." Baru saja membuka mulitnya ingin menjawab, namun sambungan sudah di putuskan secara sepihak. Galenka hanya bisa mengerucutkan bibirnya sambil berbalik menaiki tangga menuju kamarnya.

***

Pukul enam pagi, Galenka masih sibuk berkutat di dapur, menyiapkan bekal yang biasa ia berikan untuk Alaska di hari rabu. Galenka menatap kotak bekal yang berisikan nasi goreng berserta udang tepung. Ia bertepuk tangan bangga melihat karyanya. Walaupun sedikit gosong, tapi kali ini masakannya berhasil di buat.

"Ale?" Sanjaya berjalan ke arahnya, sambil menenteng beberapa berkas.

"Iya, Yah?"

"Di depan ada temen kamu." Galenka menatap bingung. "Siapa, Yah?"

"Cowok yang waktu itu, Ayah lupa," jawab Sanjaya sambil tersenyum kaku. "Oke, aku liat dulu."

Galenka langsung melangkahkan kakinya keluar pintu utama, di depan teras rumahnya berdiri cowok jangkung yang tengah menatapnya datar.

Galenka justru sebaliknya, ia tersenyum lebar.

"Aku pikir kamu nggak akan dateng." Galenka menarik bangku, lalu mengisyaratkan Alaska untuk duduk.

"Buruan."

"Hih, baru juga duduk."

"Lo mau telat?" Galenka menatap jam tangannya, lalu segera menepuk keningnya cukup kencang, sampai lagi-lagi ia meringis.

"Aku pikir masih pagi."

"Emang pagi, bego."

"Hih, mulut kamu emang minta di tabok." Alaska tidak menjawab, ia hanya menarik sudut bibirnya lalu menyuruh Galenka untuk segera bersiap.

GALENKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang