Menghela napas. Ralin melangkahkan kakinya keluar dari ruang guru. Lagi, bulan ini ia kembali di tegur karena belum membayar spp. Keuangan keluarganya memang bisa dibilang memburuk, apalagi semenjak ayahnya masuk penjara karena melakukan kekerasan pada ibunya.
Seminggu lagi akan diadakan ulangan semester ganjil dan ia terancam tidak akan bisa mengikuti ujian apabila bulan ini belum membayar uang spp juga.
"Ralin, abis ngapain?" Ralin mengangkat kepalanya sambil tersenyum begitu melihat Galenka dan Keana berdiri dihadapannya.
"Biasa lah." Ralin nyengir.
Keana mengangkat alisnya. "Lo kenapa? Muka lo beda banget." Keana merangkul Ralin sambil memegang permen lolipop.
"Gapapa."
Galenka ikut berdiri disamping Ralin, tapi memilih memeluk pinggang ramping sahabatnya, karena bahu Ralin terlalu tinggi untuk dirinya.
"Aku tau pasti lagi ada masalah, cerita dong!"
Keana mengangguk. "Lo wajib cerita. Nggak boleh enggak. Lo kenapa?"
"Gue belum bayaran." Ralin terkekeh kecil, berbanding balik dengan matanya yang memerah.
"Ken-- ah! Tenang aja kita balik ke TU terus bayaran, oke?" Keana menoleh pada kedua sahabatnya. Galenka mengacungkan jempolnya sambil berbalik ke arah TU.
"E--eh! Nggak usah!"
Tanpa mempedulikan Ralin yang terus menolak, Galenka langsung berlari ke arah TU.
"Keana! Pegangin Ralin, biar aku yang bayar."Keana melebarkan senyumnya sambil mengangkat jempol.
"Lepas, anjir!"
"Diem aja udah."
"Nanti gue ganti!"
"Gantinya bayarin cicilan hp gue, ya?" Keana nyengir, namun tak lama karena selang beberapa detik sebuah injakan mendarat pada kakinya.
"Ralin!! Sepatu gue putih, sialan!"
Ralin terbahak sambil berlari ke arah Galenka.
"Eh, kenapa?"
"Gapapa." Ralin nyengir sambil merangkul Galenka.
"Udah aku bayar ya buat bulan depan, jadi bulan besok kamu nggak usah mikirin uang bayaran sekolah." Galenka tersenyum lebar, sambil melambai ke arah Keana yang sedang mengatur napasnya.
"Makasih, makasiiih banget, Len. Lo emang yang terbaik." Ralin tersenyum lebar sambil memeluk Galenka yang tengah terkekeh kecil.
"Galenka doang nih yang baik?" Keana berdiri dihadapan keduanya sambil bertolak pinggang. Membuat Ralin dan Galenka sontak mengeluarkan tawanya sambil menarik Keana ke dalam pelukan.
"Lo semua yang terbaik! Thanks!"
***
Mading sedang ramai-ramainya karena nama dan kelas untuk UTS sudah di tempel di sana. Galenka pun ada di sana untuk melihat namanya ada di ruang berapa.
"Yah, kita nggak ada yang seruangan," ujar Keana sambil melihat namanya dan kedua temannya berada didalam ruang yang berbeda.
"Lo sekelas sama Dimas tuh." Ralin menyenggol lengan Keana sambil terkekeh.
"Bisa-bisa gue gagal fokus gara-gara enek liat muka dia."
"Ngaco!" Ralin terkekeh.
"Akhirnya kita sekelas, cantik~" ketiganya langsung menoleh ke arah Deven yang tengah bersandar disamping mading.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALENKA
Teen FictionDisaat harus memilih antara dua pilihan. Dia yang kesepian, atau dia yang butuh uluran tangan. Kamu akan memilih yang mana? #266 FiksiRemaja [28. 11. 18] #548 TeenFiction [28.11. 18] ⓒCopyright by Amaliakrtka 2018.