bab 10: Diego x Alvaro kecil
sudut pandang orang ketiga
SD Satudua 3
Hari pertama tahun ajaran 2015/2016
Kelas 5-3Alvaro —si anak yang baru naik kelas 5 ini— dengan penuh debaran melangkah menuju ruang kelas 5-3 ini. Dia berhenti sejenak di depan pintu kelas untuk melihat daftar murid di kelas barunya itu.
'Gak ada temen di sini.' Batinnya.
Memang dari dulu Alvaro adalah anak yang lumayan pendiam. Yang bisa ia jadikan teman hanya dua orang; Matthew dan Biru. Sedangkan Alvaro terpisah kelas dari mereka berdua.
Dengan banyak hal yang memenuhi pikirannya, akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk kelas.
Sudah ada beberapa kelompok besar maupun kecil di dalam kelas. Walaupun masih pagi, suasana kelas sudah diramaikan oleh anak-anak yang mungkin akan menjadi temannya. Or maybe not.
Alvaro celingak-celinguk mencari meja kosong untuk dirinya. Pilihannya jatuh pada satu-satunya meja yang masih belum berpenghuni. Meja itu ada di barisan paling belakang, dekat sekumpulan anak laki-laki yang sedang bercengkrama. Setelah menempati kursinya itu, ia menghembuskan napasnya.
'Seenggaknya gak ada yang ganggu' Batinnya.
kringgg
Bel masuk akhirnya berbunyi. Semua murid mulai menuju bangkunya masing-masing sebelum wali kelas mereka datang.
Suara langkah sepatu hak mulai terdengar. Pertanda wali kelas mereka akan masuk.
"Selamat pagi, semuanya. Karena kita semua udah saling kenal, jadi gak usah perkenalan lagi, yaa. Saya akan menjadi wali kelas kalian untuk tahun ini. Kita berjuang bareng, ya!" Kata ibu wali kelas mereka.
Wali kelas mulai banyak berbicara ini itu, tetapi Alvaro tidak mendengarkan apa-apa. Pikirannya masih memikirkan nasibnya di kelas yang baru ini. Sendirian.
Tok.. tok..
Semua anak menoleh saat seorang anak memasuki ruangan. Seorang anak laki-laki yang terlihat cenderung kecil, tapi semua orang tahu dia adalah anak yang sangat ramah, easy-going, dan memiliki banyak teman. Anak itu tersenyum kepada seluruh isi kelas.
'Coba kalau aku bisa kayak gitu.' Batin Alvaro iri.
"Maaf bu, saya telat." Kata anak itu cengengesan.
Ibu wali kelas hanya tersenyum masam menanggapi anak itu. "Yaa, masih hari pertama ini juga, kan. Ya udah, sana kamu duduk."
Anak itu pun masih cengar-cengir mencari kursi kosong. Matanya berhenti pada kursi kosong di deretan paling belakang. Tempat paling dekat dengan teman-temannya.
Anak itu pun menarik kursi kosong itu, dan menempatinya. "Hey, gue duduk di sini ya." Katanya sambil tersenyum dengan teman sebangkunya.
"I-iya. Silahkan." Jawab Alvaro deg-degan. Karena belum pernah ada orang yang duduk di sebelahnya selain sahabat dekatnya.
Anak itu tertawa. "Santai aja. Sekarang kita kan temen."
Alvaro hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
junior // completed
Teen FictionIni cerita tentang gue, anak SMP yang suka sama adek kelas gue sendiri, yang baruu aja lulus SD. Dan ternyata dia belom pernah jatuh cinta sama sekali. Bisa gak ya gue jadi cinta pertamanya? -Alexandra Xavier Lanjutan dari 'Labil.' #1 in #cintasmp #...