||03||

18 3 1
                                    

Saling Membenci

Calla membiarkan angin menerpa wajahnya, bahkan ia sama sekali tidak terganggu dengan helaian rambut yang mulai berterbangan menghalangi pandangannya, gadis itu tetap diam membisu.

Di belakang bangunan kelas, seperti nya aman untuk bersembunyi. Calla menghela nafas berkali-kali kali, namun rasa sesak itu masih saja ada di dalam hatinya. Calla menyesal telah membiarkan tangisan nya pecah di hadapan rafi,Walaupun ia tidak terlalu tau rafi melihatnya atau pun tidak, tapi tetap saja Rafi akan beranggapan bahwa ia gadis lemah.

"Aku cinta sama kamu!"

"apa? "

" aku cinta sama kamu"

"iya.. "Kala itu rafi menjawab dengan senyumnya, calla mengernyitkan dahinya mendengar jawaban rafi. Cuman 'Iya' tidak membalas pernyataan cintanya.

Calla tersenyum miris, calla merasa ia terlalu bodoh dulu, dengan mudahnya mengatakan cinta padahal harusnya yang berkata seperti itu lebih dulu lelaki.

"Tuhan berhak buat lukain lo, tapi nggak ada satu Orang pun yang berhak buat ngelakuin lo. Gue usahain nggak ada satu Orang pun yang ngelakuin lo termasuk gue sendiri"

Perkataan rafi waktu itu hanya omong kosong. Bahkan kali ini, rafi adalah orang kesekian kalinya yang membuat luka di hatinya dan luka yang rafi torehkan tidak bisa dibilang sedikit.

Dari arah belakang, Rafi berjalan pelan Kearah calla, ia mengerongoh saku celananya lalu mengambil sapu tangan yang ia bawa dari rumah.

"Nih, Nggak usah Alay!" Rafi memberi sapu tangan ini ke calla.

Calla menoleh memandang Rafi dengan bingung.

"Jangan terlalu dramatis gue benci!"

Calla melirik tangan Rafi yang terdapat sapu tangan disananya.

"gue lebih benci lo yang nggak pernah mau tau dan bertindak sesuka Hati " selepas mengucapkan itu calla pergi.

Jika di pikir pikir, untuk pertama kali nya ia menggunakan logat lo- gue kepada rafi.

Calla berlari meninggalkan Rafi sendiri yang menatapnya dengan sendu.

''pahami sikap gue, dan lo akan tau kenapa gue bersikap seperti ini"
.
.
Calla menghapus air matanya dengan kasar.

Ia benci dirinya yang lemah saat jatuh cinta.

Ia membenci sang maha cinta yang senang sekali membolak balikan perasaan nya.

Calla berhenti berlari. Ia menghela nafas saat melihat nayya ada di hadapannya.

"calla kenapa?" tanya nayya.

Calla diam. Tanpa niat mau menjawab pertanyaan nayya.

"Cal--"

"aku mau ke kelas, bisa minggir?" Potong calla.

Nayya mengangguk, ia menggesarkan sedikit tubuhnya untuk membiarkan calla berjalan meninggalkan nya.

Nayya duduk di bangku taman, karena jam istirahat belum usai. Ia memikirkan Wajah sembab Calla tadi. Tiba tiba saja Nayya teringat pada rafi. Nayya merongoh ponselnya lalu mencari kontak Rafi,Dan berniat mengirim pesan.

"Kamu sama calla marahan ya?"

Nayya menekan tanda kirim dan menunggu balasan dari rafi.

"Nggak, dia bilang apa ke kamu?"

Nayya mengendus, jika balasan rafi seperti ini. Pertanyaan Nayya tadi benar bahwa hubungan rafi dan calla sedang tidak baik baik saja.

"Calla nggak cerita apa apa. Feeling aku aja, benarkan? "

Nayya menaruh kembali ponselnya ke saku rok nya, Gadis itu memikirkan pokok permasalahan hubungan calla dan Rafi.

Apa karena calla dekat dengan lelaki lain, Dan rafi cemburu?

"Nggak mungkin, setau aku calla nggak pernah deket sama cowok lain selain rafi dan papah nya"

Atau karena rafi dekat dengan gadis lain?

"Nggak mungkin juga,rafi gak pernah dekat sama gadis lain selain aku"

Nayya mengetuk dahinya beberapa detik dan langsung tersadar.

Rafi gak pernah dekat sama gadis lain selain aku

Selain aku

Aku

Nayya menggeleng tidak percaya. "karena aku? Karena aku deket sama rafi?"

.
.
Bersambung

About youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang