||26||

4 0 0
                                    

Rafi berjalan menghampiri calla, Ia masih diam, tidak membuka suara. Sampai ketika calla membuka suara dan memanggil namanya.

"Rafi, Kamu disini?"

"Bau farfum nya persis seperti farfum rafi"

Rafi menghela nafas, Digenggam tangan mungil yang dingin itu.

"Aku disini"

Dan saat itu juga tangis calla pecah, Ia memeluk tubuh rafi erat, beban nya seakan ilang separuh dari pundak nya.

Rafi membalas pelukan calla. Ia selalu berdoa dalam hatinya, Semoga Gadis nya akan secepatnya bahagia.
.
.
.
"Satu suap Lagi " ujar rafi.

Siang ini rafi sedang menyuapi Calla makan, Bukan karena calla yang memaksa rafi untuk menyuapi nya, tapi karena emang itu dari kemauan rafi sendiri.

" Aku udah kenyang"

Calla menggenggam Tangan rafi yang berada disamping tempatnya duduk.

"Jangan kemana-mana"

"Disini gelap"

Rafi mengangguk.

"Aku ga akan kemana-mana. Aku tetap disini, Sama kamu"

Calla tersenyum.

Mungkin rafi akan mengambil seminggu hari liburnya untuk menemani calla disini.

"Rafi papah ingin bicara sama kamu, Tapi tidak Disini " tiba tiba Papah rafi masuk kedalam ruang rawat calla.

" Kenapa ga disini aja?"Tanya rafi.

"Ikut papah"

Rafi mengangguk, Ia melepas genggaman tangannya dengan lembut.

"Aku pergi sebentar, Ga akan lama"

Calla mengangguk.

Rafi mengikuti papahnya dari belakang,Sampai mereka berhenti di depan ruang rawat calla.

"Papah baru dapet informasi dari sahabat Papah, Kalau Calla punya saudara kandung, Tapi dia nggak tinggal disini"

"Memang saudara kandung nya tidak tinggal bersamanya sejak kecil, Dan papah baru tau itu sekarang. Papah bakal cari Saudara calla lalu membawa nya kesini"

Rafi mengangguk mengerti.

"Jaga Calla sampai papah datang kesini lagi"

Rafi diam, Lalu ia mengangguk.

.
.
.

Dua minggu kemudian..

Rafi berjalan dilorong rumah sakit dengan langkah pelan, Tadi saat calla sudah tertidur, Rafi memutuskan untuk keliling rumah sakit ini untuk menghilangkan rasa bosan nya.

Rafi memandang setiap Ruangan yang terdapat di lorong ini. Saat rafi menatap ruang icu disamping kanan, Rafi berhenti melangkah. Ia membulatkan matanya. Disana terdapat papahnya yang duduk sendiri dikursi tunggu.

"Papah"

Papah rafi menoleh.

"Rafi"Ujarnya.

Rafi berjalan kearah papahnya.

"Gimana pah? Saudara calla udah ketemu?"Tanya rafi.

"Sudah"

"Dimana dia sekarang?"Tanya rafi saat melihat tidak ada siapa-siapa selain dia dan papahnya.

"Di dalam"Menunjuk Ruangan icu.

Rafi diam, Lalu berdiri. Ia berjalan masuk kedalam ruangan icu. Berjalan pelan dengan langkah penasaran.

Deg.

"Ga mungkin"
.
.
.

Sedari tadi rafi diam, Bahkan saat sudah sampai ruangan calla ia tetap terdiam, Calla bingung, Sedari tadi tidak ada suara rafi yang ia dengar.

"Rafi, kamu masih disini kan?"Tanya calla.

Rafi menggenggam tangan calla.

"iya"balasnya.

"Kenapa diam aja?"

"Ga papa"

Calla mengangguk mengerti.

"Cal"

"Kenapa?"

"Kamu tau kalau kamu punya kakak?"Ucap rafi to the point.

"kakak?Hmm engga"

"bentar-bentar. Jadi aku punya kakak?!"

"Hmm"

Rafi mengangguk.

"kamu mau lihat kakak kamu?"

Calla diam.

"Call, Maaf maksud aku ga gitu"

Calla tersenyum.

" Nggak papa"

"Anterin aku ketemu kakak yuk" Sambung calla.

Rafi mengangguk, ia menggenggam tangan calla.

"Mau naik kursi roda atau aku tuntun?"

"Hm aku mau kamu tuntun"Ujarnya Malu-malu. Ah! Sangat manis terdengar ditelinga rafi.

"Jangan pernah lepas genggaman tangan aku tuan putri"
.
.
.
Bersambung

About youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang