||22||

5 0 0
                                    

Mereka semua menunggu diruang tunggu ini, sesekali putra dan kenath menghibur rafi, walaupun Sesekali juga Lawakan mereka sangat garing.

Sekarang Tepat pukul 12.00 malam, Diantara mereka semua tidak ada yang beranjak dari Rumah sakit tersebut.

"Pada Pulang sono"ujar rafi, Saat melihat mereka sudah Mengantuk.

"Enggak ah, Kita kan solid"Balas Kenath, Yang mengerjapkan Matanya.

Kenath mengambil posisi di lantai bawah rumah sakit, ia membuka jaketnya lalu menaruh nya diLantai tersebut untuk alasnya tidur.

"Minggiran dikit net, Lu ngalangin jalan"Ujar Lutfi yang Sedang duduk di atas bangku disamping rafi.

"Ga Ah, Enakkan disini adem"

"eh gua denger-denger dari cerita nenek gua, Kalau rumah sakit itu angker"Ujar putra tiba-tiba.

"Kan ada kamar mayatnya"Celetuk oces.

Kenath yang tadinya sudah ingin tertidur, Bangun dari tempatnya lalu duduk berdempettan duduknya dengan rafi.

"apaan sih Lu " kesal rafi.

" Fi gua butuh perlindungan, Lu kan bisa ngelawan makhluk gaib gitu"

"Drama amat si Lu " ujar rafi, Ia Menjauhkan badannya dari kenath.

" Sekali lagi lu mendekat, gua yang bikin lu jadi makhluk gaib. Mau!?"

"iyaiya enggak " kenath mencoba untuk mendekat ke arah devan
Yang duduk dibawah bangku.

" Mau apa lu?! "Tanya devan saat melihat kenath yang mendekat kearah nya.

" Gua Ngga---"

Prankkk

"MAMAH TOLONG KENATH! ALLAHU AKBAR!!"

Mereka semua tertawa melihat wajah ketakutan kenath, Padahal benda jatoh tadi adalah piring yang Barusan yang Husein beli dikantin.

"Dia kenapa?"Tanya Husein.

Mereka semua menggidikkan bahu nya lalu melanjutkan tawanya.
.
.
.
Pukul 07.00

Rafi mengerjapkan matanya, Menggeser kepala kenath yang berada di lengannya. Lalu ia menggeser tubuh kenath dan lutfi yang menjempit nya. Ia berdiri melihat ruangan calla. Tadi sebelum ia tidur dokter keluar dari ruangan calla. Dokter bilang Luka calla cukup serius, ada gumpalan darah dikepalanya, Yang mengharuskan Calla untuk operasi.

Rafi memegang kepalanya, Lalu ke kamar mandi sebentar untuk mencuci muka. Selesai cuci muka rafi berjalan masuk kedalam ruangan calla, Tak lupa ia memakai pakaian steril yang berada di dalam ruangan itu.

Clek.

Rafi mendekat kearah calla. Dilihatnya perempuan itu tenang dengan mata terpejamnya. Namun entah kenapa ia benci Mata itu terpejam dengan lama.

"Wake up Please!"

Calla masih setia menutup mata dengan di temani oleh Mesin prediksi jantung yang konstan berbunyi di dalam ruangan ini.

" Bangun sekarang, Dan Tampar aku! Aku lebih suka kalau kamu Pukul aku, Tampar aku! Asal jangan diemin Aku " lirih Rafi, ia kembali memegang kepalanya yang berdenyut.

Andai Kejadian itu tak ia lakukan.

Andai ia bisa menjaga Apa yang ia Miliki.

Andai ia tidak sebodoh itu dalam melepaskan.

Andai! Dan andai!

Andai ahh--Tak baik juga ia mengulang masa itu.

Ia menunduk memejam kan kepalanya, Berdoa semoga tuhan membangunkan Gadis-nya. Ah mungkin rasanya sudah tidak pantas ia memanggil gadis ini dengan sebutan gadis nya.

"Bangun dari dulu sampai sekarang aku mencintaimu Sungguh-sungguh, Bukan main-main"

Ia menggenggam tangan gadis ini yang terasa dingin. Di kecup pelan tangan Gadis ini, Dan di Dekap di dadanya.
.
.
.
Bersambung

About youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang