♫ "Hold My Hand" - Jess Glyne ♫
Pelajaran "Pengendalian Kekuatan" mengambil tempat di lantai tujuh.
Teman-teman yang lain juga kelihatannya sangat bersemangat untuk ikut kelas ini, bikin aku tambah bingung. Pelajaran "Pengendalian Kekuatan" terdengar sangat asing bagiku. Teman-teman yang kutanyai hanya tersenyum dan berkata "Lihat aja nanti!" Tara juga nggak mau memberitahu sama sekali. Katanya aku harus merasakan efek kejutan dari apa yang selama ini kusimpan.
Jadiiii, apa aku bakal diajarin cara menghancurkan batu pakai tusuk sate?
Aku memutuskan untuk menyimpan semua pertanyaan itu.
Kami beriringan masuk ke kelas. Ruang kelas ini lebih mirip lapangan karena meja tulis untuk siswa diatur merapat mengelilingi dinding, menyisakan tempat yang cukup luas di bagian tengah ruangan. Ada meja guru dan sebuah papan tulis di depan.
Guru kelas "Pengendalian Kekuatan" adalah seorang pria berkepala botak berkumis tebal dan bertubuh gempal yang kelihatan agak mirip singa laut. Dari wajahnya, sepertinya ia orang yang banyak pengalaman.
"Siapa namanya?" Aku menanyai salah satu dari si kembar Nugroho yang nggak bisa aku bedakan sebagai Aldo atau Bastian.
"Park Yu-Tsin, orang Korea. Dia keren banget."
Meredith bertanya dengan sopan apakah ia boleh duduk di dekatku dan Tara. Kami menerimanya dengan senang hati. Lesung pipi Meredith yang dalam muncul kalau dia tersenyum.
Pak Yu-Tsin menyapa kelas dan kami balas memberi salam. Selesai mengabsen kami, dia mengatupkan tangan dengan puas.
"Oke, class. Hari ini kita akan belajar bagaimana menggerakkan kekuatan pada waktu sakit. Untuk itu saya sudah mengundang Bu Olena untuk membantu pelajaran kita hari ini." Pak Yu-Tsin mengangguk kepada wali kelas kami yang duduk di sudut ruangan, agak tersembunyi. "Hal ini jelas sulit dilakukan, karena kemampuan seorang pengendali sangat dipengaruhi oleh kondisi tubuh. Untuk memberi contoh, saya mengundang siswi baru, Jennifer Darmawan untuk maju ke depan dan melakukan demonstrasi. Saya rasa kita semua penasaran, pengendali apa dia..."
Semua mata tertuju padaku. Aku bangkit dengan gemetar. Oke, ini nggak lucu. Pengendali apa yang dimaksud Pak Yu-Tsin? Selama ini aku nggak pernah mengontrol yang aneh-aneh!
"Jadi?" Pak Yu-Tsin menatapku di balik kacamatanya. "Apa yang bisa kamu kendalikan?"
Kelas apa sih ini? Apa aku salah masuk sekolah? "Umm... maaf, pak. Saya tidak paham..."
"Kekuatan pengendalian yang dimiliki oleh semua siswa di ruangan ini. Misalnya saya punya kemampuan mengendalikan benda-benda yang sudah rusak dan memperbaikinya. Bu Olena dapat mengendalikan aliran darah di tubuh seseorang," kata Pak Yu-Tsin tenang. "Nah, paham kan? Jadi kamu pengendali jenis apa?"
Kemampuan memperbaiki barang? Mengendalikan aliran darah? "Ini bukan bercanda kan pak?"
"Bercanda?" Alis Pak Yu-Tsin mengernyit. "Apa maksud kamu, Jennifer?"
"Umm, saya..." Aku tak tahu harus menjawab apa. Pak Yu-Tsin kelihatan serius. Ini gila! "Saya rasa saya bukan pengendali. Maksud saya, selama ini saya belum pernah – tidak mengendalikan apapun. Saya normal."
"Apakah kamu tahu soal SMA Cahaya Bangsa ini, Jennifer?"
"Saya pikir..." Ya Tuhan! "Saya pikir ini adalah SMA biasa..."
Bu Olena menghampiriku. "Cahaya Bangsa adalah sekolah untuk pengendali kekuatan, Jennifer," kata wali kelasku itu. "Itulah alasan kenapa kami menjadi sekolah internasional, karena kami menerima para siswa pengendali dari seluruh Asia. Sejatinya, setiap orang punya bakat pengendali, hanya saja banyak yang tidak dilatih karena mereka menganggap pengendalian adalah sesuatu yang tidak normal. Karena dipendam, kemampuannya justru lenyap. Tapi tidak di sekolah ini. Prinsipnya, bakat pengendalian adalah chi, energi yang mengalir di setiap makhluk hidup..."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NEW GIRL [SELESAI]
FantasiAku kaget sekali karena sekolah baruku adalah sekolah untuk pengendali, sebutan untuk anak-anak berkekuatan super! Misalnya nih si Tara, cewek yang duduk di sebelahku. Dia bisa mengendalikan waktu. Terus ada Reo, cowok cakep yang tampangnya mirip ar...