Suasana halaman sekolah pagi itu mengingatkanku pada hari pertama kemunculanku di SMA Cahaya Bangsa. Bersemangat sekaligus menegangkan.
Tak hanya aku saja yang merasakan hal itu. Gelombang euforia menyelimuti seluruh anak-anak hingga guru-guru. Semua kelihatan siap bertanding dan ingin memenangkan Casa Poca tahun ini.
Sebuah trofi emas yang berkilau dipajang dalam sebuah kotak kaca tepat depan lobi. Trofi itu sangat besar, nyaris setinggi tubuhku dan kelihatan berat sekali. Trofi itulah yang akan diberikan bagi tim pemenang Casa Poca. Entah sudah jadi tradisi atau apa, setiap anak yang melewati si trofi pasti menyentuh kotak kacanya. Kata Reo, mereka melakukannya agar tim mereka menang.
Di hari perlombaan ini sudah terpasang tiga layar raksasa dan sebuah tenda di samping si trofi, sehingga anak-anak yang tinggal di sekolah tetap bisa menonton jalannya perlombaan.
Awalnya aku mengira hanya tim kelas kami yang pakai seragam. Ide ini muncul begitu saja di benakku supaya tim kami kelihatan kompak dan Arini dengan senang hati menyiapkan dua lusin kaos yang sudah disablon. Kaos itu berwarna jingga – aku sengaja memilih jingga untuk melambangkan harapan dan bertuliskan nama tim kelas kami. Setelah diskusi panjang, kami sepakat menamakan tim kami Triumph – artinya menang. Beberapa usulan nama yang diterima nggak masuk akal dan setelah perdebatan alot, akhirnya Bu Olena memutuskan untuk memvoting usulan nama-nama yang sudah masuk. Seperti yang kalian duga, Triumphlah yang menang.
"Tahu nggak..." Tara muncul di belakangku. Kaos timnya terlihat agak longgar. "Masa tim kelas sepuluh Pattimura namanya Gatotkaca."
"Gatotkaca? Wah, unik ya."
"Kampungan menurut gue. Mendingan nama tim kita lah. Triumph."
Tanpa ada maksud merendahkan si Gatotkaca dan sok ke-bule-bule-an, tapi dalam hal ini aku setuju dengan Tara. Semoga kami bisa ber-Triumph di akhir perlombaan ini.
Bu Olena menghampiri kami. Dia juga memakai kaos tim. Tanpa busana formal yang selalu dipakainya saat mengajar, aku baru sadar ternyata Bu Olena masih sangat muda. Kutebak usianya mungkin sekitar dua puluh lima tahun.
"Kalian siap?"
"Siap, bu!" jawabku dan Tara berbarengan.
"Mobil tim kita sudah siap, Jen?"
"Sudah bu." Kutunjuk van yang bakal jadi "markas" tim kami. Atas permintaanku, van itu juga sudah dicat jingga seperti kaos tim kami. "Semua peralatannya juga sudah siap."
"Mantap. Sini, kita briefing dulu ya..."
Pak Prasetyo naik ke atas podium. Dia satu-satunya guru yang nggak pakai kaos tim. "Selamat pagi semuanya! Pagi yang cerah untuk Casa Poca tahun ini!"
Kami semua bertepuk tangan dengan semangat menggebu.
"Beberapa saat lagi perlombaan akan dimulai. Setiap tim dipersilakan untuk briefing terlebih dahulu dengan wali kelas masing-masing. Saya ingatkan bagi setiap tim yang akan bertanding, bahwa segala jenis kecurangan di Casa Poca tidak dapat ditoleransi..."
Mata Pak Prasetyo bergulir ke arah kelas Supernova. Pak Gino terkekeh sok.
"Perlombaan ini akan diawasi dengan ketat dan tim manapun yang bertindak curang akan didiskualifikasi. Casa Poca adalah perlombaan yang menjunjung sportivitas dan kebersamaan, jadi hanya gunakan kekuatan kalian untuk melumpuhkan tim lawan, bukan menyakitinya. Tujuannya adalah garis finish. Jelas?"
Terdengar gumaman setuju diantara anak-anak.
"Saya dan perwakilan dari Dewan Pengawas Pengendali Indonesia..." Pak Presetyo menunjuk seorang pria dan wanita bertampang kaku yang berdiri di dekatnya. "Akan mengawasi perlombaan dan memastikan tak ada pelanggaran. Bagi tim manapun yang menemukan kecurangan, diharapkan melapor ke PIC masing-masing untuk diusut tuntas. Tak perlu khawatir, Dewan Pengawas Pengendali telah menempatkan sejumlah pengendali pikiran di titik-titik yang akan dituju sehingga masyarakat awam tak akan menyadari apa yang akan terjadi. Ingat, tak boleh menyakiti non-pengendali sedikitpun! Nilai tim yang entah sengaja atau tidak menyakiti non-pengendali akan dikurangi. Kita berkumpul di garis Start dalam lima menit!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NEW GIRL [SELESAI]
FantasyAku kaget sekali karena sekolah baruku adalah sekolah untuk pengendali, sebutan untuk anak-anak berkekuatan super! Misalnya nih si Tara, cewek yang duduk di sebelahku. Dia bisa mengendalikan waktu. Terus ada Reo, cowok cakep yang tampangnya mirip ar...