Sejujurnya aku sama sekali tidak yakin pada ide untuk masuk ke area pertandingan, di mana para pengendali saling serang satu sama lain. Rasanya seperti melangkah ke medan perang tanpa senjata dan baju zirah. Ide bahwa aku, satu-satunya non-pengendali di sini, bisa celaka kapan saja, terus menghantui. Tapi aku mencoba mengenyahkan pikiran itu dan memikirkan Tara, Reo, dan tentu saja Carl. Mereka adalah teman-temanku. Sesuatu terjadi pada mereka dan kami nggak tahu apa itu. Mereka harus ditolong.
Karena resminya pertandingan masih berlangsung, kami musti bergerak cepat. Triumph harus kembali bertanding kalau ingin menang. Untuk sementara, Javelin dan Prima memutuskan untuk menghidari satu sama lain – entah mereka tahu Triumph diserang atau tidak.
Bu Olena membagi kami dalam tiga kelompok untuk memeriksa tiga lantai dalam museum. Aku bersama Billy ditugaskan untuk memeriksa lantai dua, Bu Olena mengecek lantai tiga, Iswara dan Azka berada di lantai satu. Karina tetap tinggal di van untuk memonitor keadaan.
Aku merasa aman karena bersama Billy. Dengan kekuatan telekinesisnya, setidaknya dia bisa menerbangkan lemari dengan gampang seandainya ada yang menyerang kami.
Kami sekarang berada di koridor lantai dua dan bergerak menuju ruangan di mana Triumph berduel dengan Javelin tadi.
"Dingin ya Jen," kata Billy sambil mengusap tangannya. "Kamu merasa kedinginan, nggak?"
"Iya, nih." Meski di luar panas terik, di dalam sini terasa dingin menusuk. "Kok bisa, ya?"
"Bisa jadi ini ulah pengendali temperatur."
"Wynona? Tapi dia kan ada di sekolah."
Tiba-tiba terdengar derap langkah kaki di koridor. Billy menarikku untuk bersembunyi di balik sebuah lemari kaca. Dengan kekuatannya, dia memindahkan sebuah meja kayu kecil di dekat pintu, siap menggesernya ke tengah supaya siapapun yang berlari ke arah kami tersandung.
Derap langkah itu semakin mendekat. Aku menunggu dengan waswas. Kalau terjadi sesuatu dan Billy diserang, Bu Olena sudah menginstruksikanku untuk lari keluar dan berteriak minta bantuan.
BRAK!
Billy menggeser meja itu tepat waktu.
"Ouch!"
Aku kenal suara itu. Billy mengajakku keluar dari persembunyian. "Carl?"
Carl terjatuh karena tersandung si meja. Dia merangkak bangkit dan mengusap-usap lututnya. "Jen! Syukurlah ketemu kamu!"
"Kamu nggak apa-apa?"
"Aku nggak apa-apa. Kita diserang mendadak oleh Prima! Chelsea si pengendali portal muncul, lalu Ruly menggerakan kabut itu dan Yudhi menyerang kami dengan balok-balok es!"
Ini menjelaskan mengapa monitor menunjukkan Prima tetap berada di lantai tiga. Yang perlu Chelsea lakukan hanyalah mencipta portal yang terhubung langsung ke lantai dua.
"Terus di mana Tara sama Reo?"
"Mereka terluka berat. Aku mencoba mencari pertolongan tapi headset kami bertiga beku jadi es. Untung kalian datang!"
"Di mana mereka?" tanya Billy.
"Ada di ruangan itu," Carl menunjuk ruangan di belakangnya. Masih ada sisa kabut tipis yang menghalangi pandangan. "Mereka selamat. Satu lagi, Jen. Aku tahu di mana letak trofi itu! Tapi aku nggak bisa pergi ke sana karena harus mencari bantuan untuk Tara dan Reo terluka."
"Kita berpisah aja," kata Billy sigap. "Carl, kamu pergi cari trofinya dan bawa ke sini. Aku bakal mengurus Tara dan Reo."
Carl menatapku. "Jen, kamu mau kan menemani aku? Reo udah menitipkan bintangnya sama aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NEW GIRL [SELESAI]
FantasiaAku kaget sekali karena sekolah baruku adalah sekolah untuk pengendali, sebutan untuk anak-anak berkekuatan super! Misalnya nih si Tara, cewek yang duduk di sebelahku. Dia bisa mengendalikan waktu. Terus ada Reo, cowok cakep yang tampangnya mirip ar...