Kami mengamati Reo, Meredith dan Carl berpindah ruangan dengan gemas.
"Garis Finish terdekat ada di sebelah kiri mereka," kata Azka hati-hati. "Reo udah melihat pintu itu. Yang perlu mereka lakukan adalah bergerak ke pintu itu secepat mungkin."
Strategi Reo untuk membuka semua pintu di The Hive terbukti jitu. Tim kami kini dapat bergerak lebih leluasa setelah tahu jalan mana yang harus diambil. Namun itu bukan berarti mereka bisa mencapai garis Finish dengan mudah, karena sekarang semua tim yang lolos ke Tantangan Kedua sudah berada di The Hive.
Karina memekik, "Awas, dari pintu belakang!"
Seorang pengendali dari tim lawan memuntahkan lava panas bergelegak dari pintu ruangan tim kami. Carl mengelak dengan gesit dan memunculkan anak-anak tangga dari dinding, sehingga dia, Meredith dan Reo bisa melompat ke atasnya.
"Nyaris banget!" Tara mengelap keringat di wajahnya. "Kita tinggal sedikit lagi, nih!"
Javelin masih berkutat dengan strategi mereka yaitu mengetes setiap pintu, meski kini mereka melakukannya dengan lebih brutal. Windy si pengendali kayu tak lagi hanya sekedar mengedor pintu-pintu, tapi kini mencabutnya. Rupanya dia terinspirasi dari Reo. Akibatnya sepertiga pintu di The Hive kini sudah tak ada dan setiap tim memanfaatkan ini untuk saling serang.
"Ke kiri!" teriak Bu Olena, sepertinya lupa akan kehadiran kaca tebal yang memisahkan kami dan The Hive. "Hanya tinggal empat ruangan lagi!"
Carl menyentuh sebuah pintu yang sudah dicabut oleh Windy dan berkonsentrasi mengubahnya menjadi sesuatu yang mirip dengan pesawat kertas. Mereka bertiga naik ke atas pesawat itu. Lalu dengan hembusan angin dari Reo, mereka melayang melewati bingkai-bingkai pintu yang telah kosong, dua ruangan sekaligus.
"Carl berhasil mengubah kayu," bisik Tara. "Tuh, lihat!"
"Ya, gue lihat!" Aku memang tak pernah meragukan kekuatan Carl. Seperti kata Pak Yu-Tsin di sesi pertama kelas Pengendalian Kekuatan, aku tahu bahwa kunci pengendalian hanyalah konsentrasi.
"Lo tadi ngomong apa ke dia pas break sehabis Tantangan Pertama?" selidik Tara.
"Gue nggak ngomong apa-apa."
"Gue lihat kalian ngobrol, kok."
"Oh, gue cuma minta Carl konsentrasi," jawabku jujur. Berbeda dengan Meredith yang kelihatannya nggak ambil pusing soal hubunganku dengan Carl, Tara agak sensitif soal ini. "Waktu itu dia berhasil mengubah berlian hanya dengan berkonsentrasi."
Ekspresi Tara berubah jahil. "Pasti dia konsentrasi memikirkan lo."
Tebakan Tara benar. Carl sendiri mengakuinya. "Mungkin," jawabku, nggak mau terdengar ge-er. "Kalau gue bisa membantu dia tambah konsentrasi, kenapa nggak?"
"Lo naksir dia ya, Jen?"
Aku terperangah. Wah! Dari mana Tara dapat ide seperti itu? "Kita cuma teman."
"Gue perhatikan lo belakangan ini," kata Tara. "Lo sama Carl sering banget bareng-bareng."
"Karena waktu itu cuma kita berdua di kelas yang nggak punya kekuatan."
Tara kelihatan nggak puas mendengar jawabanku tapi dia hanya berkedip nakal dan mengalihkan pandangannya.
Yang terjadi di The Hive sekarang lebih mirip permainan kucing menangkap tikus. Tantangan yang disiapkan oleh panitia nyaris tak ada apa-apanya dibandingkan dengan para pengendali yang saling serang.
Triumph bersiap-siap bergerak menuju ruangan berikutnya. Kini mereka hanya terpisah satu ruangan dari garis Finish terdekat.
"Itu bintik-bintik apa sih?" Iswara mengetuk-ngetuk kaca di lantai. "Lihat deh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NEW GIRL [SELESAI]
FantasyAku kaget sekali karena sekolah baruku adalah sekolah untuk pengendali, sebutan untuk anak-anak berkekuatan super! Misalnya nih si Tara, cewek yang duduk di sebelahku. Dia bisa mengendalikan waktu. Terus ada Reo, cowok cakep yang tampangnya mirip ar...