♫ "7 rings" - Ariana Grande ♫"Belum tentu terjadi apa-apa sama si Carl, Jen," kata Meredith, mencoba menenangkanku. "Bisa jadi dia memang ikut eskul Astronomi, kan?"
"Eskul Astronomi baru mulai jam tujuh malam, Dith..." Perasaanku mengatakan sedang terjadi sesuatu pada Carl. "Siang hari begini, bintang-bintangnya nggak bakal kelihatan. Setahu gue, Carl memang nggak ikut eskul apa-apa."
"Benar juga," sahut Meredith dan Iswara berbarengan.
Nomor lantai lift bergerak perlahan tetapi pasti. Enam belas, tujuh belas, delapan belas... Pikiranku semakin semrawut. Mengapa Carl harus berbohong padaku saat istirahat tadi? Mengapa dia ke obsevatorium? Apa yang dicarinya di sana?
Untuk menempuh sisa empat lantai lagi terasa lama sekali. Aku nyaris bersorak gembira saat kami akhirnya tiba di lantai dua puluh dua.
Pintu lift berdenting terbuka. Di seberang koridor di hadapan pintu lift, ada dua buah kolam renang besar yang dibatasi kaca-kaca tebal.
"Gue bakal ikut kalian ke obsevatorium," kata Iswara baik hati. Dia juga ikutan khawatir setelah kuberitahu soal apa yang sudah terjadi antara Carl dan The Queens.
Kami memutar melewati kolam renang dan tiba di loteng yang terbuka. Gedung obsevatorium yang berupa kubah putih raksasa menyambut kami di seberang kolam. Tak tampak seorangpun di sekitar situ.
"Kayaknya obsevatorium dikunci," kata Iswara. "Apa Carl memang benar-benar ada di dalam? Bagaimana caranya dia masuk?"
"Gue nggak tahu," jawabku. "Coba aja kita cek."
Kami berjalan cepat setengah berlari ke arah pintu depan obsevatorium. Ketika sampai di pintunya, ternyata dugaan Iswara betul. Ada sebuah gembok besar yang mengunci pintunya.
"Carl?" Kuketuk pintu baja itu keras-keras. "Apa kamu di dalam?"
"Lihat!" Meredith menunjuk ke atap kubah. Atapnya yang berbentuk separo bola itu terbuka sedikit, memamerkan ujung teropong utama super besar yang dipakai untuk mengamati bintang. "Atapnya terbuka!"
Ternyata memang ada orang di dalam.
"Tapi bagaimana caranya kita masuk?" tanya Iswara.
"Gue punya ide." Meredith memungut selembar daun yang ditiup angin di lantai dan menggoyangkan jari-jarinya di atas si daun seperti mau menyihir.
Daun itu membesar dengan cepat hingga jadi seukuran karpet. Meredith menarik tanganku dan Iswara. Kami melompat naik ke atas si daun raksasa. Tangkainya yang semula pendek memanjang seperti ditarik dan terus tumbuh, mengangkat kami mendekati celah di atap kubah. Rasanya seperti naik permadani terbang.
Di balik celah itu ada sebuah tangga besi yang menjorok ke bawah. Meredith masih memakai si daun yang kini menggulung kami bertiga di dalamnya seperti selimut dan mengantar kami melewati celah hingga kaki kami menginjak lantai.
Di dalam obsevatorium ternyata agak temaram. Celah di atap kubah hanya menyisakan seleret cahaya matahari dari luar untuk menerangi bagian dalam gedung itu.
"Carl?" Aku mulai berteriak. "Carl?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NEW GIRL [SELESAI]
FantasíaAku kaget sekali karena sekolah baruku adalah sekolah untuk pengendali, sebutan untuk anak-anak berkekuatan super! Misalnya nih si Tara, cewek yang duduk di sebelahku. Dia bisa mengendalikan waktu. Terus ada Reo, cowok cakep yang tampangnya mirip ar...