♫ "La Di Da" - Lennon Stella ♫
Segala sesuatu di sekelilingku tampak samar-samar karena kami bergerak luar biasa cepat, seperti naik roller coaster. Kepalaku bergoyang-goyang dan isi perutku menggelegak, membuatku ingin muntah.
Tara memegangi telapak tanganku. Ia sedang mengajakku merasakan sedikit kekuatannya dalam memutar waktu untuk kembali ke tiga puluh menit yang lalu. Kami sudah terlambat untuk kelas Kimia.
"Ra..." panggilku keras-keras. "Gue mual nih..."
"Sebentar, Jen. Gue lagi konsentrasi."
Rasanya mengarungi waktu ternyata sangat tak mengenakkan. Sekarang aku paham mengapa ada peribahasa yang mengatakan: 'Yang lalu biarlah berlalu...'
Setelah satu menit yang bikin pusing, barulah Tara melepas tanganku.
"Eh..." katanya linglung. "Belum deh. Harus mundur lagi."
Pencernaanku kembali diaduk- aduk. Aku menutup mata, kepalaku berputar-putar. Ingin rasanya aku duduk di lantai untuk meredam rasa pusing ini. Kami mundur lima menit lagi. Akhirnya Tara melepaskan pegangan tangannya. Entah bagaimana caranya, kami sudah berada di koridor panjang lantai delapan belas.
"Oke, kayaknya berhasil," kata Tara dengan napas berat. "Kita udah kembali ke masa lalu."
Kami berlari-lari menuju lift lalu memencet tombol turunnya berulang kali keras-keras.
"Tadi lo ngomong apa soal Kimia, Ra?"
"Gurunya si Pak Gino. Dijuluki monster sama anak-anak."
"Monster? Dia makan orang, gitu?"
"Nyaris," kata Tara. "Semua anak takut sama dia. Menyebut namanya aja udah berasa horror. Pak Gino terkenal di satu Cahaya Bangsa karena dia jahat banget, Jen. Dia benci sama kita dan selalu mencari cara biar kita tersiksa."
Hmm... Pak Gino ini kedengarannya lumayan gawat. "Kenapa bisa kayak gitu?"
"Gosipnya sih karena dia bukan pengendali."
"Memangnya kalau mau jadi guru di sini harus pengendali?"
"Kurang lebih," jawab Tara agak cuek. "Pokoknya, lo jangan sampai bikin kesalahan di depan Pak Gino. Kalau nggak, lo bakal nggak lulus Kimia selamanya. Gue pernah salah nyampur sulfat sama natrium, nilai gue nggak pernah lewat dari lima selama semester kemarin."
Wah, sepertinya Pak Gino ini jenis guru yang harus dihindari!
Kami masuk ke dalam kelas. Tapi ruangan itu kosong.
"Lho, anak-anak pada ke mana?"
"Mampus!" Tara meremas rambutnya dengan panik. "Mereka pasti udah ke lab!"
Kami menyambar baju lab kami dan berlari-lari menuju lift terdekat. Lab Kimia letaknya di lantai sebelas. Di dalam lift, kami bergegas memakai baju lab. Kumatikan iPad-ku sambil menggigit ponsel yang nyaris terjatuh. Praktikum hari ini ada di Lab IPA Tujuh.
"Kita sampai!" kata Tara. Tapi dia tidak langsung membuka pintu lab. Si pengendali waktu itu malah memutar tubuhku sehingga menghadapnya dan meletakkan kedua tangannya di bahuku, seperti orangtua yang akan memberi petuah. "Nah, Jen. Kalau Pak Gino bertanya sama kita, biar gue aja yang jawab, oke?"
"Oke," anggukku patuh. Aku jadi sangat cemas sekarang sehingga kalian nggak perlu heran kalau cerita ini berakhir di tengah jalan karena aku kena serangan jantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NEW GIRL [SELESAI]
FantasyAku kaget sekali karena sekolah baruku adalah sekolah untuk pengendali, sebutan untuk anak-anak berkekuatan super! Misalnya nih si Tara, cewek yang duduk di sebelahku. Dia bisa mengendalikan waktu. Terus ada Reo, cowok cakep yang tampangnya mirip ar...