Sudah beberapa hari terakhir sejak mereka pulang dari Taipe dan LA, Irene menginap di apartemen Seulgi. Jadwal Red Velvet juga diberi jeda waktu selama 4 hari.
Sudah seharian berlalu namun sikap Irene hanya diam di ranjang milik Seulgi, tak melakukan apapun. Makan jika ingin dan itu membuat Seulgi khawatir.
Siang ini Seulgi hanya memasak ramyeon untuk mereka berdua, ia lalu pergi ke kamarnya menemui Irene,
"Eonnie, ayo kita makan," Ajak Seulgi sambil mengusap kepala Irene halus, tubuh Irene masih tenggelam di dalam selimut dengan mata yang terpejam. "Eonnie-ah, jangan begitu nanti kau sakit jika begini terus, Kajja kita ke ruang makan."
Irene akhirnya bangun dan hanya menyadarkan dirinya di ranjang. Seulgi duduk mendekati Irene, merapihkan rambut Irene yang sedikit berantakan "Aku menyayangimu, jangan sakiti dirimu seperti ini." Ucap Seulgi.
"Ck, aku sedang tidak bernaf-" Ucapan Irene terpotong karena Seulgi telah menggendongnya seperti seorang anak kecil, kaki Irene di taruh di sisi samping pinggang Seulgi dan ia langsung membawanya ke ruang makan.
Setelah itu mereka duduk dengan Irene yang berada di atas paha Seulgi, "Buka mulutmu, Eonnie,"
Irene akhirnya membuka mulutnya setelah melihat Seulgi yang menaruh sesendok ramyeon di depan mulutnya. Akhirnya ramyeon itu habis oleh Irene.
"Anak pintar," Seulgi menepuk pelan rambut Irene, sambil tersenyum senang. "Ini minumlah, tadi aku juga membeli vitamin untukmu, aku khawatir kau kenapa-napa," Seulgi menyodorkan segelas penuh air putih dan sebutir vitamin.
Tapi Irene tak kunjung mengambilnya , ia hanya diam sambil menatap Seulgi. "Ya sudah, buka mulutmu," Tetap saja Irene hanya diam. "Eonnie-ah..."
Irene akhirnya mengambil gelas dan pil vitamin itu dan meminumnya. "Kau ingin apa? Nonton TV?" Tapi Irene lalu memeluk leher Seulgi, menenggelamkan kepalanya pada tengkuk sang beruang. Seulgi membalas pelukan Irene dan lehernya juga terasa basah, ia segera membuat Irene menghadapnya. "Ada apa, Hyun?" Tanya Seulgi khawatir, ia segera mengusap air mata Irene.
"Aku bilang pada Wendy, kalau kau hanya pemuasku, hanya pelampiasanku, jahat sekali aku, tapi kau terus saja memberikan kasih sayangmu padaku. Aku semakin merasa bersalah, Seulgi," Air mata Irene turun deras menceritakan semuanya, keputusannya sudah bulat. "Aku takut menyakiti hatimu terus menerus--"
"Gak, Hyun, aku tau resikonya, kamu jangan bilang begitu, kamu ingatkan janji aku untuk membuat kamu mencintai aku? Aku bakal terus usaha untuk itu, gapapa kamu mau bilang aku pemuas kamu atau pelampiasan kamu, tapi yang aku tau kamu adalah satu-satunya orang yang aku cintai,yang bakal terus aku perjuangin. Oke? Jangan nangis lagi Hyun," Mata Seulgi telah berkaca-kaca.
"Tapi ini rumit Seul, rasanya sulit banget buat aku untuk cinta sama kamu dan itu yang bikin aku bersalah karena gak bisa balas perasaan kamu." Irene tak kuat dengan perasaannya ini "Aku gak mau kehilangan kamu tapi aku juga gak mau kehilangan Wendy."
Air mata Seulgi akhirnya tumpah, hatinya benar-benar sakit, tak tau mendeskripsikannya bagaimana.
"Mianhae Seul, mianhae. Aku tak bisa aku menyerah. Aku takut, aku makin menyakitimu." Irene turun dari pangkuan Seulgi dan pergi ke kamar Seulgi. Seulgi segera menghampiri Irene yang membereskan pakaiannya.
"Hyunnie-ah, justru yang seperti ini yang menyakiti aku." Seulgi terisak semakin kuat. "Please, jangan seperti ini," Seulgi menghampiri Irene melempar koper Irene dan menarik Irene ke dalam pelukannya.
"Tapi Seul, aku tak ingin meyakit-" Seulgi memotong dengan cepat perkataan Irene, membungkam mulut Irene dengan bibirnya. Membawa ciuman lembut yang diselingi air mata dari kedua orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed✓
Short StoryIrene yang terobsesi akan sentuhan Seulgi. Dan, Seulgi yang terobsesi akan kebahagiaan Irene.