8

1.3K 126 14
                                    

Cameron William Harris tersenyum menatap jalanan Kota New York.

Tiga bulan yang lalu, wanita itu datang ke apartemennya pagi-pagi sekali, mengatakan bahwa ia meminta maaf dan memintanya untuk tinggal. Cameron tertawa. Saat itu, ia langsung menelepon Jack dan mengatakan bahwa ia tidak akan kembali ke Connecticut malam itu.

Ia dan Rin-nya berbaikan.

Mereka lalu banyak menghabiskan waktu bersama, mengobrol tentang banyak hal, dan saling bercerita tentang apa saja yang mereka lalui selama tujuh bulan.

"Mr. Watanabe. Pria lima puluh tahun yang menyebalkan, Rin. Sungguh. Dia sangat keras kepala. Tapi aku suka ide-idenya. Dia ingin melancarkan bisnis entertainment ke arah yang lebih luas. Salah satu idenya yang aku suka adalah, dia ingin menciptakan grup musik yang bisa menguasai pasar China, Jepang, Korea, dan Indonesia." Jelasnya pada Sabrina.

Wanita itu mendengarkan dengan baik. Setelah empat hari di Cambridge, Cameron akhirnya berkata bahwa ia harus kembali ke Korea Selatan untuk bisnisnya.

"Kapan kamu kembali ke Jakarta?" tanya Cameron saat itu.

"Satu minggu lagi."

"So, we have a week."

Rin-nya mengangguk. "Kamu pulang dari Korea tanggal berapa? Kita bisa berkumpul. Maksud aku, makan bersama Archie dan Zara. Kita bisa mencoba Mi Ossean9 yang katanya sangat terkenal itu. Baru dibuka cabang barunya di New York, Cameron!"

Dia menyetujuinya. Cameron mengerjakan semua urusannya dengan cepat di Korea Selatan. Ia lalu terbang ke New York. Bertemu kembali dengan Rin-nya. Mereka banyak menghabiskan waktu sebelum wanita itu kembali ke Jakarta, Indonesia, setelah menyelesaikan pendidikannya.

Pertemuannya dengan Rin sangat baik. Tiga bulan terakhir ini, ia juga menjadi dekat dengan sahabat-sahabat wanita itu—Archie dan Zara. Oh omong-omong, Cameron juga mengenal Alex.

"Kalau boleh bilang, kamu terus-terusan tersenyum sejak tadi, Kak." Samuel Williams Harris—adiknya yang tiba-tiba datang entah darimana mengganggu pemandangannya hari ini.

Cameron menetralkan wajahnya. Dia meletakkan gelas kopinya ke meja dan merenggangkan sedikit ikatan dasinya.

"Kamu sekarang CEO Harris Global. Apa aku harus memberikan hadiah jas Brioni untuk ulang tahunmu?" Adiknya terkekeh. Berbeda dengan dirinya yang mengenakan pakaian formal lengkap, Samuel—Adiknya, hanya mengenakan jaket universitasnya dengan topi hitam.

"Kenapa kamu ke sini? Bukankah ini minggu ujian di Columbia?"

Samuel menggeleng pelan, "Sudah selesai kemarin."

"Oh."

"Kak Ana?"

"Apa?" Pandangan Cameron yang tadinya terfokus pada komputer di hadapannya kini beralih menatap adiknya dengan curiga. "Kenapa dengan Rin?"

Samuel mengedikkan bahu. "Tiga bulan yang lalu, kamu bertemu kembali dengan Kak Ana, ya? Bagaimana kabarnya? Sudah bertahun-tahun aku tidak menemuinya."

Cameron memicingkan mata, "Ada perlu apa kamu menemui Rin?"

"Astaga, santai saja, Kak!" ujarnya sambil tertawa. "I miss her. Dan aku juga ingin membicarakan banyak hal. Oh, bukankah Kak Ana sudah kembali ke Jakarta, ya?" Samuel mengingat-ngingat. "Seingatku, dia sudah bekerja di studio film. Itu loh, Srikandi Indonesia yang terkenal di Jakarta."

Mr. Harris | Byeon WooseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang