4

1.6K 149 69
                                    

Cameron William Harris telah menyelesaikan studinya di bidang bisnis satu bulan yang lalu. Ia telah menerima gelarnya. Namun, tidak ada waktu baginya untuk bersantai dan merayakan kelulusannya.

Sejak enam bulan yang lalu, Cameron dibebankan pada suatu tugas. Pertama, ia harus mempelajari bisnis keluarganya, Harris Global Entertaintment.

Harris Global Entertaintment adalah perusahaan raksasa keluarganya yang bergerak di banyak bidang seperti musik, film, yang menciptakan grup-grup musik dan aktor serta aktris terkenal. Perusahaan itu juga menciptakan film-film layar lebar berskala dunia yang terjual laris di banyak negara. Kini, perusahaan yang telah dikembangkan sejak tiga generasi itu sudah merambah ke bidang makanan, retail, hotel, entertaintment, dan masih banyak lagi, yang cabang perusahaannya sudah berdiri di banyak negara seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, China, Jepang, dan yang terbaru adalah di Indonesia.

Kedua, dia diwajibkan mengenal semua pemegang saham di perusahaannya.

Benjamin Harris—Ayahnya telah membawanya ke berbagai rapat pemegang saham. Di sana, Cameron dikenalkan pada board members, dan orang-orang penting yang memegang jabatan tinggi di perusahaan keluarganya.

Ketiga, Cameron telah dilibatkan dalam banyak pengelolaan perusahaan. Mulai dari membuat kesepakatan dengan investor, menyeleksi proposal yang masuk, dan mempresentasikan ide-ide briliannya di hadapan empat puluh orang paling penting di Harris Global Entertaintment.

Keempat, dia harus mulai terbiasa dengan Jack—sekretaris dan orang terpercaya Ayahnya. Cameron telah berusaha menyesuaikan dirinya dengan banyak jadwal padat. Ia juga telah membiasakan diri berpergian dengan helikopter atau pesawat pribadi keluarga Harris.

Selama enam bulan itu pula, Cameron tidak pernah menginjakkan kakinya di Jakarta.

Dan yang kelima, tugasnya yang paling sulit adalah, Cameron tidak bisa menemui sahabatnya—wanita itu selama enam bulan ini.

"Pak Harris, nanti malam Anda akan makan malam dengan Johnny Lee."

Cameron menaikkan alisnya, "Pukul berapa selesai?"

"Jam sepuluh waktu Korea Selatan, Pak."

Cameron mengangguk dengan singkat. Ia mencoba mengalihkan pikiran dari Rin-nya, terhadap berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya. Baiklah, ia harus bersabar. Sebentar lagi, setelah kesepakatan selesai, dia bisa sedikit bersantai dan kalau ia mau, ia bisa menemui Sabrina Tanuwidjaja.

Sudah enam bulan Rin, dan kamu tidak menelepon aku sama sekali!

***

"Mama," Samuel Williams Harris mencium kening Susan dengan lembut. "Aku merindukanmu. Apa Mama menerima surat dariku?"

Susan mengangguk, ia memeluk anak laki-laki keduanya dengan sangat erat. "Mama juga merindukanmu, sayang. Tentu saja Mama menerima surat konyolmu. Kami tertawa saat membacanya."

Mereka lalu memasuki rumah kediaman Benjamin dan Susan Harris yang sangat luas.

Seorang pelayan datang, membawakan koper dan barang-barang milik pria itu.

"Kamu sudah makan siang? Omong-omong, bagaimana Columbia?"

Sesaat, Samuel membiarkan Mama melepaskan mantel tebalnya dan membawanya ke meja makan luas yang cukup untuk dua puluh orang. Di sana, ada makanan kesukaan Samuel. Mama menyuruhnya makan sebelum mereka mengobrol.

Mr. Harris | Byeon WooseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang