5

1.3K 133 16
                                    

"Pak Harris, semuanya telah selesai. Perusahaan sudah bisa beroperasi dengan normal. Karyawan terbaik akan dipilih untuk dipekerjakan. Naskah utama kolaborasi dengan Netflix telah disetujui. Harris Global Entertaintment Indonesia beroperasi dengan baik. Kontrak kerja eksklusif dengan Miss Kim telah menemukan titik terang," Jack—sekretaris pribadi pria itu menjelaskan.

Cameron tengah duduk tegak, masih dengan kacamata bertengger di batang hidungnya. Jas Tom Ford-nya tidak kusut sama sekali setelah seharian ini dikenakannya. Ia mengangguk lemah. "Jadwalku kosong sampai hari apa?"

"Anda memiliki empat hari libur, Pak."

"Okay, thank you, Jack." Cameron tersenyum singkat.

Jack, berniat meninggalkan atasannya sendirian selama penerbangan kembali ke Amerika Serikat dari Korea Selatan, akan tetapi ia baru teringat sesuatu. Ia kembali ke hadapan Cameron William Harris. "Sir, Samuel Harris tengah berada di kediaman orang tua Anda di Connecticut. Anda ingin menemui Adik Anda, Sir?"

Cameron memicingkan mata, lalu memeriksa ponselnya. Tidak ada pesan dari Mama yang mengatakan bahwa adik kandungnya telah sampai. Dia kemudian menggeleng pelan, "Tidak perlu. Aku akan menemuinya nanti, Jack. For now, Cambrigde."

"Baik, dimengerti."

Lalu pria itu tersenyum, melepaskan kacamata. God, apa aku merindukannya?

***

Cameron belum pernah merasakan tidur senyenyak ini sejak enam bulan yang lalu. Ia merebahkan tubuhnya di apartemen lamanya di Cambridge. Ia melentangkan kedua tangannya hingga otot-ototnya tak lagi kaku setelah melewati penerbangan selama berjam-jam.

Keesokan harinya, pria itu terbangun tepat waktu. Pukul delapan pagi. Dia kemudian membersihkan diri dengan mandi, mencuci muka, dan keramas. Kemudian, ia mengenakan pakaian santai, celana hitam polos dan kaus putih.

Senyumnya merekah saat ia mengambil ponsel dan mengetikkan beberapa pesan untuk Sabrina Tanuwidjaja—wanita yang menghiasi pikirannya beberapa bulan terakhir. Ia sangat bersemangat, tunggu, bersemangat untuk apa, Cameron? Ini Rin. Rin yang biasa.

Cameron meninggalkan apartemennya dengan mengemudikan mobil Mercedez-nya menuju apartemen sahabatnya. Sebelum itu, Cameron membeli buah-buahan, terutama jeruk.

Saat sampai di lantai dua puluh tiga, apartemen wanita itu, Cameron menekan bel.

Meskipun ia tahu password apartemen Sabrina, ia tidak pernah menerobos masuk jika bukan wanita itu yang mengizinkannya. Cameron menekan bel sebanyak dua kali. Ia berdiri santai, menunggu pintu itu dibuka dan memperlihatkan wajah yang selalu dipikirkan olehnya.

Cameron menunggu dengan sabar.

Sampai akhirnya, pintu itu terbuka, dan wajah itu, bukan Rin-nya.

Wanita itu menatapnya, curiga. "Sorry, who are you?"

"Anda siapa?"

"Oh Anda berbahasa Indonesia. Seharusnya saya yang bertanya, Anda siapa? Anda tidak salah lantai?"

Cameron memperhatikan wanita yang tiba-tiba ada di apartemen sahabatnya. Wanita itu mengenakan pakaian santai. Sweater pink dengan jins putih. Rambutnya lurus, sedikit berantakan. Pria itu melirik ke dalam apartemen, mencari Rin-nya. "Di mana Sabrina?"

Mr. Harris | Byeon WooseokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang