Selepas Pergi Mu

476 18 0
                                    

Barangkali ini semua hanya perihal waktu yang terus merangkak maju. Aku yang memang pandai perihal membungkam rasa pada akhirnya menyadari setelah kamu melenggang pergi. Kamu sudah beranjak, sekarang kau telah bersama dia yang lebih paham bagaimana seharusnya memperlakukan Cinta. Sementara aku, masih mematung kaku disini berharap kau kembali.

Kamu Mahasiswa baru, pindahan dari salah satu Universitas Islam ternama di Riau. Berhijrah ke sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKES), suatu tempat dimana aku menimba ilmu saat ini. Kau mulai tampak setelah dua bulan proses belajar kami berlangsung. Aku tak pernah menyangka akan keadatangan anak baru bak kisah-kisah klasik novel yang sering ku baca di Watpatt. Pertama aku menoleh ke arahmu kau duduk di belakang. Kau tahu apa yang pertama kali terlintas dibenakku? Bukan sebuah rasa, belum.

"Abang itu terlihat tua sekali" aku membatin mengejek.

Lalu aku dan teman-teman menggosipimu si anak baru, entah apa yang kami perbincangkan hingga menciptakan tawa, kemudian aku menoleh lagi ke arahmu, kau pun menatap ku balik. Aku mengembangkan senyum ikhlas sekali waktu itu. Aku rasa aku manis pada saat itu. Ah aku percaya diri sekali ya.

Satu minggu selewatnya kejadian itu, aku dan kawan-kawan sedang berdiri didepan ruang prodi. Aku yang menyadari kamu berjalan dibelakangku, namun acuh. Entah disengaja atau tidak kamu menyenggol punggungku dengan bahu mu. Ku perhatikan kau berlalu begitu saja seperti tidak terjadi apa-apa, menoleh pun tidak. Padahal disini aku merasakan kita bersentuhan.

"apa-apaan sih. Kenapa sih tuh orang." Batin ku mengomel, ya aku hanya bisa membatin. tak seperti yang lain akan mengomel secara terang-terangan. Maklumlah aku hanya perempuan kaku.

Setelah perkuliahan usai, aku turun bersama teman-temanku. Diparkiran waktu itu kami membicarakan perihal razia kendaraan bermotor, aku khawatir akan ditilang nantinya. Tiba-tiba saja kau datang, ikut nimbrung di perbincangan kami.

"jangan khawatir, kalau pakai Helm tidak akan di tilang," begitu katamu.

Aku tak menanggapinya, hanya saja teman-teman ku malah mengobrol denganmu. Alhasil aku hanya diam saja, kemudian berlalu pergi begitu saja meninggalakan kalian.

Tak sampai disitu, sewaktu aku mendapat giliran presentasi mata kuliah Biopsikologi. Kamu yang tadinya duduk dipojokan beranjak kedepan, dan terlihat serius memperhatikan ku.

Tak terasa jam kuliah usai, aku masih berkeliaran di kampus, dari balik jendela aku kembali mendapati sosok kamu. Memandangku dengan sorot mata tajam, dan enggan berpaling. Aku yang mengalihkan pandangan saat mata kita bertabrakan. Mungkin kamu menganggapku benci padamu sebab sikapku yang terlalu mengacuhkanmu.

Kamu yang selalu ada dimanapun aku ada, kini jarang terlihat. Ku dengar kamu ada kegiatan diluar. Dan ternyata kamu mengikuti tes polisi. Dan positif dinyatakan lulus. Artinya kamu tidak akan dapat dijangkau pandangku lagi. Aku mulai menyadari, aku membutuhkan keberadaanmu. Aku suka saat ekor matamu sengaja menghakimi ku. Padahal selama ini tatapan tidak suka kerap terlempar padamu. Aku marah Tuan, gara-gara kamu fokus belajarku hilang. Aku ingin selalu memandangmu, melulu mencari-cari keberadaanmu yang sekarang sudah meniada, benar-benar meniada dari ruang pandang.

Ketidakberadaanmu sekarang, adalah perihal berat yang sengaja aku tanggung. 60 hari aku mati-matian meniadakan kamu dari relung dan pikirku. Tapi yang ku dapat bukanlah lupa, namun rindu yang semakin menjadi-jadi. Saat itu juga aku memantapkan diri menstalking akun instagrammu. Dengan sedikit keraguan aku menyentuh ruang bertuliskan "Follow" tak menunggu lama, kau memfollow balik.

Namun apa mau dikata, segelintir kabarmu hanya membuat patah semakin parah. Kau sudah berdua.

Tak apa, ini catatan singkat untuk lelaki yang lumayan famous, jago metik gitar, bisa nyanyi, hobi bermain sepak bola, renang, dan yang paling aku suka kamu jago tarik tambang.

Maaf aku terlambat menyadari Tuan. Aku harap kita dipertemukan kembali dan disatukan dalam cinta yang sah.

Perihal rindu, gengsi memang tak pernah tunduk, cinta yang besar bukan dihitung dari seberapa lama kamu memendamnya. Tapi tentang cara kamu mendoakan cinta mu.

Hanya lewat guratan kata, ku haturkan segenap rasa yang ku pendam dalam puncak asmara tak akan hilang dalam hitungan masa.

Kau pikir, aku sudah benar-benar meniadakanmu dari keseharianku. Ku pikir, kau lah yang mahir menghilang hingga menepikanku.

I Love You Secretly

Rasa Dalam KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang