Tak Sempat Memiliki

142 7 1
                                    

Tak Sempat Memiliki

"Irfan Fahlevi" Pekik seorang gadis cantik dibelakangku, dengan nafas yang tersenggal-senggal berusaha mengejar ku yang dari tadi hanya berjalan santai.

Aku menghentikan langkah kaki ku, menoleh ke belakang dan menyunggingkan senyum paling Ikhlas yang pernah aku miliki.

" Ada apa za"?

Azizah mengerucutkan bibirnya kesal, percayalah itu sangat menggemaskan bagiku. Ini pertama kalinya aku menyukai seorang gadis, dan dia lah Azizah Manohara gadis cantik yang tak lain adalah teman sekelas ku.

"Fan kamu cepat banget sih nggak nungguin aku". Gerutunya sebal, yang kini sudah membersamai langkah kaki ku.

" Maaf Za, ku pikir kamu tidak pulang". Tangan ku meraih lalu menggenggam tangannya erat.

" Apa sih Fan," pipinya bersemu merah dan membalas genggaman tanganku. Duh, kadar kelucuan anak ini meningkat drastis, Please Ifan kondisikan detak jantung mu.

"Tahan Fan tahan". Ish rasanya ingin sekali ku unyel-unyel pipi anak ini.

"kamu kenapa sih fan senyum-senyum sendiri? Ajakin kek biar senyumnya berdua".

"eh ehm enggak siapa yang senyum-senyum coba". Aku tak mengakui apa yang dibilang Azizah barusan.

Tak terasa kami sudah sampai di depan rumah Iza, ada banyak anak-anak kecil yang sengaja menunggu pulangnya Iza, ya dia suka dan disukai anak-anak.

"eh Fan, udah sampai nih aku duluan ya, kamu hati-hati, sampai rumah jangan lupa sms aku ya". Katanya melepaskan tangan ku.

"Irfan nggak mampir dulu ?" tawar Ibu Iza

"nggak usah bu, terima kasih, Ifan langsung pulang aja, Assalamualaikum" Aku pamit meneruskan perjalanan ke rumah ku yang sekitar 100 meter lagi sampai.

**

Ini kali pertamanya aku menjatuhkan hati pada lelaki, aku menyukai Irfan, entah sejak kapan perasaan takut kehilangan itu menyusup ke rongga hati paling dalam. Tapi aku tak pernah bilang ke Irfan kalau aku sudah mencintainya. Kedekatanku dengan Irfan sudah berlangsung sejak sepuluh bulan yang lalu, saat saling berkenalan ketika masuk SMP dan ternyata kami sekelas. Teman-teman sekelas bahkan guru-guru pun turut menjodoh-jodohkan kami, sebab katanya aku dan Irfan mirip. Jujur, aku senang sekali ketika mereka mencie-ciekan kami saat berdua, tapi aku berlagak marah untuk menyamarkan rasaku.

Dalam waktu dekat aku akan pindah ke kota yang baru ikut orang tua untuk mencari peruntungan di tempat lain, pindah sekolah juga tentunya. Itu artinya aku akan meninggalkan Irfan. Sedih sekali rasanya harus berpisah dengan orang yang benar-benar aku sayang. Dan soal ini aku juga belum kasih tau Irfan. Mungkin nanti setelah mengurus surat kepindahan sekolah ku.

**

Murid-murid SMP Al-Muhajirin berhamburan keluar ruangan setelah di perintahkan wali kelas masing-masing untuk gotong royong membersihkan sekolah yang kotor pasca libur panjang. Ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah kenaikan kelas. Dan ini adalah hari terakhir bagi siswi bernama Azizah Manohara bersekolah di sana. Sesuai kesepakatan bersama orang tuanya dia akan pindah setelah naik bangku kelas dua SMP.

"Za, aku baru beli Motor lho, kita bisa pergi bareng dan nggak jalan kaki deh". Ucap Irfan antusias.

Tak ada jawaban dari gadis itu, namun Irfan diam saja balik menatap ke arah atas. Hanya keheningan yang ada di antara mereka.

"Fan". Suara Azizah memecah keheningan di antara mereka yang sedang asyik menikmati alam di bawah pepohonan rindang.

"apa zah?" Irfan menoleh dan tersenyum ke asal suara tersebut.

"Fan, ini hari terakhir aku di sekolah ini. Aku akan pindah sekolah". Iza berusaha menjelaskan.

Degg..

Jantungnya seolah berhenti berdetak, Darah Irfan berdesir, saraf-saraf seolah berhenti mengerjakan fungsinya. Dia terkejut dan sesak tak tentu arah mendengar itu. Dengan santainya gadis itu membilangnya. Irfan terdiam, hanya raut wajah sendu terlihat jelas di wajahnya.

"Fan, aku minta maaf baru ngomong sekarang sama kamu, aku baru punya nyali fan."

"Fan kita masih bisa smsan kan Fan, Fan lihat aku." Azizah kini sudah mengeluarkan cairan bening di sudut matanya dan mengalir ke pipi.

Irfan menoleh dengan mata yang berkaca-kaca, bola matanya tampak memerah meski tak mengeluarkan air mata. Ada banyak hal yang ingin ia ungkapan pada Azizah, perihal perasaannya, dan hal baru yang baru saja dia katakan ke Azizah kalau gadis itu tak perlu lagi berjalan kaki pergi dan pulang sekolah dikarenakan Irfan baru saja membeli sepeda motor baru hasil kerja dan tabungannya sendiri. Dengan itu dia bisa menjemput antar Azizah. Namun terlambat Azizah tak akan berangkat dan pulang bersamanya lagi.

"Za, kamu bener-bener mau pindah? Kamu nggak lagi bercandakan? Dan kamu Cuma pindah sekolah ajakan?" suara Irfan sedikit serak

"Iya Fan, Ayah udah urus semuanya, besok aku resmi sekolah di SMP yang baru, aku pindah ke kota yang baru dan pindah rumah juga. aku bakal kangen sama kamu fan." Tandasnya, Azizah menatap Irfan sendu.

Irfan menggenggam tangan Azizah, tak berucap apa-apa lagi, menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu. Irfan ingin berlama-lama dengannya kali ini, sebab ini adalah hari terakhir dari sekian banyak pertemuan mereka. Irfan mengurungkan niatnya mengungkapkan perasaannya karena ia tahu semua itu hanya akan membuat sedih gadisnya tak terkecuali dirinya sendiri.

Tak Sempat Memiliki

Mungkin itu kalimat yang cocok untuk dua insan yang saling mencintai, namun tak dapat bersatu, dan pada akhirnya hanya perpisahan yang mereka dapat.

Aku lelah dengan segala cerita cinta. Bukan orangnya, tapi kenyataan bahwa aku tak bisa memilikinya lagi. Segala kenyataan yang membangkitkan kenangan yang menyisakan sedikit luka yang menganga, nanti juga hilang sendiri. Bagaimana nantinya, di setiap jalan akan selalu ada cerita cinta, cinta, dan cinta. Apa yang menyenangkan dan menenangkan dari itu?

-Irfan fahlevi

Perihal perasaan baik yang tak di izinkan bersama, barangkali itu bukan cinta, tapi kebahagiaan yang belum diberi nama.

                          - Azizah Manohara

Rasa Dalam KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang