Memeluk Harap

319 11 0
                                    

Barangkali yang melanda hanya kecewa tanpa alasan, karena dirinya yang tak memahami atau aku yang terlalu mengagumi.

Aku rasa semua berantakan, luluh lantah karena cinta. Aku kesulitan untuk menata kembali perasaanku. Dia masih saja tak melihat ke arahku. Padahal aku sudah berusaha keras menjadi seperti apa yang dia inginkan. Hingga aku sadar, bahwa aku harus berhenti. Dan kembali mencintai diri sendiri karena jika tak begitu aku akan semakin lupa siapa aku. Dan untukmu, terima kasih karena mengajarkan banyak hal, salah satunya untuk terus kreatif mencari perhatianmu. Meskipun nyatanya melulu kau abaikan.

Berkali-kali mengatakan bahwa aku akan berhenti, tapi ketahuilah aku tak pernah benar-benar selesai. Sampai sekarang aku masih merindukan sosok kamu. Aku ingin semua kembali seperti dulu, seperti awal aku mengenalmu. Aku tidak tahu, kenapa bisa jatuh sedalam ini kepadamu. Yang aku tahu, aku pernah bahagia bersamamu dulu, kamu yang aku mau. Tapi sepertinya kau bertingkah semaumu. Berubah angkuh, datang dan pergi sesukamu.

Kamu pernah bilang, kau bahagia bersamaku, kau tidak bisa tanpa aku, katamu kamu sangat menyayangi aku bahkan lebih dari dirimu sendiri. Hanya saja, semua itu bualan belaka dan seharusnya aku tak mudah percaya begitu saja.

Terkadang aku berpikir, apakah kamu akan melakukan hal yang sama jika saja kamu berada diposisiku? Kamu datang dan pergi sesuka hatimu tanpa memikirkan bagaimana aku dan hatiku. Ini salahku saja? Atau salah kita?

Sebelumnya jauh dari relungku, masih menginginkanmu kembali, aku masih mengharapkan bisa bersamamu lagi, tapi aku sadar semua itu hanya perihal ketidakmungkinan yang aku semogakan. Mungkin salahku, yang tak lagi bisa membuatmu nyaman.

Pada akhirnya setelah kepergiaanmu, aku mati-matian menutup semua kenangan tentang kamu, mengubur dalam-dalam perasaanku, meski aku tahu semua sia-sia. Bukannya mati tapi malah menjadi-jadi.

Aku tersiksa, kau berhasil menyiksaku seperti ini, dengan cara yang kejam seperti itu, melenggang pergi tanpa sebab apa-apa, dan tanpa mengatakan sepatah kata pun. Tiba-tiba kau sudah pulang pada yang lain. Sungguh, aku tidak sanggup melihatmu bersama dia. Ingin rasanya ku bertanya, tapi kau sendiri dengan tega memintaku untuk tidak mengusik kehidupanmu lagi.

Bohong besar, jikalau aku mengatakan bahwa aku bahagia melihatmu bersama dia. Aku sakit, sakit ada yang menggeser posisi ku dihatimu. Dulu, aku yang paling bahagia bersamamu, paling istimewa, dan menjadi Ratu dihatimu. Sekarang apa, dengan mudahnya orang lain menggantikan aku.

Segala cara dengan susah payah aku lakukan untuk bangkit dan menata hati kembali. Namun tak membuahkan hasil apa pun. Tetap saja kamu menjadi paduka dihatiku.

Adapun aku berusaha membuka hati untuk orang yang lebih bersedia memperjuangkanku. Tetap saja kamu tak bisa tergantikan. Sekarang aku mau menuruti maumu, aku berusaha untuk berhenti berharap padamu, hanya untuk biar kamu senang, dan aku ingin melihat kamu bahagia. Jika bahagiamu tanpa ada aku, apa boleh buat, aku pergi walaupun aku harus mengorbankan perasaanku sendiri.

Aku akan berusaha untuk membungkam rindu, menahan diri untuk tidak sekedar menyapamu lewat pesan singkat. Aku harus terlihat biasa saja, meski berkali-kali harus berjuang keras meniadakan rindu. Tenang, aku sedang usaha meniadakan semua tentang kamu. Asal kau tahu sekarang aku mulai belajar membuka hati untuk orang lain.

Aku harus bangkit, biarlah kenangan aku dan kamu jadi cerita, sebagai pembelajaran, jadi kenangan yang mungkin tidak akan aku lupa.

Biarkan saja perasaan ini ku simpan sendiri, aku tetap mencintaimu. Hanya saja caranya yang berbeda. Kini aku memilih untuk mencintaimu dalam diam. diam-diam mendoakanmu, mencintaimu diam-diam dan memeluk rindu di sepertiga malam. biarlah semua harap ini ku peluk erat-erat agar tak berserakan kembali.

Pada akhirnya ketidakmungkinan yang disemogakan lambat laun akan jadi ketidakmungkinan yang harus diikhlaskan, sebab hidup harus terus berjalan. Mencintai itu baik, tapi mencintai dan dicintai itu lebih baik.

Rasa Dalam KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang