Aku Kamu

1.4K 43 0
                                    

Pak Fery dan murid XI bahasa 2
di kelas XI bahasa 2 Bakti Jaya

"Mengingat ini pertemuan terakhir kita di kelas XI, sebagai wali kelas kalian, Bapak berpesan kepada kalian supaya minggu tenang besok kalian gunakan sebaik-baiknya untuk belajar. Bapak harap juara satu paralel seluruh kelas bahasa Bakti Jaya tahun ini ada di kelas XI bahasa dua. Nama kelas boleh dua, tapi kalo soal juara harus tetap nomor satu. Jangan kecewakan Bapak sebagai wali kelas kalian. Paham semuanya?" | "Paham Pak..... Siyap....." jawaban semua murid serempak atas pernyataan Pak Fery. | "Bapak minta maaf kalau selama ini ada perbuatan dan kata-kata Bapak yang kurang mengenakkan selama Bapak menjadi wali kelas kalian" | "Mengenakkan semua Pak..." jawab sebagian murid kelas XI bahas 2, termasuk Rindu dan Angga. "Pesan Bapak di kelas dua belas nanti kalian harus lebih serius lagi dalam belajar, kalian sudah harus bisa membangun jalan yang akan kalian tempuh untuk masa depan kalian nanti setelah lulus dari bangku SMA. Ingat, membangun sendiri jalan bukan memilih atau menentukan. Kalian harus sudah bisa berfikir dewasa. Lulus SMA itu bukan akhir, melainkan awal. Kalian mengerti?" | "Mengerti Pak......." | "Ya sudah, karena jadwal hari ini hanya pengambilan kartu ujian, setelah berdo'a kalian bisa kembali ke rumah masing-masing.." | "Yeee pulang, Sesuk prei.. Sesuk prei.." teriak Bagus, salah seorang murid XI bahasa 2 yang selalu duduk sendiri di kursi barisan paling belakang nomor dua dengan meja nomor 3 dari utara dan selatan.

"Besok pas minggu tenang lo sibuk gak Rin?" tanya Angga pada Rindu yang baru saja selesai memasukkan buku, bolpoin, dan kartu ujiannya ke dalam ransel. Meskipun tidak ada pelajaran, Rindu tetap mengeluarkan buku dan bolpoin dari dalam ranselnya, dia selalu berjaga-jaga apabila ada sesuatu yang penting untuk dicatat dari sebuah acara di sekolah. Seperti tadi, tedapat kata-kata Pak Fery yang dia tuliskan di halaman tengah buku catatannya. Membangun sendiri jalan, bukan memilih atau menentukan. tulis Rindu. "Sibuk belajar lah" jawab Rindu. | "Gue ikut ya? Belajar bareng ke rumah lo?" | "Bukan belajar mata pelajaran sekolah kok" | "Terus?" | "Belajar nglupain lo dari otak gue, belajar ngejauhin lo dari hidup gue, belajar ngebuang kenangan gue sama lo" kata Rindu menatap Angga ketus, kemudian menggendong ranselnya. Angga menelan ludah, "serius?" | "seriuslah" | "kenapa? Gue abis salah apa?" | "Hahaha, serius kalo gue cuman bercanda" jawab Rindu setelah menyadari wajah sahabatnya itu menciut.
"Ah apa sih Rindu! Rese!" Angga memalingkan wajahnya. "Lo lebih rese!" | "Kok bisa?" Angga kembali melihat Rindu. "Lo inget gak sih kemaren waktu lo ninggalin gue di kafe? Gue hampir nggak bisa pulang tau nggak. Nggak ada taksi, ujan deres, petir menyambar- nyambar, udah gitu gue sendirian. SENDIRIAN.. sekali lagi, SENDIRIAN" | Angga menunduk, "Maafin gue Rin, kemaren itu gue terlalu panik" | "Iya gue ngerti kok. Tapi kalo misal waktu itu posisi gue sama Linda dituker, apa lo juga bakal sepanik itu? Lo juga bakalan ke rumah gue tanpa nganterin Linda pulang dulu?" | "Yaiyalah, gue bakal nglakuin hal yang sama" | "Ah nggak percaya" | "Lo marah sama gue ya Rin?" | "Enggak lah, emang pernah gue marah sama lo?" | "Enggak sih" | "Gue cuman mau ngingetin lo aja kalo sahabat lo ini perempuan. PEREMPUAN.." | "iya Rinduku.. maafin aku yaa.. Kamu mau kan maafin aku?" Angga menyatukan kedua telapak tangannya membentuk simbol permohonan. "ih apaan, pake aku kamu, haha" Rindu tertawa geli. "Tapi kayaknya lebih enak ngomong pake aku kamu deh Rin, cobain yuk sekarang ngomong pake aku kamu" | "Nggak mauk, kayak orang pacaran aja" | "Ayolah Rin, persahabatan kita kan juga butuh hal baru, butuh di refresh biar nggak ngebosenin, bukan cuma pacaran lho yg bisa bikin bosan. Persahabatan juga bisa" | "Oh jadi maksutnya kamu udah bosen sahabatan sama aku?" | "Lhoh Rin, katanya nggak mau? Kok barusan ngomong aku kamu?" Angga menunjuk Rindu sambil tertawa jahil. "Udah ah, ayo anterin gue pulang" Rindu beranjak berdiri dari tempat duduknya. Angga menarik tangan kiri Rindu, menahan Rindu untuk tidak melangkah. Rindu menoleh. "Aku mau sih nganterin kamu pulang. Tapi.." | "Tapi lo ada janji mau nganterin Linda pulang? Oke lah, gue bisa minta anterin Daihan" | "Tapi kamu ngomongnya pake aku kamu dulu" lanjut Angga setelah membiarkan Rindu memotong pembicaraannya sebelum dia selesai bicara. | "Hhmm.. oke deh oke, tapi nanti beliin aku es krim deket rumahku ya" Rindu tertawa jahil, menutup mulutnya dengan telapak kanannya, karena tangan kirinya masih dalam genggaman Angga. "Siap bos" Angga beranjak berdiri sambil menggendong ranselnya. Sebenernya aku juga lebih seneng ngomong pake aku kamu gini sih Ngga. Tapi aku takut baper. TAKUT. batin Rindu di sepanjang perjalanannya pulang.

Angga dan buku bahasa mandarinnya
di kursi taman rumah Rindu.

"Nih! Semangat boleh, tapi belajar juga butuh istirahat" kata Rindu sembari meletakkan jus jeruk kesukaan Angga dan 30 tusuk bakso bakar yang baru saja dia beli dari penjual keliling yang dia minta berhenti saat melewati jalan depan rumahnya. Angga yang sedari tadi membolak balik halaman buku paketnya itu segera meletakkan bukunya kemudian menyedot jus jeruk yang Rindu letakkan di meja taman. "Makasih Rinduku.. Kamu baik deh" kata Angga sambil tersenyum seusai menyedot jus jeruknya. "Bakso bakarnya kayaknya mantap nih" timpal Angga sambil mengambil setusuk bakso bakar di hadapannya.

Apa sih Rindu!? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang