Ya tanya sama Tuhan dong

1.1K 53 2
                                    

Daihan dan Rindu
di sepanjang perjalanan pulang

"Berhenti sini dulu, aku mau beli es krim" kata Daihan setelah menghentikan sepeda motornya di kedai es krim yang berjarak sekitar 1 km dari SMA Bakti Jaya. Kemudian melepaskan helmnya untuk turun membeli es krim. "Oke" jawab Rindu dengan tetap duduk di motor Daihan. Lima menit kemudian Daihan kembali dengan membawa dua cup es krim di dalam kantung plastik, satu rasa coklat dan satunya lagi rasa stroberi. Rasa coklat tentunya untuk Rindu, dan stroberi untuknya. "Nih bawain" Daihan memberikan kantong plastik itu pada Rindu. Kemudian mengenakan kembali helmnya setelah Rindu menerima kantong plastik itu. "Jalan ke rumah aku kan masih jauh Han, emang nggak cair ini nanti es krimnya" | "Siapa juga yang mau makan es krimnya di rumah kamu" | "Terus dimana?" | "Di tempat pertama kali aku berani ngomong panjang lebar masalah perasaan ke kamu" | "Haa? Dimana emang?" | "Nanti juga tau"

Daihan menghentikan motornya di taman kota. Mereka berjalan menuju sebuah kursi kayu dicat warna hijau yang memanjang tanpa meja di bawah pohon akasia. "Di kursi taman kota?" tanya Rindu setelah mereka duduk dan membuka penutup es krimnya masing-masing. "iya disini" jawab Daihan. Disini pertama kalinya aku berani berbicara tentang seseorang yang aku sukai ke kamu" lanjut Daihan. "Kamu inget nggak sih?" lanjut Daihan lagi. "Inget kok" jawab Rindu sembari menyendok es krimnya. "Waktu itu sekitar jam 7 malem kamu lagi ngomong sama diri kamu sendiri, 'Cinta itu kayak bulan dan bintang yaa, keliatannya aja deket tapi ternyata jauh. Cuman kitanya aja yang suka terbawa perasaan' " | "ih kok kamu inget persis sih kata-katanya, kamu hafalin ya?" | "Enggak ngehafal sih sebenernya, tapi apa aja yang keluar daro mulut kamu dan aku denger itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku" | "Haish, gombal". Mereka melanjutkan menikmati es krimnya kembali.

"Aku suka bintang, bukan karna sinarnya terang. Bukan karna dia punya banyak teman. Tapi karna aku suka aja. Aku suka kupu-kupu, bukan karna sayapnya indah. Bukan karna dia punya banyak warna. Tapi karna aku suka aja" kata Rindu setelah meletakkan cup es krimnya yang sudah menjelang habis. Daihan seraya menoleh ke arah Rindu. "Kok kamu inget persis sih kata-katanya? Kamu hafalin ya?" | "Enggak sih, tapi langsung aku catet pas sampe rumah" | "Haha, dasar" | "Waktu itu aku mikir betapa beruntungnya cewek yang kamu sukai itu" | "Terus sekarang kamu ngerasa beruntung nggak?" | "Banget" | Daihan tersenyum menatap Rindu.

"Oiya, gimana? Masihperingkat satu paralel kelas IPS kayak semester satu kemaren?" Rindu kembali membuka percakapan setelah sekian menit hanya hembusan angin yang menghiasi kebersamaan mereka. "Kok tau semester satu kemaren aku dapet peringkat satu?" | "Ya kan waktu upacara bendera pertama semester dua kemaren kamu dipanggil ke depan Daihan.." | "Oiyaya.. Aku kira kamu diem-diem juga merhatiin aku" | "Hahaha dasar GR!" | "Hahaha, iya aku masih peringkat satu" | "Wah wah, emang kapan sih kamu belajarnya? Perasaan pagi siang malem kamu tiap telfon pasti pamit futsal terus deh" | "Sorenya belum kamu sebutin. Berarti aku belajarnya sore" | "Hih, Daihan!" | "Haha.. Aku nggak kayak kamu Rindu, yang butuh waktu lama buat belajar, termasuk belajar mencintaiku" | "Maaf Daihan" Rindu menunduk| "Maaf muluk sih kamu" jawab Daihan sembari beranjak dari tempat duduknya, berjalan perlahan membelakangi Rindu menuju tepi danau, berniat menyembunyikan bagian putih di matanya yang dia sadari sudah memerah tanpa dia kehendaki.

Daihan dan Rindu
di tepi danau taman kota

"Han?" panggil Rindu yang baru saja sampai di samping Daihan. "Hhmm?" jawab Daihan tanpa mengubah arah pandangannya. "Kenapa yaa Tuhan tidak menakdirkan rasa cintaku buat kamu saja? Biar kita sama-sama bahagia" | "Ya jangan tanya ke aku dong" | "Terus tanya sama siapa dong? Disini kan nggak ada orang lain selain kita berdua" | "Ya tanya sama Tuhan dong" jawab Daihan sambil tertawa geli munutupi mulutnya dengan telapak tangan. "Ah Daihan! Masih aja bisa bercanda" | "Memangnya secuilpun kamu belum juga mencintaiku ya?" Daihan membalikkan pandangannya ke wajah Rindu. "Emm.. kalo secuil sih mungkin udah" balas Rindu bercanda. "Oh Tuhan, malang sekali ya aku, secuil aja masih pake mungkin" | "Hih Daihan!" Rindu mencubit pipi Daihan gemas. "Aw! Kalo belum cinta belum boleh cubit-cubit!" Daihan melangkah menyamping memberi jarak. "Daihan.. daihan.." kata Rindu sembari menggelengkan kepalanya. "Apa!?" kata Daihan, kemudian memanyunkan bibirnya, membuat wajahnya yang tampan kini dibumbui oleh aroma keimutan. "Kalo aku yang jadi kamu, mungkin aku udah nggak bisa ketawa apalagi bercanda kayak kamu gini" | "Untungnya aku bukan kamu" jawab Daihan kemudian tersenyum. "Yuk pulang!" lanjutnya sembari menarik pelan tangan kiri Rindu.

Apa sih Rindu!? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang