"Kau harus segera pergi." Lisa berujar dengan tenang setelah melangkah keluar dari kamar mandi. Kedua tangannya merapatkan bathrobe yang membalut tubuhnya.
Taeyong yang masih berbaring di atas ranjang berbalut selimut tebal berdecak. Pria itu tak segera beranjak seperti apa yang diperintahkan Lisa. Melainkan memilih untuk membalik posisi tidurnya dan menarik selimut hingga menutup bahunya.
"Lee Taeyong."
Berdecak kesal, Taeyong membuka selimutnya dan duduk bersandar pada headboard. "I want to stay."
"No. Kau harus segera pergi." Lisa bersikeras. Perempuan itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Kedua matanya menatap Taeyong tepat di kedua manik gelap pria tersebut.
"Kenapa? Sehun akan kemari?" Taeyong bertanya dengan ketus. "Bagus. Jika dia memang akan kemari maka aku akan tinggal. Dia harus tahu bahwa kekasihnya yang selama ini ia puja-puja telah berselingkuh di belakangnya. Bukankah setelahnya pria itu akan meninggalkanmu? Itu artinya, aku bisa memilikimu untuk diriku sendiri."
Mendengar penuturan Taeyong, Lisa tertawa keras. "Kau salah."
Perempuan itu kemudian mendudukkan dirinya di depan meja rias. "Jika dia mengetahui perselingkuhan kita, maka aku yang akan meninggalkanmu. Not the other way around." Lanjutnya dengan tenang. Tangannya meraih sisir di atas meja dan membawanya untuk menyisir rambutnya yang setengah basah.
Taeyong mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Merasa tak punya pilihan lain. Ia jelas tidak ingin kehilangan Lisa begitu saja. Meskipun ia hanya dijadikan selingkuhan, itu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.
"Fine."
Ia kemudian segera bangkit dari tidurnya dan memunguti pakaiannya yang tercecer di mana-mana. Ia tidak mengatakan apa pun dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, ia keluar dari sana dengan pakaian lengkap dan terlihat lebih segar. Aroma cinnamon yang khas dari shower gel Lisa menguar dari tubuhnya.
Dari sudut matanya, Lisa dapat melihat Taeyong yang mencari ponselnya. Dalam benaknya, Lisa mengingat untuk tidak membiarkan pria itu menggunakan shower gel itu lagi. Hanya Sehun yang boleh memiliki aroma yang sama dengannya, bukan mainan seperti Taeyong.
Lisa kemudian beranjak dari duduknya setelah melihat Taeyong menemukan ponselnya. Perempuan itu menggiring Taeyong untuk segera keluar dari apartemennya. Namun belum sampai ke pintu utama, langkah keduanya terhenti.
Seketika napas Lisa tercekat. Kedua matanya tak berkedip menatap sosok yang kini berdiri dengan kaku di ruang tengah. Biasanya Lisa akan merasa bahagia setiap kali melihat sosok itu. Tapi tidak kali ini. Lisa tidak merasa bahagia melihat Sehun yang kini menatapnya lurus-lurus di ruang tengah. Kedua bibir pria itu terkatup rapat, membentuk sebuah garis tipis.
"Keluar." Lisa mendesis pelan pada Taeyong yang sama terkejutnya.
Tanpa banyak bicara, pria itu segera melangkahkan kakinya untuk meninggalkan apartemen. Ia sempat melirik Sehun saat ia berjalan di sisi pria itu. Berharap apa pun yang terjadi setelah ini, ia masih bisa menemui Lisa lagi.
Kedua mata tajam Sehun tak pernah meninggalkan kedua manik gelap Lisa bahkan setelah mendengar bunyi pintu yang terkunci. Pandangan mata Sehun yang tajam tersebut berhasil membuat kedua lutut Lisa lemas. Sehun selama ini tidak pernah berteriak padanya. Pria itu tidak pernah menggunakan nada tinggi saat berbicara padanya, bahkan saat ia sedang marah. Tapi Lisa yakin, malam ini akan berbeda.
"You better explain." Pria itu mendesis.
Lisa tahu bahwa ia seharusnya kini mulai mencari alasan dan menjelaskan segalanya pada Sehun. Ia harusnya kini bisa menggunakan otak cerdasnya untuk membuat alasan apa pun yang bisa membuat Sehun tidak marah padanya. Tapi lidahnya terasa kelu. Tidak ada satu kata pun yang berhasil keluar dari bibirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/152143228-288-k237646.jpg)