First Date (Lisa x Mark Lee)

2K 272 12
                                    

Jika Lisa kemarin mengira bahwa meminta nomor telepon Mark adalah hal paling memalukan sepanjang hidupnya, sepertinya ia harus merevisi hal tersebut. Hal paling memalukan sepanjang hidupnya bukan lagi meminta nomor telepon Mark. Hal paling memalukan sepanjang hidupnya hingga saat ini masih berkaitan dengan Mark. Bedanya, jika kemarin Lisa harus menyimpan rasa malunya bulat-bulat demi meminta nomor telepon Mark, kini ia harus menenangkan debaran jantungnya yang menggila bersamaan dengan menelan rasa malunya saat Mark berdiri di hadapannya dengan seragam basket yang basah dengan keringat.

Lisa jelas tidak tuli, sehingga ia bisa mendengar bagaimana cuitan-cuitan teman-temannya beserta seluruh tim basket yang saat itu berada di lapangan basket. Ia juga yakin bahwa rasa panas yang menjalar di wajah serta lehernya kali ini dipengaruhi oleh cuitan tersebut, bukan karena panas matahari yang menyengat kulit. Meskipun, alasan utama rona merah yang merambat di wajahnya adalah karena kalimat yang Mark utarakan padanya beberapa saat lalu.

"Will you go on a date with me?"

Sebenarnya, kalimat itu bisa Lisa jawab dengan cepat. Ia jelas sudah memiliki jawaban pasti untuk tawaran tersebut. Tapi entah karena ulah siapa, Mark harus menyatakan ajakannya tersebut dengan suara lantang di tengah-tengah keramaian lapangan basket yang kala itu dipadati orang. Wajar, sebagian besar anggota tim basket adalah laki-laki yang memiliki tampang di atas rata-rata, sehingga tidak sedikit perempuan yang berdesak-desakan ingin menonton tim basket berlatih. Lisa sendiri berada di tengah kerumunan tersebut setelah Mark berhasil membujuknya dengan guilt tripping serta karena Jennie dan Rosie yang penuh semangat menyeretnya ke lapangan basket.

Pasca diantar pulang oleh Mark nyaris dua bulan lalu, Mark dan Lisa memang semakin dekat. Mark yang saat itu tidak cukup percaya bahwa Lisa akan menghubunginya terlebih dulu, meminta Lisa untuk memberikan nomor teleponnya. Dan sejak malam itu, ponsel Lisa tidak pernah sepi dari notifikasi yang datang dari satu kontak yang sama, yakni Mark. Sejak saat itu juga, Mark dengan suka rela menjemput Lisa dari rumahnya setiap kali kakak Lisa tidak bisa mengantarkannya ke sekolah. Tapi hanya itu. Hubungan mereka hanya sampai sejauh itu. Keduanya belum pernah sekali pun keluar berdua, apalagi kencan.

Lisa jelas bukan perempuan yang tidak peka. Ia tahu bahwa Mark memang menyimpan perasaan lebih padanya. Laki-laki itu sudah cukup sering melemparkan kode dan candaan yang menjurus ke sana. Dan bohong jika Lisa berkata bahwa ia tidak melakukan hal yang sama. Singkatnya, keduanya sadar bahwa ada ketertarikan lebih di antara mereka. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang berani membahas hal tersebut lebih lanjut.

Hingga tepatnya siang ini, di tengah-tengah break latihan, Mark tiba-tiba saja berjalan ke tepi lapangan, tempat di mana Lisa dan kedua temannya duduk. Lisa curiga bahwa kedatangan Mark saat itu dikarenakan dorongan dari anggota tim basket yang lain. Ia sempat melihat bagaimana beberapa teman sekelasnya yang ada di tim basket sempat mendorong Mark sebelum juniornya tersebut bangkit dan menghampiri Lisa.

Lisa melirik Jennie dan Rosie yang kini terkikik geli di belakangnya. Kemudian melirik Johnny dan Ten, teman sekelasnya yang menjadi anggota tim basket, kedua orang tersebut bersama anggota tim basket yang lain terlihat memasang senyuman jahil di bibir mereka. Pandangannya berakhir pada Mark yang masih menatapnya penuh harap. Wajah laki-laki yang lebih muda darinya tersebut semerah kepiting rebus. Ada keringat yang mengalir di dahinya, yang membuat Lisa ingin maju dan mengusap keringat tersebut dengan kedua tangannya. Oke, mungkin sebaiknya Lisa segera mengakhiri penderitaan Mark.

"Sure."

Pekikan yang terdengar setelahnya berhasil membuat kedua telinga Lisa berdenging.

***

"Kita nonton aja ya, Kak?"

Pertanyaan tersebut hanya dijawab dengan anggukan oleh Lisa. Gadis itu terlalu terdistraksi dengan sosok Mark sejak pemuda itu tiba di depan rumahnya lima belas menit yang lalu. Terlalu sering melihat Mark dalam balutan seragam sekolah dan seragam basket, membuat Lisa kaget melihat wujud Mark yang saat itu mengenakan sweater hitam dan jeans gelap. Laki-laki itu terlihat lebih dewasa dalam balutan kasual. Penampilan Mark yang seperti itu tidak hanya berhasil membuat kedua pipi Lisa menghangat, tapi juga berhasil membuat perutnya tergelitik.

SUGAR (A Compilation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang