Rasanya menyenangkan. Jatuh cinta. Hari-hari yang biasanya terasa membosankan, kini mulai terasa menyenangkan. Satu hari yang biasanya terasa sangat lama berlalu, kini terasa begitu cepat. Waktu yang dilalui bersama orang yang dicintai seolah terpangkas begitu banyak. Satu jam terasa satu menit. Satu hari terasa satu jam. Tiba-tiba saja malam sudah menjemput. Meninggalkan rasa rindu yang mendalam. Tidak sabar untuk menunggu hari esok segera tiba untuk dapat bertemu dengannya lagi.
Lisa tidak pernah menyangka bahwa ia akan merasakan hal seperti ini lagi. Jatuh cinta. Hari-harinya kini lebih berwarna. Semua berkat Sehun. Kehadiran laki-laki itu serupa oasis di padang pasir yang selama ini ia huni. Melepas dahaga yang selama ini tak pernah ia ketahui ia rasakan. Terlalu lama berada pada padang pasir ternyata membuatnya terbiasa dengan kekeringan dan dahaga yang membuatnya nyaris mati rasa. Dan di saat seperti itu lah, Sehun hadir. Rasanya, seolah takdir sengaja menggariskan cara terindah bagi mereka untuk bertemu kembali dan jatuh cinta.
Berteman cukup lama dengan Sehun membuatnya tidak pernah menyangka bahwa ia akan jatuh cinta pada pria itu hanya karena melewati satu sore berhujan bersama. Benar-benar tidak terduga. Namun demikian, everything feels like its meant to be. Dan Lisa bahagia.
"Lagi ngelamun jorok, ya? Serius banget."
Lisa merasakan kursi kosong di sebelahnya terisi. Ada Jennie duduk dengan membawa satu mangkuk bakmi kuah. Beberapa detik kemudian, Kai ikut bergabung membawa satu nampan berisi dua gelas es jeruk dan sepiring siomay. Laki-laki itu duduk di depan Jennie setelah meletakkan satu gelas es jeruk di hadapan Jennie.
"Nggak makan, Lis?" tanya Kai sembari mengaduk bumbu kacang di atas piringnya.
Lisa menggeleng, "kenyang. Kesini cuma buat numpang minum thai tea." Ia kemudian menunjukkan plastic cup berisi thai tea yang tinggal setengah. "Kalian ngapain ke kampus?"
"Ketemu sama Miss Always Right." Jennie menjawab dengan sisa-sisa kekesalan ketika menyebut julukan Dosen Pembimbingnya.
"Gue nemenin doang." Kai menambahkan sebelum menyuap sesendok siomay ke mulutnya.
"Gimana? Bisa seminar proposal kapan?" Lisa kembali bertanya. Ia ingat Jennie sering mengeluhkan Dosen Pembimbingnya yang lebih banyak menyulitkannya daripada membantunya selama ini. Karenanya, hingga saat ini ia belum juga menyelenggarakan seminar proposalnya.
Jennie berdecak. "Same old, same old." sahutnya singkat, tidak ingin menjelaskan lebih lanjut lagi.
"Now, enough with Miss Always Right, gimana lo sama Sehun?"
Lisa tersedak saat tiba-tiba saja Jennie mengalihkan pembicaraan dan memilih untuk membicarakan Sehun. Ia merasakan tangan Jennie menepuk-nepuk punggungnya di sela-sela batuknya.
"Uluh-uluh, sampe keselek," goda Kai.
Lisa sempat mendelik pada Kai setelah batuknya reda. "Kok jadi Sehun, sih?"
Jennie dan Kai melempar pandangan yang Lisa kenali sebagai pandangan usil. Keduanya kemudian terkekeh.
"Anak-anak juga udah pada tahu kali kalo lo sama Sehun ada apa-apa." Jennie berujar yang diamini dengan anggukan Kai.
"Gimana mau nggak tahu, kalo lo yang awalnya nggak deket-deket amat sama Sehun jadi tiap hari kemana-mana sama dia." Kai menimpali.
Kedua pipi Lisa menghangat, namun ia tetap mengelak. "Tapi gue emang nggak ada apa-apanya sama dia."
"Oh, jadi kalian HTS-an?" Jennie terkikik di ujung kalimatnya. Gadis itu kemudian melempar pandangan pada Kai yang kini juga tertawa.
Hangat di pipi Lisa kemudian menjalar hingga ke telinganya. "Apa sih, enggak."