Dear Mark

1.9K 237 11
                                    

Hi, it's me again.

Hari ini hujan turun. Setelah nyaris satu tahun menunggu, akhirnya tanah kering dan berdebu yang sering aku lewati bertemu dengan air hujan. Kamu tahu kan apa yang terjadi setiap kali tanah kering bertemu dengan air hujan? Iya, petrichor. Aroma yang nggak pernah gagal buat ngingetin aku sama kamu.

Kamu pasti mau bilang aku terlalu pathetic kan? I know you will, I have known you for a long long time now and it's almost impossible for me not to remember every little things about you. Aku bahkan masih ingat kebiasaan kamu tiap kali hujan turun. Orang lain mungkin sekarang lagi sibuk-sibuknya masak mie instan rebus, tapi kamu sekarang pasti lagi asik-asiknya browsing playlist lagu galau kamu. Iya, kamu emang hopeless romantic yang sesungguhnya. Biar kutebak, pasti Please Don't Stop The Rain ada di salah satu lagu itu, kan?

Kamu tahu kenapa aku sesenang dan sepicisan itu kalo udah hujan? Karena memang benar apa kata orang, hujan selalu punya caranya sendiri untuk membuat segala sesuatu jadi lebih romantis. Seperti saat kamu lari di tengah-tengah hujan demi ngejar kereta yang nyaris berangkat. Mungkin buat orang lain biasa aja, atau bahkan aneh. Wajar, karena mereka nggak tahu alasan dibalik larimu waktu itu. Mereka nggak tahu alasan kamu lari adalah karena kamu nggak mau aku pergi tanpa pamit sama kamu. Padahal aku cuma pergi ke kota yang jaraknya dua jam. Mungkin waktu dua jam nggak lama, tapi dengan kamu stay di sana selama empat bulan bisa bikin aku menyesal kalo nggak sempet ketemu kamu sebelum kamu berangkat, katamu.

Silly, mungkin kamu lupa kalau aku akan selalu pulang di setiap weekend.

Tapi aku bersyukur kamu nekat hujan-hujanan waktu itu. Karena kalau aja kamu nggak nekat, mungkin aku udah jadi tontonan di kereta, nangisin nasibku yang nggak dianterin pacarnya sendiri. Kamu masih inget kan aku secengeng apa?

Alasan lain kenapa aku sesuka itu sama hujan adalah, nggak tahu kenapa, rasanya kenangan-kenangan menyenangkan yang kupunya selalu menjelma dalam wujud air langit. Mungkin karena sebagian besar di antaranya terjadi waktu hujan lagi turun. Inget first kiss kita? Sumpah, itu adalah hal paling bollywood yang terjadi dalam hidupku. Aku nggak pernah nyangka, kamu akan lari dari tengah lapangan ke kursi penonton to leave a chaste kiss on my lips after you scored a goal. Aku masih inget dulu hebohnya kaya apa reaksi temen-temen kamu. Kamu emang sealay itu, tapi kealayanmu nggak pernah mengurangi kadar pesonamu di mataku.

Ingat pertengkaran pertama kita? Semua karena kamu lupa bawa jas hujan dan kita terjebak hujan di lobi sekolah padahal aku harus segera pulang karena ayah di rumah. Aku inget aku marah-marah di tengah kerumunan. Keadaan terdesak antara takut dimarahin ayah dan nggak mau sakit karena kehujanan bikin emosiku naik. Well in my defense, kamu layak diomelin karena aku udah ngingetin kamu lebih dari tiga kali buat bawa jas hujan. Tapi satu hal yang aku lupa hari itu, bahwa mungkin ketelodoranmu berawal dari aku yang terlalu ngeburu-buru kamu pagi sebelum kamu jemput aku. Syukurnya sih, kamu sabar banget ya, jadi pertengkaran kita nggak berlarut-larut. Hehe, aku heran kenapa orang tanpa cela kaya kamu dulu mau sama aku.

Tapi satu tahun belakangan ini, aku udah nggak sesenang itu sama hujan. Karena dibanding mengingat hal yang manis-manis, kepalaku justru lebih sering mengingat kenyataan bahwa kamu udah nggak sama aku lagi buat nyiptain kenangan baru waktu hujan turun. Dulu, kita cuma terpisah dua jam, sekarang, kita udah nggak tinggal di zona waktu yang sama. Perbedaan zona waktu itu adalah hal yang paling kubenci, karena aku harus rela melepas kamu. Aku dipaksa untuk merelakan kamu pergi dari genggamanku. Aku harus terbiasa dengan kealpaanmu di hidupku.

Satu-satunya hal yang paling kubenci dari hujan adalah satu kenangan yang paling membekas dari yang lain. Kenangan waktu kamu memutuskan untuk menyudahi semuanya dan meminta aku untuk melepas kamu. Kamu jahat banget, tahu? Dengan entengnya kamu bilang bahwa pisah adalah hal terbaik buatku saat kamu bahkan nggak nanya ke aku apa keinginanku.

Dan sekarang, aku harus menghabiskan sepanjang musim hujan ini mengingat kenangan kita secara sepihak. Karena aku tahu, di belahan dunia lain sana, kamu mungkin udah sibuk menciptakan kenangan baru lain dengan orang lain.

Bukan aku, karena kamu memutuskan untuk ninggalin aku di saat aku rela menghabiskan waktuku menunggu kamu kembali.

Well, despite all of that, I still want to thank you, Mark. Karena kamu mengajarkan aku bahwa hidup emang seperti dunia dongeng, yang aku dulu sempat lupa, bahwa juga ada dongeng yang berakhir sad ending.

Sincerely,
Your Ex.

***

Ditulis di dalam kereta menuju ke kota penuh kenangan, ditemani rintik hujan pertama yang turun di kotaku.

Saluti,
K💕

SUGAR (A Compilation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang