SATU

2.6K 77 6
                                    

Angin bertiup sepoy-sepoy, sinar matahari menyengat kulit. Terdengar kecipak air. Dinda berlari menjauh dari Aruna yang berusaha mencipratkan air laut ke tubuhnya. Liburan, bulan madu, menghabiskan waktu bersama ditiap harinya. Rasanya menyenangkan. Orangtua Dinda menghadiahi mereka paket bulan madu ke Lombok.

"Jangan Mas! Nanti basah." Seru Dinda masih menghindar dari cipratan air.

Langkah Aruna lebih lebar dari Dinda, hingga akhirnya Aruna mendekap pinggang Dinda sehingga Dinda tak bisa menghindarinya.

"Ngga akan bisa lari kemana-mana lagi" Kata Aruna.

Dinda tertawa. Tak ingin kebahagiaan ini berakhir.

Aruna mengecup pipi Dinda dengan sayang.

"Bisa ngga sehari lagi aja kita disini?" Tanya Aruna.

"Besok kan kita harus pulang, lagian kamu harus cek kafe kan? Seminggu lepas tanggung jawab ya...!"

"Seminggu tuh cepet banget ya?"

Dinda melepaskan pelukan Aruna, buru-buru Aruna memeluk pinggang Dinda lagi, tak ingin melepasnya.

"Kamu tuh kayak ngga akan ketemu Aku lagi aja! Kita kan bakal tinggal serumah, tiap hari ketemu." Ucap Dinda.

"Lusa Aku bakal sibuk dari biasanya, Kamu tau kan? Kafe yang dikelola Mas Ferdi lagi ada masalah, dan dia minta bantuanku, lalu Aku juga ada rencana mau buka cabang baru."

"Kalau Kamu mau, Aku kan bisa ikut kemanapun Kamu pergi."

Aruna tersenyum senang. "Beneran?"

Dinda mengangguk.

Suasana romantis, deburan ombak, matahari terbenam.

Kruuuukkk...!

Aruna tertawa geli, Dinda tersipu malu.

"Ayo kita makan! Cacing diperut kamu udah mulai demo."

Dinda mencubit pinggang Aruna.

***

Selama seminggu ini mereka habiskan hanya berdua, tanpa ponsel, tanpa tv, tanpa hiburan apapun. Sesekali mereka menelepon orangtua melalui telepon hotel, tapi Aruna memutuskan untuk tidak menanyakan keadaan kafe, agar pikirannya tidak bercabang keurusan pekerjaan.

Setelah makan malam selesai, mereka memutuskan kembali menuju hotel dan beristirahat di kamar, sebelum besok pagi mereka harus kembali ke Bandung.

***

Dinda menepuk pipi Aruna pelan, membangunkannya.

Aruna hanya menggeram. Ia masih sangat mengantuk.

"Mas, kita harus segera check out." Ucap Dinda.

Aruna masih tidak bergeming.

Dinda menggoncang-goncangkan tubuh Aruna.

Aruna pun membalikan badannya dan menarik Dinda dalam pelukannya.

Dinda menjerit kaget. "Ngapain sih Mas? Buruan bangun!"

"Masih mau disini." Ucap Aruna dengan suara berat.

Dinda masih meronta melepaskan dekapan Aruna, pasalnya Ia sudah rapi menggunakan kemeja dan bersiap untuk perjalanan pulang, namun sepertinya Ia harus kembali mandi dan bersiap-siap.

***

Aruna meletakkan koper dan beberapa tas berisi oleh-oleh untuk keluarga dan karyawannya. Dinda merebahkan diri meredakan mualnya dikarenakan mabuk udara.

Aruna menghidupkan ponselnya, banyak pesan masuk, beberapa chat tidak Ia hiraukan, tiba-tiba Ia kaget membaca pesan dari Hana, Ia segera bergegas untuk pergi, hampir Aruna melupakan istrinya yang sedang berbaring di sofa.

ADINDA (BOOK 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang