BONUS PART

1.2K 92 33
                                    

Dinda menggeliat di atas kasurnya, kakinya sudah bisa digerakan dan diajak berjalan walau masih harus tertatih.

Masih pukul empat pagi, masih ada waktu untuk benar-benar mengumpulkan kesadarannya. Ia menatap sosok yang tertidur di sebelahnya.

Dinda tersenyum, Ia paling suka melihat Aruna sewaktu tetidur, imut ... mirip bayi.

Tangan lembut Dinda mengusap pipi Aruna, halus ... dagunya sedikit kasar karena janggut yang baru saja tumbuh.

"Jangan malu-malu kalau mau cium, sayang." Ucap Aruna tiba-tiba mengagetkan Dinda yang sedang mengaguminya dalam gelap.

Dinda tersentak, barusan Aruna tidur atau mengigau?

Aruna melingkarkan tangannya dipinggang Dinda, dengan wajah yang masih mengantuk Ia menatap Dinda lekat-lekat.

"Apa kamu belum kenyang?" Tanya Aruna.

Dinda menautkan alisnya.

Aruna mendekatkan wajahnya pada wajah Dinda sehingga nafas mereka bertemu.

"Katakan saja kalau kamu mau, aku selalu siap. Jangan mencuri start!" Kata Aruna lagi.

Ah, Dinda tau maksud Aruna.

"Aku hanya menatap bayi besarku." Kata Dinda.

"Oh yeah?"

Dinda mengangguk canggung.

Aruna tersenyum, "jangan menggodaku sayang ... atau kita akan telat shalat subuh tepat waktu." Ucap Aruna.

Dinda menajamkan telinganya, sayup-sayup terdengar suara tilawah dari masjid, sebentar lagi adzan subuh. Dinda segera bangkit dari tempat tidurnya.

"Mau kemana?" Tanya Aruna.

"Mandi, ayo bangun! Kamu harus shalat subuh berjamaah di masjid bukan?" Ucap Dinda sambil menggulung rambutnya.

"Sudah aku bilang jangan menggodaku, pose seperti itu bikin aku lapar." Ucap Aruna sambil terkekeh melihat rona merah muda di pipi istrinya.

"Jangan ngomong ngaco! Ayo bangun!"

"Morning kiss, please!"

Dinda mengulum bibirnya, benar-benar deh! Aruna itu kalau manja lebih-lebih dari anak bungsu!

Cup!

Dinda mengecup singkat bibir Aruna, kemudian ia segera ke kamar mandi dan tak menghiraukan Aruna yang meminta extra kiss.

***

Selesai shalat subuh, Dinda menuju ke dapur. Ia akan membuatkan suaminya pancake untuk sarapan.

Ia baru saja membuat untuk satu porsi, tiba-tiba tangan kekar sudah memeluk pinggangnya dari belakang.

"Sudah pulang?" Tanya Dinda gugup.

Aruna mengangguk di atas bahu Dinda.

"Bukannya salam ..."

"Sudah."

"Masa?"

Aruna mengangguk lagi, "kamu terlalu fokus dengan pancakemu, suami datang bukannya disambut."

Dinda berbalik menghadap Aruna, diraihnya tangan suaminya dan menciumnya dengan tunduk.

"Tadi ada kajian subuh?" Tanya Dinda kembali menghadap kompor.

"Ada." Aruna menuju lemari es, ia mengambil sebotol air mineral kemudian meneguknya sampai habis.

"Siapa ustadznya?" Tanya Dinda sambil membawa dua piring pancake ke meja makan yang sudah tidak sabar untuk dihabiskan.

"Ustadz Irfan, pembahasannya bagus."

"Oh ya? Tentang apa?" Tanya Dinda sambil menuangkan mentega dan madu ke pancakenya yang masih panas.

Aruna menjatuhkan tubuhnya di kursi makan, aroma sarapannya benar-benar menggoda.

"Tentang anak ..." jawab Aruna hati-hati, Ia tau istrinya itu sangat sensitif bila mendengar kata anak, ia begitu kehilangan janin yang belum lama dikandungnya, dan sudah empat bulan pasca keguguran, Dinda belum juga hamil.

"Oh ya? bagaimana garis besarnya?"

Aruna menatap Dinda lekat-lekat, ah, mungkin pembahasan dari Ustadz Irfan barusan dapat menghibur hati istrinya.

"Ada hadist yang mengatakan bahwa, bila seorang suami istri yang sangat mengingingkan kehadiran seorang anak di masa hidupnya, namun tidak mendapatkannya. Maka, disurga ia akan mengandungnya, menyusuinya dan tumbuh dengan sekejap sebagaimana ia menginginkannya. *"

Dinda tersenyum.

"Habiskan!" Ucap Dinda sambil menyuap makanannya.

Semoga disegerakan merasakan ada yang kembali menghuni rahimnya.

*HR. Tirmidzi no.2563 Ibnu Majah, no. 4338. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini  hasan.

*pada kangen sama #Arunadinda?
Untuk mengobati rasa kangen pembaca, maka dibuat mini partnya
Jangan pada baper di mini part ini ya 😅
Part ini hanya dipublish di wattpad, tidak akan dipost di fb.

Yang mau bonus part lagi vote dan komen ya😄

ADINDA (BOOK 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang