ENAM

1K 54 3
                                    

"Selamat yaa! Aduh ngga nyangka si Aruna tokcer juga." Kata Livi kepada Dinda melalui telepon.

"Hush! Tokcer apaan?"

"Bulan madu cuma seminggu udah langsung jadi aja," ledek Livi.

Dinda tertawa, "kebetulan Gue juga lagi masa subur, Liv. Pas waktu nikah itu udah tanggalnya mau dapet. Gue sih udah khawatir aja dapet pas honey moon ."

"Yaa bagus lah, jangan capek-capek. Kalau hamil muda katanya sih masih rawan," ucap Livi.

"Tapi Liv, ini juga belum kelihatan jelas. Tapi kata dokter sih kemungkinan besar memang hamil."

"Mungkin karena masih muda kali usia kandungannya,"

"Iya, ya udah besok jadi emang?" Tanya Dinda.

"Jadi lah! Lo ngga apa-apa kan anter Gue besok."

"Bisa lah, lagian Gue bete juga di rumah Ibu. Tau sendiri Ibu sama Ayah sibuk banget."

"Iya, ya udah Lo istirahat sana, kasian keponakan Gue."

"Iya. bye." Dinda mematikan sambungan telepon.

Ia merebahkan diri di tempat tidur. Padahal belum lama Ia meninggalkan rumah, tapi Ia sangat rindu dengan suasana kamar yang Ia tempati sedari kecil.

Tok! Tok!

Ibu mengetuk pintu kamar Dinda.

"Masuk!" Seru Dinda.

Ibu pun masuk dan kembali menutup pintu, "belum tidur Din?"

Dinda menggeleng, "belum ngantuk, Bu."

"Gimana keadaan Kamu? Ada mual atau pusing?" Tanya Ibu.

"Ngga ada sama sekali, Bu, cuma emang kemarin-kemarin Dinda gampang capek dan ngantuk terus."

Ibu tersenyum, "dulu waktu Ibu hamil Kamu, mualnya parah banget. Sampe harus diopname."

"Wah!" Dinda berseru kaget, Ia pun bangun dari tidurnya.

"Mual, pusing dan banyak maunya. Kasihan Ayah Kamu, tiap malem Ibu repotin."

Dinda tertawa, "dinda kok ngga gitu, Bu. Apa Dinda ngga hamil?" Tanya Dinda.

"Orang hamil itu emang beda-beda Din. Ngga semuanya mual dan muntah, gimana kondisi ibu dan bayinya. Bagus kalau Kamu nggak mual-mual."

Dinda membaringkan diri lagi dan menempatkan kepalanya dipangkuan sang ibunda.

Ibu mengusap kepala Dinda dengan sayang, "semoga semuanya baik-baik saja sampai waktu melahirkan nanti."

"Aamiin..."

"Aruna jemput Kamu kapan?"

"Katanya besok siang."

"Oh, ya sudah. Makan dulu yuk!" Ajak Ibu.

Dinda mengangguk, kemudian bangkit dari tidurnya

***

"Na, gimana nih Pak Jeff minta pertemuannya diundur lusa." Kata Ferdi.

"Loh, gimana sih? Ini nanggung udah sampe di Jakarta. Udah reservasi hotel pula," protes Aruna.

"Ya gimana lagi, barusan ngabarin."

"Balik lagi nanggung, capek banget di jalan," kata Aruna sambil mengemudikan mobilnya.

"Kita istirahat dulu di hotel aja lah, nanti sampe sana Gue telepon Pak Jeff. Mentang-mentang yang punya duit, sembarangan banget ngundurin waktu."

ADINDA (BOOK 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang