BONUS PART II

1.3K 81 6
                                    

Dinda memasang seat belt, tak lama kemudian Aruna menyusul masuk ke mobil.

"bayinya cantik ya, Mas!" Ucap Dinda.

"Iya ..." Tanya Aruna, Ia mulai mengemudikan mobilnya, mereka baru saja pulang menjenguk teman kuliahnya yang baru saja melahirkan di rumah sakit swasta di daerah Bandung.

"Mereka bahagia banget kelihatannya."

"Iya ..." Aruna tidak tahu harus menjawab dengan kalimat apa, Ia tau istrinya pasti sedang sedih, maka Ia pun sudah merencanakan akan pergi kemana mereka setelah ini.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di sebuah rumah yang besar.a Dinda tidak tahu Aruna tengah membawanya ke rumah siapa.

Setelah memarkirkan mobil, Aruna mengajak Dinda turun.

"Ini rumah siapa?" Tanya Dinda.

"Rumah anak-anak kita."

Dinda menautkan alisnya.

Aruna turun dari mobil namun Dinda masih tak bergeming, Ia masih belum bisa mencerna kata-kata Aruna, kapan mereka punya anak? Dan mengapa menyebutnya dalam bentuk jamak?

Pintu mobil terbuka, Aruna menggenggam tangan Dinda, menuntunnya untuk turun. Dinda pun mengikuti.

Dinda melirik sebuah tulisan di depan rumah.

PANTI ASUHAN BAYI SEHAT

Dinda melirik Aruna, Aruna tersenyum penuh arti.

"Assalamualaykum." Salam Aruna sambil mengetuk pintu.

"Waalaykumsalam ..." seorang wanita berjilbab hijau muda membukakan pintu, lalu memberikan senyum manis.

"Kami mau ijin menengok anak-anak." Ucap Aruna.

"Silahkan masuk, bayi dan balita di lantai tiga."

"Oh iya Teh, boleh antar istri saya ke lantai tiga? Saya mau ambil oleh-oleh untuk anak-anak di mobil dulu."

"Iya, silahkan ..."

Dinda melirik ke arah Aruna.

"Kamu duluan ya!"

Dinda mengangguk sambil tersenyum.

"Hayuk teh ..."

Dinda mengekor berjalan menuju lantai tiga. Dinda melihat sekeliling ruangan, tak terlalu banyak orang.

"Nama saya Nurlaella, teteh bisa panggil saya teh Ella. Pemimpin di sini namanya Pak Yanto, namun beliau sedang tidak ada di tempat." Ucap teh Ella memecah keheningan.

Dinda mengangguk sambil tersenyum ramah.

"Penghuni panti di sini jumlahnya banyak, mulai dari bayi merah, balita, anak-anak sampai dewasa, bahkan ada yang pernah kami nikahkan

Kebanyakan dari mereka yatim piatu, ibunya meninggal ketika melahirkan mereka."

Dinda dan Teh Ella sudah ada di lantai tiga, ketika mereka melewati sebuah ruangan, di balik jendela banyak anak-anak yang mengulurkan tangan mereka, Dinda merasa iba melihatnya.

"Mereka kami rawat sangat baik, namun tetap saja mereka membutuhkan kasih sayang lebih ..." lanjut teh Ella dengan mata berkaca-kaca.

Langkah Dinda terhenti ketika melihat deretan boks-boks bayi berbahan kayu berjajar, Dinda mendekat ke arah jendela untuk melihat penghuni boks bayi tersebut dari dekat.

Langkah Dinda terhenti ketika melihat deretan boks-boks bayi berbahan kayu berjajar, Dinda mendekat ke arah jendela untuk melihat penghuni boks bayi tersebut dari dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ADINDA (BOOK 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang