DUA

1.2K 64 3
                                    

Aruna beranjak keluar rumah untuk mencari keberadaan Dinda, walau Ia tak tau harus mencari kemana.

Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang rumahnya

"Dinda..." kata Aruna, perasaannya lega.

"Mas..." Ucap Dinda lirih. Rasa khawatirnya tiba-tiba lenyap.

Aruna memeluk Dinda, "maafin Aku ya!"

Dinda mengangguk.

"Maaf ngga kasih kabar."

Dinda mengelus punggung Aruna dengan lembut, "masuk dulu yuk, Mas."

Aruna menggenggam tangan Dinda dan membawanya masuk ke dalam rumah.

***

Aruna berbaring di tempat tidurnya, rasanya sangat lelah. Sepulang berbulan madu, Ia belum sempat istirahat.

Pintu kamar terbuka, terlihat Dinda membawakan dua gelas susu.

"Diminum, Mas." Ucap Dinda sambil memberikan segelas susu kepada Aruna.

"Sayang, Aku kan ngga begitu suka susu."

"Ngga baik kalau minum kopi terus."

Aruna pun menerima susu yang diberikan Dinda.

"Bener kan semua urusannya udah beres?" Tanya Dinda.

Aruna mengangguk kemudian meneguk segelas susu dan langsung habis. Ekspresinya lucu, Ia menahan nafas selama minum susu.

Dinda tertawa.

"Ngapain ketawa?" Tanya Aruna protes.

"Muka kamu lucu." Jawab Dinda masih tertawa geli.

"Susu tuh ngga enak! Bau."

"Biar tidurnya nyenyak."

"Iya... iya, demi kamu." Ucap Aruna sambil mengecup pipi Dinda.

"Jangan kayak tadi lagi ya, Aku khawatir." Kata Dinda.

"Maaf, tadi saking paniknya aku ngga mikirin yang lain."

Dinda cemberut.

Aruna mengacak-acak rambut Dinda. "Tidur yuk! Aku capek."

Dinda mengambil posisi tidur di dada Aruna, posisi favoritnya seminggu belakangan ini. Aruna mendekap Dinda erat, dan tak lama Ia pun terlelap.

***

"Dinda..." panggil Aruna lembut.

"Aku di dapur, Mas."

Aruna pun menghampiri Dinda, "bikin apa?"

"Nasi goreng sama telur mata sapi."

"Sepertinya enak." Aruna melingkarkan pelukannya di pinggang Dinda. "Sayang..."

"Hmmm..."

"Boleh nggak hari ini beberapa karyawanku kesini? Ada beberapa hal yang mesti didiskusikan, kafe masih disterilkan buat keperluan penyelidikan."

"Ya boleh dong, Mas."

Aruna mengeratkan pelukannya.

"Mas, lama-lama aku ngga bisa nafas nih!"

***

Dinda menatap jam dinding, sudah hampir jam 3 sore, tapi meeting darurat di rumahnya belum juga selesai. Rasanya ingin keluar rumah.

Pintu kamar terbuka, Dinda tersenyum senang.

"Sudah selesai?" Tanya Dinda.

"Meetingnya sudah, tapi Aku harus survey lokasi buat kafe baru nanti." Jawab Aruna sambil memasukkan laptopnya ke dalam tas.

ADINDA (BOOK 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang