Awal 2016
Memasuki awal tahun ini kami sudah harus mulai fokus terhadap skripsi. Bagi penerima beasiswa sepertiku, Alya, Reza, dan lain-lain, lulus tepat waktu adalah wajib jika tidak ingin membebani orang tua untuk membayar uang kuliah semester selanjutnya. Karena beasiswa kami hanya untuk empat tahun. Jadi jika tidak selesai dalam waktu tersebut, berarti harus membayar sendiri sisanya.
Aku dan Alya memdapat dosen pembimbing yang sama. Maka semakin lengketlah kami menjadi sahabat. Dan semakin intens pula Alya mengajakku ikut kajian. Karena kami sudah kembali ke kampus, akses ikut kajian lebih mudah dan lebih dekat mengingat banyak sekali kajian yang diadakan oleh lembaga dakwah kampus baik fakultas atau universitas.
Komunikasiku dengan Reza juga masih berjalan. Meskipun tidak ada kejadian spesial lanjutan setelah aku membaca pesannya di kertas hari itu.
Ups! Kesannya seperti aku mengharapkan sesuatu, ya?
Hehe. Tapi memang kami tidak ada membahas tentang itu. Dia tidak bertanya apakah aku sudah membacanya atau belum. Dan aku juga tidak ingin mengonfirmasinya. Yang pasti, seperti kebanyakan gadis yang baru saja mendapatkan sesuatu dari lawan jenis, aku senang sekali saat itu. Bahkan aku tidak berhenti tersenyum sampai mau tidur malam harinya.
Novelnya sudah selesai aku baca. Tapi belum ada nita untuk mengembalikan. Nanti sajalah kalau sudah ditagih. Untuk kertasnya, tentu saja aku simpan. Di sana jelas-jelas ada namaku, kan? Jadi kertas itu untukku, kan? Jadi tidak salah kalau aku mengambilnya dan menyimpannya, kan?
Oke! Aku sudah menyimpannya dengan rapi di salah satu buku catatan favoritku.
Mengenai hal ini, aku belum menceritakannya pada Alya. Aku yakin dia pasti akan meledekku habis-habisan jika aku bercerita. Dan aku tidak mau membahagiakan Alya dengan cara seperti itu. Biarlah untuk saat ini menjadi rahasiaku dan Allah saja. Oh dan Reza tentunya. Semoga saja dia cukup pintar untuk tidak bercerita pada Satria.
Yang berbeda dari obrolan kami saat ini adalah Reza yang tidak sungkan membagi informasi mengenai kajian kepadaku dan menyuruhku untuk hadir. Terlebih jika kajian itu khusus untuk akhwat, yang mana dia tidak mungkin akan hadir. Ketika aku menceritakan pada Riri tentang ini, dia bertanya, apakah Reza menyuruh untuk hadir kajian itu padaku saja atau pada orang lain juga. Aku jawab dengan percaya diri hanya aku saja. Padahal sebenarnya aku tidak tahu. Hehe. Riri menyimpulkan bahwa Reza menyukaiku. Tapi aku menyangkal dengan mengatakan tidak mungkin. Karena itu Riri mengataiku tidak peka. Kenyataannya aku hanya tidak mau terbawa perasaan saja.
Ngomong-ngomong Riri, dia tidak pernah menghubungiku lagi sampai aku selesai PKL. Jadi aku memutuskan menghubunginya ketika akan pulang ke rumah akhir tahun lalu. Bertanya apakah dia juga akan pulang. Kami akhirnya bertemu di hari pertama tahun ini. Membicarakan banyak hal. Mulai dari pengalaman KKN, PKL, dan PPL, skripsi, rencana setelah lulus, keinginan membuka usaha, sampai cerita tentang pacar Riri yang sudah menjadi mantan. Inilah yang membuatku akhirnya bercerita tentang Reza. Karena Riri penasaran apakah saat ini aku dekat dengan teman laki-laki atau tidak. Jadi aku jawab saja sejujurnya.
-----------------
"Fia!" suara teman satu kosku, Elva.
"Iya, Va?" aku hanya menyahut tanpa menoleh ke Elva. Aku sedang di kamar, menghadap laptop, sok sibuk mencari bahan referensi untuk skripsiku. Proposalku sudah disetujui akhir Januari lalu. Saat ini aku sedang mengerjakan bab dua, tinjauan pustaka. Semua orang yang sedang mengerjakan bab ini pasti akan sering mengatakan "mencari referensi".
"Lihat ini! Andre Addin mau ke Semarang," ujar Elva sambil menyodorkan HP nya kepadaku.
"Wah," sahutku begitu melihat foto yang ditunjukkan Elva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingin Dicintai-Nya
SpiritualApa yang akan kalian lakukan jika mengalami kegelisahan? Berjalan mondar-mandir tanpa henti? Atau mengusap wajah berkali-kali? Sayangnya, Alifia Putri Rinanti merasa kegelisahannya tidak akan hilang hanya dengan berjalan mondar-mandir dan mengusap w...