--- Tiga Belas

6 0 0
                                    

Jika Ustadz Akbar menyampaikan materi yang bersifat teoritis, maka Kang Abay sebaliknya. Dia justru menceritakan kisah percintaannya dengan seseorang --yang sekarang menjadi istrinya. Bagaimana beliau ketika SMA ditertawakan teman-temannya karena menyukai seorang gadis yang religius. Sementara dirinya adalah anak band dengan penampilan urakan. Mereka mengatakan tidak pantas seorang anak band seperti beliau menyukai anak rohis yang alim dan sholihah. Tidak mungkin juga gadis itu menyukai beliau.

Tertawaan teman-temannya itu berhasil menyentil hatinya. Beliau sadar bahwa yang mereka katakan adalah benar. Kesadaran inilah yang akhirnya membawa beliau memperbaiki diri. Agar bisa disebut pantas disandingkan dengan gadis pujaannya.

Tapi rasa sukanya pada si gadis tidak beliau pendam begitu saja. Beliau memutuskan untuk mengatakannya kepada si gadis. Dengan catatan hanya benar-benar sekedar mengungkapkan. Tidak berniat untuk mengikat. Bahkan niatnya adalah mengikhlaskan. Jika jodoh, bagaimanapun caranya pasti akan bertemu. Jika tidak, maka masing-masing akan mendapatkan orang yang lebih baik. Demikianlah keyakinannya saat itu.

Keyakinan itu berbuah manis, tentu saja. Mereka dipertemukan kembali setelah sama-sama siap di mata Allah. Merekapun yakin pertemuan mereka kembali tersebut adalah karena Allah. Saat ini, bersama si gadis yang sudah menjadi istrinya, beliau sudah memiliki dua orang putri.

Di akhir sesi, Kang Abay dengan baik hati memberikan panduan bagaimana agar kita bisa mendapatkan cinta yang mulia. Menemukan jodoh dengan cara yang sesuai dengan ketentuan-Nya. Terutama, untuk mereka yang pernah mengalami pahitnya perpisahan dengan seseorang yang belum halal. Yaitu setidaknya harus melewati tiga proses berikut.

Pertama, mengikhlaskan. Bagi mereka yang mengalami putus cinta dari hubungan yang tidak halal, pasti akan merasakan yang namanya sedih berkepanjangan. Nangis tidak henti-henti. Galau tak berkesudahan. Tidak rela. Tidak terima. Dan lain-lain. Hehe. Maaf agak berlebihan. Ini seperti yang dialami Riri. Dia tidak rela karena menjadi pihak yang diputuskan. Ah, sampai sekarang Riri masih belum ada kabar lagi. Nanti saja kuhubungi dia.

Tidak perlu membicarakan Riri sebenarnya. Karena aku pun pernah mengalami juga.

Memang, yang namanya ikhlas itu sulit. Tapi jika rasa tidak terima yang terus dipupuk dan dibesar-besarkan, yang ada justru tetap sakit, kan? Jadi, lebih baik mana, belajar ikhlas dengan berproses melewati kesulitan, atau terus menerus menahan sakit?

Proses yang kedua yaitu memantaskan. Aku dan semua yang hadir tidak bisa menahan tawa ketika saat membahas bagian ini, Kang Abay menampilkan sebuah meme yang berisi tulisan "Pacaran bertahun-tahun ujung-ujungnya nggak jadi nikah? Ciee yang bertahun-tahun jagain jodoh orang", lengkap dengan gambar orang yang tertawa.

Banyak sekali terjadi di sekitar kita, orang-orang yang pacaran bertahun-tahun lamanya, sampai semua orang yakin bahwa mereka pasti akan menikah, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Tidak jadi menikah dengan pacarnya, melainkan menikah dengan orang lain.

Aku sendiri sudah melihatnya secara langsung di depan mataku. Namanya Mba Sinta. Saudara perempuan yang cukup dekat denganku. Dia memiliki pacar sejak SMA. Sampai kurang lebih hampir delapan tahun lamanya hubungan mereka. Hingga akhirnya ketika aku mendengar dia akan lamaran, salah satu tanteku mengatakan bahwa lamarannya bukan dengan pacarnya, tapi dengan orang lain. Padahal seingatku, belum ada satu bulan ketika Mba Sinta pulang dari tempat kerjanya di Jakarta demi menghadiri acara wisuda si pacar. Lah kok malah mau lamaran dengan orang lain? Aku kaget, tentu saja. Tapi hanya sebentar. Aku mengetahui dengan baik kalau sesuatu seperti itu sangat mungkin terjadi.

Selanjutnya pasti akan ada komentar, kan tidak semua yang pacaran berakhir seperti itu. Banyak juga kok yang menikah. Ya, memang. Tapi lagi-lagi aku melihat di depan mataku sendiri. Mba Yani, yang adalah kakak kandung Mba Sinta. Dia pun dulu pacaran. Berbeda dengan adiknya, Mba Yeni akhirnya menikah dengan pacarnya. Bertahun-tahun aku melihat pernikahan mereka baik-baik saja. Meskipun belum juga dikaruniai anak. Kabar buruk itu aku dengar di tahun kedua kuliah. Ketika setelah sekian lama menunggu, Allah akhirnya mempercayakan kepada mereka seorang anak. Tapi tidak lama kemudian, justru mereka bercerai. Ketika aku tanyakan alasannya pada mama, mamaku menjawab karena sudah tidak cocok.

Ingin Dicintai-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang