Ignorance
.
.
."Gue emang belum pernah jadi yang terpenting. Tapi mungkin aja suatu hari nanti gue yang terpenting di hidup lo"
Earlene Azalia Emery"Rael! Cafenya kelewatan". Nada suara gue terdengar panik disini.
"Rael. Kamu denger gak sih dia ngomong apa? Cafenya kelewatan".
Kamu?
Tadi dia ngomong lo-gue.
Sekarang?
"Iya aku denger. Aku sengaja ngajak dia biar kamu gak kesepian. Kamu pasti mau mampir ke toko swalayan kan? ". Gue menatap rael gak ngerti.
Aku? Kamu?
Jadi kehadiran gue disini cuma untuk nemenin raine?
Gue menatap raine, muka raine disini keliatan gak enak banget sama gue. Mungkin karena ngerasa bersalah.
"Earlene maaf". Gue mengangguk senyum.
Yang di paksakan.
Gue mengalihkan pandangan gue kearah jalan. Keadaan di dalam mobil jadi canggung banget disini.
Sekarang, terserah rael aja deh.
Lagian kan gue juga udah seenaknya ngajak dia masuk ke dalam permainan ini. Anggap aja kita impas.
Gue membelalakan mata gue, berusaha untuk menahan air mata yang bisa aja keluar tanpa gue minta.
"Hmm.. Len? ". Gue menoleh ke arah raine.
"Lo tau toko swalayan yang bagus? ". Gue sekilas melirik rael, setelah itu menatap raine dengan senyuman. Gue ngangguk.
Seketika mau jadi cuek kayak rael.
//
Raine narik gue ke segala arah di ikuti rael yang ada di belakang. Wajah rael di sini keliatan bahagia ketika matanya menatap pergerakan raine.
"Earlene bagus yang mana?". Raine menunjuk dua warna baju, biru dan pink.
"Hitam". Jawab gue.
Gue liat raine yang natap gue bingung tapi gue cuma membalasnya dengan senyuman.
Tanpa gue sadar, ternyata rael ikut menatap gue dengan tatapan gak suka.
Gue gak peduli.
Mau sebenci apapun lo sama gue, gue gak peduli.
Mulai sekarang gue gak peduli.
Berusaha untuk gak peduli, seperti apa yang lo lakuin.
Gue inget momen ini.
Gue ngerasa ini seolah dejavu.
Ketika di masalalu orang yang menjawab 'hitam' itu adalah sosok laki laki, beda dengan masa kini yang menjawab adalah seorang wanita.
"Kenapa lo jawab gitu, padahal di pilihan gak ada yang warna hitam?". Gue yang lagi duduk menatap pergerakkam raine yang sedang memilah baju seketika berdiri dan meghampiri raine. Mengabaikan pertanyaan yang di beri seseorang itu. Gue bahkan gak menatap matanya.
"Raine? Udah dapet?". Tanya gue basa basi. Raine menggeleng.
Akhirnya gue ngebantu dia buat memilah baju.
Gue mengambil baju berdesain simple. Warna coklat bahan rajutan. Ini terlihat seperti sebuah sweater sih kalau menurut gue.
"Kalau ini gimana?". Raine sedikit menimang sampai akhirnya dia mengangguk. Gue tersenyum dan memberi baju itu ke raine. Raine berlari menuju kasir dan meninggalkan gue yang masih melihat lihat baju.
