Ignorance
.
.
.Earlene Azalia Emery
Rencana awal
'Liburan dua hari adalah waktu gue untuk tidur sampai siang'.
Namun rael merusak semuanya.
Pagi tadi, handphone gue udah berisik banget dan seinget gue, gue gak masang alarm. Sampai akhirnya gue mengangkat handphone itu dan mendengar suara dia yang menyuruh gue dengan paksa untuk menemaninya ke bandara.
Sialan.
Kesel.
Arrggh.
"Rael! Kita mau kemana sih? Gue mau tidur! Ngantuk! ". Rengek gue sambil melipatkan tangan gue.
"Tidur aja sana. Nanti gue bangunin kalau udah sampe".
Gue melirik dia sekilas. Menghela nafas gue kasar.
Gue kan tipe orang yang gak bisa tidur di depan orang lain. Di kelas aja gue jarang banget buat tidur.
Ya udahlah coba aja.
Gue mendorong bangku mobil hingga menjadi posisi nyaman untuk tertidur. Menghadapkan tubuh ke arah pintu mobil. Memaksa kan mata gue untuk terpejam.
Ya percuma sih.
Gue gak akan bisa tidur.
Gue kembali memindahkan posisi tidur gue ke arah rael. memerhatikan dia yang dengan lincahnya menyetir.
Biasanya gue bisa tidur kalau ngeliat sesuatu hal yang bergerak dan menarik untuk di liat.
Ya walaupun rael gak semenarik itu.
"Emang siapa yang mau lo jemput di bandara itu? ".
Dia diem.
"Emang gak bisa buat jemput sendiri? ".
Dia diem. Lama lama gue ilangin nih mulutnya.
Setau gue, rael itu punya dua kepribadian. Dia suka sepi tapi gak suka sendirian. Kayak sekarang, gue cuma di anggap radio sama dia.
Rael itu ngomong banyak kalau lagi sama temen temennya doang. Sama gue mah, yaudahlah.
"Dua hari yang lalu alodie cerita, kalau dia sama davie udah baikkan. Gue seneng, tapi gue mau nanya ke lo sebagai temennya davie. Apa davie suka sama alodie? Kalau iya, tolong bilangin ke dia untuk ngomong secara langsung. Alodie punya masa lalu yang bikin dia gak percaya sama cinta. Makanya alodie bersikap gak peduli sama dia. Biar gak jadi salah paham aja".
Sebenarnya gue tau, mau sepanjang atau sesingkat apapun gue bercerita, rael gak akan pernah merespon.
"Lo punya masalalu berharga atau berkesan yang bikin lo teringat gak?".
"Gue pengen punya itu rael. Tapi gue gak pernah bisa. Gue selalu menganggap kalau kehidupan yang gue jalanin itu cuma mimpi. Jadi ketika gue terbangun dari tidur gue, gue akan selalu bertanya 'apa yang gue lakuin itu bener bener nyata? '". Gue menghela nafas kembali.
Rael pengen gue jedotin deh kepalanya ke stir mobil.
"Lo punya cinta pertama? ". Gue liat ekspresi rael yang berubah.
Gue mendelikkan bahu gue acuh.
"Semua orang punya cinta pertama. Kecuali gue. Sampe sekarang gue masih belum menemukan cinta pertama gue itu. Bagi gue, semua cowok itu sama aja. Itu itu aja. Gak bikin gue tertarik untuk mendekat sekalipun. Alodie aja sampe nanya ke gue 'lo itu normal gak sih len?' ya jawabannya sih, normal. Gue masih normal".