Ignorance
.
.
.
"Ada dua sosok wanita yang berhasil membuatku sakit ketika mereka mulai mengeluarkan air mata"
Adinata Davie Orlando
Ketika lo berencana bahwa hari libur lo di pake buat move on tapi ternyata ketemu doi di jalan. Antara mau ngehindar, pura pura gak liat atau menyapa. Pura pura mati aja kalia ya?sekalian.
"Hhai~". Dan gue memilih untuk menyapa cewek di hadapan gue. Sapaan canggung yang terdengar menjijikan.
Dia senyum ke arah gue. Waw. Pertama kalinya selama dua tahun lamanya mengenal dia, gue baru ngeliat senyuman itu.
"Halo juga. Lo ngapain disini sendirian? ".
"Enggak sendirian, gue udah janjian sama anak anak. Tapi gue terlalu dateng lebih awal". Jawab gue.
Dia cuma diem.
Setelah beberapa menit gue gak mendengar pertanyaan yang dia lontarin, gue berusaha untuk pamit.
"Kalau gitu gue duluan ya". Gue melalui tubuh mungilnya dan kembali menghentikan langkah gue karena suaranya.
"Gue sendirian nih, gue boleh gabung kalian gak?". Gue diem tanpa berani untuk memutar tubuh gue.
Bahagia? Pasti.
Sederhana kan? Iya, sesederhana itu gue bahagia.
Tapi gue kembali mengubur kebahagiaan itu.
Gue membalik tubuh gue dan mentap dia. Gue megangguk mengiyakan dan kembali di respon dengan senyuman dia.
Gue merasa pangling sama dia.
Alodie berubah lumayan cepat bagi gue.
Gue gak tau apa yang bikin dia kayak gini, tapi gue gak boleh terlalu percaya diri agar luka itu gak kembali terulang.
Gue berjalan beriringan di samping alodie,mengitari mall tanpa tau tujuan tempat kita yang sebenarnya. Kalau boleh jujur, sebenarnya gue tau tempat yang harus gue datengin, tapi gue gak mau alodie ikut sama gue. Suasananya begitu hening. Gue pun yang biasanya berulah gak melakukan hal apapun yang bikin suasana menjadi cair.
"Dav, gue cuma minta lo buat gak ngikutin gue kemanapun gue pergi, bukan meminta lo buat gak nganggep gue ada di muka bumi". Kata dia dengan mata yang fokus ke arah depan, mengabaikan gue yang menoleh ke arahnya.
"Gue masih nganggep lo di muka bumi kok. Hahaha". Tawa gue yang di paksakan.
"Tapi sikap lo mengatakan sebaliknya".
Gue diem.
Gak lama, perkataan alodie bikin gue bingung.
Bingung yang bertranformasi menjadi amarah.
Amarah yang pengen gue ledakkan langsung di hadapannya.
