08 ; El, E

11 5 0
                                    

Ignorance
.
.
.

Adhyastha Adelio Ellard

Suasana disini semakin canggung karena kehadiran cewek yang baru aja datang menambah tempat dengan cowok di sampingnya. Gue pastiin kalau itu bukan pacarnya karena gue kenal persis cowok yang duduk di samping earlene, seorang cewek yang kehadirannya membuat suasana semakin canggung.

Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa mereka bisa dateng bersamaan sedangkan rael ada disini. Bukannya dia gak mau ada yang tau kalau hubungan ini terjadi bukan karena adanya perasaan diantara mereka kecuali teman terdekat earlene dan rael? Sikapnya earlene yang kayak gitu, bukannya bikin orang jadi curiga? Apalagi earlene tau banget kalau rael paling gak suka kalau namanya jadi bahan omongan.

"Wey vyn! Kok lo bisa bareng earlene kesininya?". Rey menyapa tanpa peduli keadaan sekitar. Gue tersenyum ketika gavyn membalas sapaan rey dengan ramah.

Gue tau perasaan gavyn yang gak enak hati ketika melihat rael disini mengingat status rael sama earlene yang lebih dari seorang teman .

"Iya kak". Jawab gavyn seadanya berusaha bersikap seramah mungkin.

 Jawab gavyn seadanya berusaha bersikap seramah mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Len, kok lo bisa sama gavyn sih?". Alodie kembali bertanya sedikit berbisik, tapi bisikannya membuat siapapun bisa mendengarnya.

"Gue cuma kebetulan ketemu di jalan kok. Sekalian aja bareng". Earlene membalas nya.

"Gak usah boong. Alesan itu udah sering di pake sama davie". Itu rael. Nada suaranya sedikit gak suka. Cowok tolol ini sikapnya susah buat di pahami.

"Eh anjir, gak usah bawa- bawa nama gue". Protes davie

"Kalau itu realita mah gak masalah dav". Rey ikut berucap.

"Sialan".

Gue seneng ngeliat mereka berantem. Hahahaha. Jahat banget gue. Tapi seenggaknya sikap mereka yang kayak gini membuat gue sadar kalau disini gue satu satunya orang yang paling bijaksana dalam bertindak. Saiq. Sombong banget lo el.

"Bukannya biasanya lo minta di jemput sama rael, len?". Kali ini gue yang bertanya.

"Mana mau gue jemput dia. Emang gue supirnya". Mulut rael bener bener kayak anak kecil.

"Lo sekarang bilang gak mau, tapi dari kemaren lo nurut nurut aja tuh. Gue sekarang setuju sama ellard ketika dia selalu bilang lo bodoh". Protes davie. Gak sadar diri banget nih orang.

"Earlene di sini cuma satu orang kan? Kenapa yang jawab banyak banget?". Sindir gue.

"Hahaha, iya el. Gue cuma gak mau ganggu rael aja". Intonasi jawaban earlene membuat gue sedikit menerawang.

Mereka ada masalah? itu pertanyaan yang pertama kali terlintas di pikiran gue dan membuat gue memutar ulang memori di saat gue melihat mereka di cafe.

Ignorance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang