Ignorance
.
.
.Gracio Rael Demetria
Keadaan,
Keadaan yang menyuruh diri gue selalu ada di deket dia,
Terbiasa,
Hingga gue terbiasa sama sikapnya yang heboh dan suka menganggu telinga gue.
Kemana aja waktu dua tahun itu?
Kenapa selama hampir dua tahun lamanya, gue baru merasakan keterbiasaan ini sekarang?
Bukan,
Bukan karena gue bahagia bisa menerima keterbiasaan ini.
Gak ada yang special, tapi ini cukup berbeda. Mengenalnya lagi, gue jadi malu sama opini gue tentang dia yang bagi gue sikapnya makin lama makin egois.
Enggak, dia enggak egois.
Tapi dia tetap menjadi bodoh.
Earlene azalia emery tetap menjadi wanita bodoh dengan permainan yang dibuat.
Dan gue tetap menjadi rael yang bodoh karena ikut membantu menyelesaikan permainannya.
Cewek yang gue omongin sekarang lagi memilah baju di ujung sudut toko kecil di pinggir jalan. Gue gak pernah ngeliat dia yang malu sama hal ini. Gak seperti cewek biasa yang lebih suka membeli baju di tempat yang penuh dengan ac, dia lebih memilih baju yang ada di pinggir jalan.
Kata dia,
gak peduli mau beli dimana, kalau dia suka sama modelnya, dia akan beli. Harga juga menentukan dia akan beli atau enggak.
Dan gue baru tau kalau dia cewek yang perhitungan tentang uang.
Bukan pelit,
Karena bagi gue, dia bisa mengatur kebutuhannya dengan baik.
Sekarang gue disini dengan minuman yang gue pegang, duduk sambil ngeliat dia yang sama sekali lupa atas kehadiran gue disini.
Gila, kenapa gue selalu mau nganterin dia beli baju padahal gue tau ini akan berujung pada kebosanan?
Dia baru akan sadar sama kehadiran gue kalau ada model baju yang bikin dia bingung.
Kita masih pake seragam, tapi seragam gue sama earlene gak begitu ketara karena gue yang menutupinya pake jaket dan earlene yang menutupinya pake sweater.
Ini emang gue doang atau udah jadi hukum kehidupan?
Soalnya gue selalu malu kalau pergi pake seragam lengkap kayak gini.
Pulang sekolah dia langsung ngajakkin gue kesini.
Gue sih yang awalnya nanya mau mampir gak? Seperti biasa.
Sejak kejadian bodoh waktu itu, dimana gue dan earlene menjadi bodoh, dimana davie dan alodie menjadi bodoh, dimana rey dan drya menjadi pajangan, dimana hanya ada ellard yang ikut bodoh dan gavyn yang selalu diam atas kebijakaannya. Gue selalu berusaha buat deket sama earlene. Gak peduli gue suka atau enggak. Gue tetap berusaha untuk tidak menjadi egois.
Ketika earlene terlalu mengacuhkan gue dan terlihat lebih deket sama gavyn, gue merasa ini salah dan jelas ini kesalahan gue karena secara gak langsung gue udah menyuruh earlene buat menjauh.
Bukan
Bukan karena cemburu.
Logikanya,
Kalau seandainya kita saling diam, bagi gue, permainan yang dia bikin gak akan selesai. Dan gue akan selalu tetap dengan kebodohan ini.
