Kehidupan yang mudah tentu akan membuat manusia menjadi lemah. Ketika seseorang mengajarkan kerabatnya untuk memakan ikan, maka selamanya sang kerabat akan mengalami ketergantungan pada orang itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, seandainya orang itu mengajarkan untuk memancing ikan, maka sang kerabat dapat bekerja secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan siapapun tahu bahwa memakan ikan yang telah tersedia tentu lebih mudah dilakukan daripada harus memancingnya terlebih dahulu—asumsikan orang itu tidak alergi makanan laut.
Tentu, sebuah tantangan dalam kehidupan amat diperlukan oleh manusia agar ia dapat bertahan hidup di dunia seperti ini. Namun, jika hal itu berkaitan dengan pekerjaan, aku lebih memilih untuk selalu menerimanya dan menghabisinya dengan sukses daripada harus membiarkannya meninju kehidupanku, membuatnya babak berlur. Namun, yang terjadi saat ini adalah kebalikannya.
Berulang kali pikiranku bertanya-tanya, apa yang harus kulakukan? Aku terlalu meremehkan mereka untuk tak menyadari bahwa aku sedang mengawasi mereka, mencari pergerakan mereka selanjutnya untuk menginterupsi seluruh kegiatan yang akan mereka lakukan. Dan kini, ketika mereka membalasnya dengan tidak menampakkan batang hidungnya, aku kebingungan.
Beberapa kali kupastikan agar otakku memberikan kemungkinan yang terbaik, tetapi pernyataan Alex setelahnya membuatku tak dapat berpikir lebih jauh selain mereka menyadari keberadaanku, mungkin juga dengan Wijaya dan Alex.
"Koneksi kita terputus," beritahu Alex. Tentu, maksudnya adalah ia tak dapat menghubungi kembali sang informan dengan cara yang sama. Membuatku berasumsi bahwa orang itu ketahuan. Brengsek, memang. Kebocoran informasi yang kudapatkan tidak sepenuhnya merupakan sebuah keberuntungan. Aku bertanya-tanya, apa yang terjadi pada orang itu? Apakah dia ketahuan atau hanya menjaga jarak untuk sesaat agar tak menimbulkan kecurigaan?
Namun, semakin lama aku memikirkannya, pikiranku semakin kelut. Orang itu tak dapat dihubungi tepat setelah ia memberitahu Alex lokasi perampokan selanjutnya. Siapapun yang menyelidiki kasus itu, tentu tak dapat berpikir jauh, berkutat pada ketahuannya sang informan. Mungkin lebih buruk—mereka membungkamnya. Brengsek. Harusnya ketika Alex mengatakan bahwa mereka membuat strategi yang cerdas, aku mempertimbangkan kemampuan analisis mereka dalam menemukan pengkhianat yang ada di antaranya.
Bertumpu pada meja, siku kiriku menopang beban kepala yang sengaja kutempelkan di antara ruas jariku. Di sisi yang lain, lengan kananku mengetuk meja berkali-kali. Aku tak ingat telah berapa lama melakukannya, mungkin dua puluh atau tiga puluh menit dengan pikiran yang semrawut hingga secara tiba-tiba Wijaya muncul dari balik pintu ruanganku.
Aku yang terlihat seperti pengangguran segera merapikan baju dan menepuk bagian pinggul beberapa kali sambil merapikan bagian baju yang sedikit keluar untuk kembali masuk ke dalam celanaku sambil bertanya padanya.
"Ada informasi lanjutan?"
Namun, Wijaya menggeleng. "Tidak ada, Pak."
Aku menarik napas dalam sambil memejamkan mataku. Sejujurnya, dalam hati aku telah menggerutu, mengucapkan kata brengsek sebanyak empat kali. Tetapi, aku berusaha untuk terlihat tenang dan menjaga emosi.
Sebelumnya Alex memberitahu bahwa para perampok itu hanya akan merekrut anggota baru seandainya satu atau lebih dari mereka tertangkap. Sebisa mungkin, mereka akan membunuh kawanannya sendiri, menutup mulutnya agar tak memberikan informasi apapun. Namun, pekerjaan itu tentu tak dilakukan oleh mereka, melainkan para calon anggota mereka dan seharusnya aku mempertimbangkan itu. Sialan, aku pikir aku bisa memanipulasi dengan mudah kematian para perampok yang kurencanakan untuk ditangkap, semuanya di luar dugaan.
"Pak Alex masih berusaha mencari cara untuk menghubunginya," beritahu Wijaya. "Saya tidak ingin mengatakan ini, Pak, tetapi dengan asumsi terburuk, mungkin hubungan kita benar-benar terputus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Roy : 60 Detik dalam Kematian [SELESAI]
Misterio / SuspensoLuka yang diterimanya membuat Roy tak dapat beraktivitas seperti biasanya. Namun, Wijaya--rekan kerjanya--memberitahukan kejanggalan yang terjadi pada sebuah kasus yang diikutinya. Seorang aparat kepolisian ditemukan menjadi mayat. Secarik kertas be...