〚 the dinner. 〛

245 21 1
                                    

  Jam menunjukkan pukul lima sore. Myla keluar dari kamar mandi. Badannya kini segar setelah mandi dengan air pancuran shower. Tak lupa, dirinya mencuci wajah di wastafel.

  Ia berjalan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, padahal ia sudah menggunakan hair dryer, tetapi, rambutnya belum benar-benar kering. 

  Crystal menatap Myla yang keluar dengan dress ungu keemasan. Ternyata walau tidak menggunakan baju seragam, Myla tetap cantik.
  Bikin iri saja, batin Crystal, bibirnya pun menekuk.

  Ia lalu menghampiri Myla.

"Myla, aku lagi gabut nih, kamu mau kan jadi percobaan aku?" pinta Crystal.

  Myla menatap Crystal dengan tatapan "maksudmu?" 

  "Maksud aku percobaan tataan rambut. Rambut aku udah rapi nih, dan rambutmu kan panjang, aku masih pengen nata rambut. Boleh kan? Ku buat cowok-cowok terpana melihatmu."

  Myla berpikir sebentar. Sebenarnya, ia ingin menolaknya karena tidak nyaman, tetapi hatinya berkata tidak enak jika menolak Crystal.

  "Baiklah, tetapi jangan yang terlalu mencolok," Myla duduk di kursi rias.

  "Ehm, kamu memakai dress ungu keemasan, berarti kamu cocok pakai gaya rambut gulung."

  Crystal menatanya.
Ia menyemprotkan hair spray pada ujung rambut Myla. Ia menjepit sebagian rambut Myla. Lalu, ia dengan cekatan membuat 2 kepangan kecil, dan menggulung sisanya. Kepangan kecil itu digulungnya.

  "TARA!!" pekiknya senang.

  "Look at the new Myla!" lanjutnya.

  "Baiklah, ku akui kau pandai di bidang itu," puji Geralda melihat tampilan Myla yang sekarang jauh lebih cantik dan elegan.

  "Really? Thanks!" ucap Crystal senang.

  Tilulit. Tilulit.
  Telepon kamar berbunyi.

  Geralda menjawab telepon itu.

  "Ayo makan malam," ajak Geralda.

  Para murid satu per satu datang ke ruang makan. Semua memperhatikan Myla, terutama para anak laki-laki. Mereka mulai berbisik-bisik.

  "Eh itu Myla!"
  "Eh gila dia dandan apa gimana?"

  Crystal langsung tersenyum bangga melihat teman-temannya berebut duduk di dekat Myla. Namun, gadis itu sudah duduk dihimpit oleh Crystal dan Geralda.

  Ema baru saja datang dari kamarnya, "Kenapa ini? Lagi pada bicarain apa?"

  Ruvy menjawab, "Myla itu... cantik banget dia, kayaknya dia dandan deh."

  Ema tercengang melihat Myla. Gadis itu bahkan lebih cantik dari biasanya!

  Ema memukul mejanya, "Sejak kapan dia bisa secantik itu?"

  Crystal mendengarnya, "Kenapa, Ma? Cemburu ya, ada yang lebih cantik dari kamu?"

  "Cerewet, diem aja kamu!" gertak Ema cepat.

  "Suka-suka aku dong, ini kan mulutku. Lagipula yang dandanin Myla ini kan aku, aku berhak komen dong!" balas Crystal tak mau kalah.

  "Terima kasih Crystal, emm tapi-" ucapan Myla terputus.

  "Crystal jago ya kamu dandanin Myla!" puji teman-teman yang lain.
  "Langka banget tau liat Myla yang dandan gini!"

  Myla terus menunduk tak nyaman. Ia benci menjadi pusat perhatian seperti ini.

  "My, sabar ya, Crystal cuma pake kamu buat meroket," bisik Geralda.

  Myla mengangguk pelan. Ia sudah sadar hal itu sejak di kamar, tetapi ia tidak enak menolak permintaan Crystal.

  Myla membatin, ternyata Geralda baik juga.

  Sesudah jam makan malam selesai, para laki-laki menghampirinya untuk mengajaknya berbicara.

  Di sisi lain, Myla menangkap seorang lelaki sedang memerhatikan dirinya. Tak lama setelah mata mereka bertemu, dia berbalik pergi.

  Dia, Yohanes.

  Ketika berjalan di lorong, cowok-cowok mengelilinginya dan bertanya mengenai hal-hal tak penting padanya.

  "Pergilah, kalian menghalangi jalanku! Aku ingin kembali ke kamar!" ujar Myla kesal.

Cowok-cowok itu langsung membuka jalan baginya.

  Brak!
  Myla menutup pintu kamar, ia kembali ke kamar dengan Geralda.
  Crystal masih di ruang makan untuk berbincang dengan teman-temannya yang lain.

  "Risih ya, jadi pusat perhatian?" tanya Geralda yang duduk di tepi kasurnya.

Myla mengangguk cepat, "Aku tidak menyukai hal itu."

  Myla berbaring di atas kasurnya. Ia menghela napas lalu mengembuskannya.

  Aku tidak salah kan? Kenapa Yohanes memandangku seperti itu ya?

  Pikirannya terus membayangkan laki-laki bernama Yohanes itu.

  Yohanes adalah saingan terberat Myla. Mereka selalu balapan dalam meraih ranking satu.

Cowok itu cukup dingin, namun pekerja keras. Myla pernah melihatnya ketika sepulang sekolah, dia belajar hingga sore di perpustakaan.

  Padahal Yohanes jarang berbicara pada Myla, hampir tidak pernah mungkin, kenapa dia memandangi Myla seperti itu ya?

𝐛𝐞𝐬𝐭𝐢𝐞𝐬 [ 𝐞𝐧𝐝. ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang