〚 sebuah pelukan. 〛

181 14 0
                                    

Crystal menggigit bibir kesal. Ingin sekali ia menjambak rambut gadis bernama Ema itu. Gadis itu benar-benar membuat semuanya kacau. Perasaannya tak karauan. Cemas, marah, khawatir, semuanya menjadi satu dalam lubuk hati Crystal.

"EMA BODOH!!" Crystal berseru frustrasi. 
"Crystal," Myla merangkulnya, "sudah, kamu tenang dulu, pasti Derren ada di sekitar sini!"

Myla berusaha menenangkan Crystal. Myla tahu betul apa yang sedang dirasakan oleh kawannya itu. Jika ia berada di posisi kawannya itu sekarang, sudah pasti dia akan melakukan hal yang sama.

Geralda lalu mengusulkan ide untuk berpencar agar lebih mudah menemukan Derren. Apa pun hasilnya, setelah 15 menit, mereka harus berkumpul di ballroom.

"Berpencar! Wahyu kau di timur, Myla kau ke barat, Crystal kau utara, dan aku akan ke selatan! Sekarang!" pimpin Geralda.

Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka segera berlari sesuai arahan Geralda.

Crystal tak memedulikan penampilannya sekarang. Awalnya, ia berusaha untuk tampil secantik mungkin di depan Derren. Namun, ia berpikir ulang. Tak ada artinya tampil cantik bila pasangan dansanya itu tak ada bersamanya.

Crystal mengangkat gaunnya, dengan sepatu high heelsnya ia buru-buru mencari keberadaan pasangan dansanya itu. Mungkin kini rambutnya tak lagi rapi, bisa saja gaunnya kusut. Gadis itu tetap tak peduli. Pokoknya, aku yang harus menemukan Derren!

EMA POV

"Untunglah aku sudah menyingkirkan pasangan dansa anak itu. Tinggal menunggu saja, apa yang akan terjadi pada Derren dan dia," gumamku sambil memutar-mutar rambut hitamku.

"Hello guys," sapa Ema, mencoba membaur dengan orang-orang di pesta dansa itu.

"Ema, kemana saja kau?" tanya Ruvy.
"Guess what, girls? Aku habis jalan sama Derren," bisik Ema, namun sedikit antusias untuk menceritakannya.
"Serius lo?" tanya Ruvy.
"Beneran?" tambah Unis.
"Dih, nggak percaya. Mana ada aku bohong," jawabnya.

Di sisi lain ...

"Ck, mana sih bocah itu?" Wahyu berdecak kesal, "bisa-bisanya ga bisa bedain Crystal sama Ema!"

Wahyu lalu berlari sambil memanggil namanya. 
"Derren! Ngerepotin amat jadi anak!"

Kala itu posisi Wahyu dan Ruang Penyimpanan tak begitu jauh, sehingga Derren dapat mendengar suaranya. Akan tetapi, letak ruangan yang paling pojok dan tidak strategis membuat Wahyu tak berpikir untuk menengok ke sana.

"Wahyu! Aku disini!" Derren berusaha berseru agar suaranya terdengar, namun serak, tenggorokannya kering.

"Derren! Di mana sih!?" Wahyu terus memanggil karena tak mendengar suara Derren. Kaki Wahyu terus melangkah melewati lorong begitu saja.

"Wahyu, agh!" ujar Derren kesal, "dasar, anak itu!"

Geralda sudah memutari daerah itu sedari tadi, namun Derren sama sekali tak nampak batang hidungnya.

"Derren! Derren! Di mana lo?" panggil Geralda. 

Sementara itu, Myla juga memanggil-manggil namanya, tetapi sama sekali tak dapat menemukan cowok itu.

"Dik, cari siapa?" tanya salah satu staff di sana.
"Pak, tolong bantu saya ya, jika bapak melihat anak laki-laki berjas hitam yang namanya Derren, pinta dia segera ke ballroom ya!" pinta Myla.
Tak mengerti apa pun, staff  itu hanya mengangguk menyanggupi.

Myla terus berjalan mencari keberadaan Derren. Langkahnya terhenti. 
"Dia tak mungkin naik ke lantai atas, Ema tak mungkin membawanya ke sana!" gumam Myla.
"Lalu aku harus mencarinya dimana?!!" lanjutnya. 

Benar-benar merepotkan!

Myla melirik grandfather clock yang terbuat dari kayu mengilap di sebelahnya.
"Aduh, sudah lima belas menit, aku harus kembali!" Myla buru-buru kembali, "maaf Crys, semoga kau sudah bersama Derren."

"Derren!! Derren!! Ini aku, Crystal!" panggil Crystal.
Crystal hampir menangis, takut terjadi sesuatu padanya, "Kamu dimana?" panggilnya lirih.

"Crystal!!" sekuat tenaga ia mencoba berteriak. 
Suaranya yang serak membuat Derrren berhenti berteriak. Ia mencoba memukul mukul pintunya sekuat tenaga. Ia tak mau terjadi seperti saat Wahyu tadi.

"Crystal!!" ia mencoba sekuat tenaga untuk membalas panggilannya.

BUGH BUGH BUGH.

Crystal terkejut dengan suara itu. Cepat-cepat ia menghampiri sumber suara itu. Kakinya berjalan ke arah Ruang Penyimpanan.

BUGH BUGH

Ema yang ceroboh meninggalkan kunci tertancap pada lubang pintunya. Crystal yang melihat kunci itu langsung mengerti.

Cklek. Crystal memutar kunci itu.
"Derren!"

Derren melebarkan tangannya dan langsung memeluk gadis itu, "Crys, sebentar saja."
Wajah Crystal sudah sangat merah bak tomat rebus. Tubuhnya membeku, begitu pun mulutnya. Tak sepatah kata pun dapat keluar dari mulutnya.

Deg-deg-deg-deg.

Crystal tercekat, ia bisa mencium wangi parfum Derren dari dekat. Hanya dengan sebuah pelukan itu, ia dapat melupakan segala amarahnya pada Ema. Hanya dengan sebuah pelukan itu, kini ia merasa sangat dicintai. Hanya dengan sebuah pelukan itu, hatinya merasa tenang.

"Crystal, terima kasih, aku lega sekali," ia mempererat pelukannya.

Beberapa detik kemudian, Derren melepaskannya. Ia menarik tangan Crystal untuk bangkit berdiri.

"Crys, terima kasih, ya," ujarnya lagi. Crystal hanya mengangguk sambil terus menunduk, menutupi wajahnya.

"Ayo pergi, kita tak punya banyak waktu!" kata Derren seraya menarik tangan Crystal.

Myla, Geralda, Wahyu, jangan khawatir, dia bersamaku, batin Crystal.

-Ballroom-

"Bagaimana?" tanya Geralda, "kalian belum menjumpainya?"
Myla dan Wahyu menggeleng.

"A-aku tadi sudah meneriaki namanya tapi tak ada tanda-tanda," ujar Wahyu.

"Crystal dan Derren!" pekik Myla senang ketika melihat dua sejoli itu datang bersama.

Geralda menghela napas lega, "Syukurlah!"

"Air.." 

Derren pun segera meneguk segelas air di dekatnya.

"Hei, bisa-bisanya kau tidak bisa membedakan Crystal dan Ema, cewekmu yang mana, Ren?" Wahyu memarahinya.

Mendengar itu, Crystal semakin menunduk malu.

"Hei, tadi aku mendengarmu mencariku, aku sudah teriak-teriak menjawabmu sampai pita suaraku meradang ini. Kamu malah pergi," balas Derren menutupi rasa malunya.

"Sudah, aduh, dasar. Jangan berdebat hal yang tidak penting!" Geralda melerai.

Derren teringat, "Ema, dia harus diberi pelajaran!" ucap Derren.

"Tepat!" balas Geralda.

𝐛𝐞𝐬𝐭𝐢𝐞𝐬 [ 𝐞𝐧𝐝. ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang