〚 the dance party. 〛

141 16 0
                                    

Prok Prok.
Pria berjas hitam menepuk tangannya untuk mencari perhatian. Wajahnya tertutup topeng merah, namun para murid tahu bahwa dibalik topeng itu terdapat wajah Tuan Mathew.

Geralda, Wahyu, Derren, Crystal, dan Myla menoleh ke arahnya. 

"Selamat malam, apakah semuanya sudah hadir?" tanya pria itu seraya mengelus poni rambutnya yang licin dibasuh pomade.
"Sudah," jawab mereka serempak.

"Baiklah, waktunya sudah tiba," Tuan Matthew menepuk tangannya sekali lagi.

Tirai merah di belakangnya terbuka dan tampaklah jendela besar yang mengarah ke luar. 

Ckit.. duar... ckit.. duar..
Gemuruh suara kembang api menghibur mereka. Mereka lalu berjalan mendekati jendela itu agar dapat melihat kembang api itu lebih jelas.

Kembang api itu membentuk tulisan "THANK YOU!"
Setelah pertunjukan kembang api itu usai, Tuan Matthew berjalan ke podium. Ia membenarkan dasinya lalu memberikan pidato.

"Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih bagi ..."

Pidato yang itu cukup membosankan akhirnya selesai. Selama pidato, Geralda terus menguap kebosanan.

"Baik, sekarang saat yang kita tunggu-tunggu telah tiba. Pesta dansa akan dimulai, silakan berdiri berhadapan bersama pasangan kalian," arah Tuan Matthew dari podium.

"Yohanes dimana?" Myla berdesakan di antara orang-orang yang sibuk mencari pasangan dansanya. Ia tak dapat melihat wajah Yohanes yang tertutup topeng.

"Kamu Myla kan? Mau dansa sama aku?" tanya seseorang di balik topengnya. Myla mengerenyit, bahkan ia tak tahu siapa orang dibaliknya.
"Tidak," tolaknya tegas. Ia lalu berkeliling lagi untuk mencari pasangan dansanya itu.

"Yohanes di mana sih? Tidak bisa kah dia membuka topengnya terlebih dahulu?" gumam Myla. Kini ia berdiri di pojokan sementara yang lain sudah mulai berkumpul di tengah dan siap berdansa.

"Myla, mari berdansa," tiba-tiba seorang pria dengan topeng hitam menghampirinya dan mengulurkan tangannya.
"Maaf, aku sudah berpasangan dengan Yohanes, aku tidak bisa berdansa denganmu," jawab Myla tegas.

Lelaki itu tertawa pelan. Ia membuka topengnya. Nampak jelas di sana wajah Yohanes dengan senyumannya. "Bukankah aku pasanganmu?"

"Ma-maaf, Yohanes," Myla menutup mulutnya malu, "aku kira bukan kamu."
Lelaki itu memasang topengnya kembali, "Tak apa, My."

Geralda POV

Aku hanya berkeliling mencari Romeo yang tadi sempat tertinggal di ballroom ketika Derren hilang. Mungkin saja dia sedang mencariku.

"Geralda," seseorang menarik tanganku.
Hampir copot rasanya jantung ini. Bagaimana tidak? Ketika kamu sedang berjalan lalu tiba-tiba seseorang menarikmu. Dengan sepatu heels ini, mungkin saja aku jatuh.

"Ro," seketika amarahku tertahan mengetahui yang menarikku tadi ialah Romeo.
"Kau hampir menabrak meja ini, Geral," ucap Romeo.

Ya ampun, benar juga. Ternyata di sampingku ada meja yang di atasnya terdapat gelas-gelas yang tersusun rapi. Bagaimana bila aku menabraknya? Sudah pasti pecah gelas-gelas itu. Yang ada aku malah membuat kekacauan.

"Makasih, Ro," aku berusaha menutupi rasa maluku. 

Author POV

Tak lama kemudian, tengah ruangan itu dipenuhi oleh para murid. Jika dilihat dari atas, nampaklah seperti pelangi karena gaun yang dipakai gadis-gadis itu berwarna-warni.

Musik dimulai dengan dentingan piano. Muncullah pula alunan cello. Tak selang lama, biola menyusul dengan bunyi gesekan indahnya. Mereka memainkan lagu Waltz in E minor. Lagu tersebut dibuka dengan melodi yang lembut.

𝐛𝐞𝐬𝐭𝐢𝐞𝐬 [ 𝐞𝐧𝐝. ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang